📘 Cerita Bisnis NCKL – Harita Nickel: Membangun Masa Depan dari Tanah Obi
Bayangkan sebuah pulau kecil di selatan Halmahera, bernama Pulau Obi. Dari tanahnya yang merah dan kaya logam, lahirlah salah satu pemain paling strategis dalam industri nikel global: PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), bagian dari Harita Group.
Didirikan sebagai perusahaan tambang nikel, NCKL tidak hanya sekadar menambang. Ia tumbuh menjadi entitas hilirisasi strategis—mengubah bijih nikel mentah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik yang mendunia. Tapi bagaimana semua ini terjadi?
---
🏢 Profil Bisnis: Dari Tambang ke Baterai
NCKL memiliki akar kuat sebagai perusahaan tambang nikel, namun dengan visi jauh ke depan. Fokus utamanya:
Penambangan bijih nikel: baik jenis limonit (low grade) maupun saprolit (high grade)
Pengolahan melalui smelter: mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah
Perusahaan tidak berhenti di tambang. NCKL membangun fasilitas hilirisasi strategis:
1. PT Halmahera Persada Lygend (HPL) – menghasilkan MHP (Mixed Hydroxide Precipitate), bahan baku utama baterai EV.
2. PT Megah Surya Pertiwi (MSP) – menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI), bahan dasar baja tahan karat.
NCKL menguasai proses dari hulu ke hilir, menjadikannya pemain tangguh di industri nikel global yang terintegrasi.
---
🔍 Segmen Bisnis: Dua Kaki Kuat
1. Penambangan Bijih Nikel
Lokasi utama: Pulau Obi, Maluku Utara
Produksi 1H25: 10,88 juta WMT (naik 73% YoY)
Dijual ke pihak ketiga dan entitas afiliasi seperti HPL
2. Hilirisasi & Smelter
HPAL Plant (HPL): mengolah limonit → MHP
RKEF Plant (MSP): mengolah saprolit → NPI
HPL menjadi entitas kunci karena MHP sangat diminati pasar global, terutama industri baterai.
---
⚙️ Bagaimana NCKL Menjalankan Bisnisnya?
Cara kerja NCKL dapat disederhanakan sebagai berikut:
1. Menambang bijih nikel di Pulau Obi melalui anak usaha seperti Gane Permai Sentosa (GPS)
2. Memproses bijih limonit di fasilitas HPAL (HPL) menjadi MHP → dijual ke buyer seperti CATL atau melalui Glencore
3. Memproses saprolit menjadi NPI di MSP
4. Menjual produk hasil hilirisasi ke pasar ekspor, sebagian besar ke China, namun kini sedang memperluas ke Jepang, Korea, dan Eropa
---
📈 Bagaimana NCKL Meningkatkan Labanya?
Inilah bagian menariknya—strategi pertumbuhan laba NCKL bukan hanya soal menggali lebih banyak tanah, tapi soal membangun masa depan industri hijau:
1. Hilirisasi = Nilai Tambah
Menjual bijih menghasilkan margin rendah.
Mengolah bijih jadi MHP atau NPI memberikan laba 2–3x lipat lebih besar.
📌 Kontribusi HPL (asosiasi) ke laba bersih NCKL semester I 2025: Rp 1,87 triliun
2. Diversifikasi Buyer
Dulu: tergantung China.
Kini: target ekspor ke Jepang, Korea, Eropa, dan India.
Sertifikasi IRMA → akses ke buyer premium seperti BMW, Ford, dan Samsung.
3. Ekspansi Bertahap
Pabrik HPAL tahap 2 → akan menambah kapasitas ±50–60 ribu ton Ni/tahun
Tambang terus ditingkatkan volumenya (naik 73% YoY)
4. Kontrol Biaya & Efisiensi
Punya tambang sendiri → suplai internal aman
Smelter dibangun dekat tambang → hemat logistik
---
🧭 Ke Depan: Arah Cerita NCKL
NCKL tidak hanya bicara soal nikel. Mereka bicara soal transisi energi, ESG, dan ketahanan industri baterai global. Dengan langkah strategis seperti:
Sertifikasi IRMA untuk memenuhi syarat buyer global
Ekspansi kapasitas HPAL untuk menyerap permintaan EV
Kemitraan dengan trader besar seperti Glencore & Itochu
Eksplorasi pasar baru di luar China
Mereka sedang menjadikan Indonesia sebagai poros dunia nikel bersih dan bertanggung jawab.
---
✍️ Penutup
Cerita NCKL bukan sekadar cerita tambang. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah perusahaan lokal membangun relevansi global, lewat strategi hilirisasi, efisiensi, dan keberlanjutan.
Jika Anda berinvestasi atau sekadar ingin mengenal dunia nikel lebih dalam, NCKL adalah salah satu wajah masa depan ekonomi hijau Indonesia.
$NCKL $IHSG $NICKEL