imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BJTM LK Q1 2025: Laba Terbang

Request banyak member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kondisi keuangan BJTM per Juni 2025, bisa dikatakan bagus dan. Laba bersih Semester I 2025 tembus Rp811.114 Miliar, naik sekitar 30,6% dibanding periode yang sama 2024. Penggeraknya jelas dari pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang melesat 29,3% ke Rp3.434.269 Miliar seiring kredit bruto tumbuh 4,25% dari Rp75,35 Triliun menjadi Rp78,55 Triliun. Dari sisi dana, komposisi bergeser ke giro dan tabungan, atau Current Account Savings Account (CASA), yang naik ke Rp29,00 Triliun dan Rp12,28 Triliun, sementara deposito berjangka turun ke Rp35,42 Triliun. Pergeseran ini biasanya menurunkan biaya dana sehingga margin lebih lega. Rasio penyaluran kredit terhadap total dana, atau Loan to Deposit Ratio (LDR), naik ke 85,63% dari 83,59% yang artinya penyaluran kredit bergerak sedikit lebih cepat daripada pertumbuhan dana, namun masih di rentang aman untuk bank daerah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) naik. Gross NPL dari 2,26% ke 2,94% dan net NPL dari 0,87% ke 1,37%. Di saat yang sama bantalan kerugian justru diperkuat. Cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN naik dari Rp2,11 Triliun ke Rp2,56 Triliun sehingga coverage terhadap NPL naik dari 109% ke sekitar 130%. Restrukturisasi kredit turun dari Rp3,90 Triliun ke Rp2,71 Triliun pasca berakhirnya relaksasi COVID OJK pada 31 Maret 2024, dan penghapusbukuan kredit macet atau write off semester berjalan turun signifikan dibanding setahun penuh 2024. Pesannya sederhana. Rasio NPL tampak naik, tetapi manajemen menaikkan cadangan lebih cepat dari kenaikan NPL dan portofolio yang tadinya direlaksasi makin mengecil. Itu bukti mitigasi risiko berjalan, meski bukan berarti bebas risiko.

Neraca secara total relatif datar. Aset konsolidasian dari Rp118,14 Triliun menjadi Rp118,16 Triliun. Di dalamnya ada pergeseran. Kas dan giro di Bank Indonesia turun, penempatan ke Bank Indonesia dan bank lain naik ke Rp2,22 Triliun, surat berharga turun di neraca ke Rp25,96 Triliun, sementara arus kas investasi justru menunjukkan pembelian surat berharga besar Rp4,07 Triliun. Artinya manajemen aktif mengelola aset produktif, sebagian melalui rotasi dan jatuh tempo. Ekuitas naik 1,14% ke Rp14,77 Triliun terbantu swing positif dari keuntungan atau kerugian belum terealisasi atas surat berharga yang diklasifikasi dalam Other Comprehensive Income (OCI), yang berbalik dari rugi ke laba. Ada juga perbaikan pada penilaian ulang kewajiban imbalan kerja. Arus kas operasi positif Rp1,51 Triliun naik dari Rp0,89 Triliun, tetapi tersedot arus kas investasi Rp4,18 Triliun, dan ditopang arus kas pendanaan positif Rp2,23 Triliun. Net cash turun dari Rp10,69 Triliun ke Rp9,30 Triliun, masih nyaman untuk operasional harian.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Model bisnisnya khas bank pembangunan daerah dengan dua mesin. Mesin pendanaan mengandalkan dana pihak ketiga dari penduduk dan institusi di wilayah, plus dana syirkah temporer untuk unit syariah. Komposisi semester ini menunjukkan beberapa hal. DPK atau Dana Pihak Ketiga naik ke Rp76,98 Triliun dengan kontribusi besar dari giro dan tabungan, sementara deposito turun. Deposito pihak berelasi melonjak dari Rp12,27 Triliun ke Rp21,39 Triliun, dan deposito bank lain pihak ketiga juga naik tajam ke Rp3,27 Triliun. Ini menandakan jejaring pemerintah daerah, BUMD, atau pemangku kepentingan lain berperan penting sebagai pemasok dana. Mesin penyaluran aset didominasi kredit konsumsi rumah tangga Rp43,67 Triliun, diikuti investasi yang melonjak ke Rp7,30 Triliun, kredit pegawai Rp2,13 Triliun, serta eksposur ke sektor jasa publik, intermediasi keuangan, pertanian, dan industri pengolahan. Porsi pembiayaan syariah juga hadir melalui NTBS dengan murabahah sekitar Rp10,92 Triliun dan porsi musyarakah Rp2,90 Triliun. Transaksi pihak berelasi ada di dua sisi. Kredit pihak berelasi naik ke Rp211 Miliar, relatif kecil. Di sisi dana, peran pihak berelasi besar seperti disebut di atas. Secara tata kelola, NTBS terkonsolidasi penuh sejak 23 Oktober 2024 karena perjanjian pemegang saham memberi hak kendali, walau kepentingan nonpengendali di NTBS tercatat 95,91%. Ini unik. Grup mengendalikan kebijakan strategis NTBS meski porsi ekonominya kecil, sehingga konsolidasi memperbesar pendapatan dan laba, tetapi juga menambah porsi laba untuk nonpengendali.

Kelebihannya ada pada beberapa bukti angka. Pertama, mesin laba bekerja. Laba naik 30,6% sejalan NII naik 29,3% dan laba per saham atau Earnings Per Share (EPS) semester naik dari 41,35 menjadi 47,13. Kedua, dana murah membesar yang membantu margin, terlihat dari kenaikan CASA dan turunnya deposito berjangka. Ketiga, mitigasi risiko proaktif. Coverage NPL 130% dan CKPN tumbuh lebih cepat dari NPL. Keempat, diversifikasi syariah melalui NTBS sudah menyumbang pendapatan Rp288 Miliar dan laba Rp14,7 Miliar sejak konsolidasi efektif. Kelima, likuiditas operasional terjaga. LDR 85,63% dan arus kas operasi positif lebih tinggi dari tahun lalu.

Kekurangannya juga jelas di data. Rasio NPL meningkat sehingga tekanan kualitas aset tidak bisa diabaikan. Ketergantungan pada dana pihak berelasi naik tajam yang menimbulkan risiko konsentrasi pendanaan apabila terjadi penarikan dana institusional. Portofolio kredit sangat bertumpu pada konsumsi dan pegawai yang stabil namun bisa menahan yield dan pertumbuhan ketika siklus menurun. Perubahan kategori kredit modal kerja pihak ketiga dalam rupiah yang turun menjadi nol patut ditelusuri apakah karena reklasifikasi, pelunasan, atau kebijakan penyaluran yang lebih ketat. Arus kas investasi besar pada surat berharga mengurangi kas, menambah eksposur ke risiko pasar yang tercermin sebelumnya di OCI meski saat ini swing-nya positif.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Untuk saat ini BJTM masih oke, dengan catatan NPL harus kembali turun dan komposisi dana murah tetap kuat. Bagi investor, harapannya sederhana. Laba tumbuh dobel digit, margin terjaga, biaya kredit terkendali, kontribusi NTBS makin besar, dan arus kas operasi tetap positif. Kalau semua ini tercapai, harga saham berpotensi rerating ke atas sambil dividen tetap tebal. Kalau gagal, potensi return lebih mengandalkan dividen, sementara capital gain terbatas.

Kalau kita kaitkan kondisi fundamental BJTM tadi dengan valuasinya di harga Rp515 per saham sekarang, gambarnya jadi cukup menarik. Dengan EPS tahunan terakhir sekitar Rp84,56, harga ini setara Price to Earnings Ratio (PER) di kisaran 6×. Angka ini jauh di bawah rata-rata PER bank daerah yang umumnya ada di 7–9×, bahkan lebih rendah dari rata-rata sektor perbankan nasional yang ada di kisaran 15× ke atas. Dari sisi Price to Book Value (PBV), book value per saham BJTM sekitar Rp857, artinya PBV sekarang hanya 0,6×. Secara sederhana, pasar menghargai bank ini 40% di bawah nilai bukunya. Dividend yield-nya juga tebal, sekitar 11% dengan payout ratio di kisaran 64%, jadi buat investor yang suka income, ini sudah memberikan arus kas tahunan yang lumayan tanpa perlu menunggu capital gain.

Kalau dibuat skenario sederhana, dalam kondisi konservatif atau bear case, PER bisa bertahan di kisaran 5× jika NPL naik terus atau margin tertekan, yang artinya harga wajar di Rp423. Di base case, jika fundamental sekarang terjaga, coverage NPL tetap tinggi, CASA ratio stabil, dan pertumbuhan laba minimal dobel digit, PER bisa naik ke 7× yang setara harga Rp592. Jika optimis atau bull case, integrasi NTBS sukses, dana murah makin dominan, dan pertumbuhan kredit sehat, rerating ke PER 10–12× sangat mungkin, yang artinya harga target di kisaran Rp845–Rp1.015.

Bagi investor, ini berarti sekarang sedang ada gap valuasi. Jika cerita pertumbuhan dan kualitas aset terjaga, return total dalam 12 bulan bisa menarik, kombinasi capital gain dan yield dividen bisa tembus 20–30% bahkan lebih. Namun jika cerita ini patah, misalnya NPL melonjak, cost of fund naik, atau pasar merespons negatif pergerakan surat berharga, harga bisa terkoreksi ke bawah nilai sekarang dan return hanya mengandalkan dividen. Jadi kuncinya ada di tiga indikator ke depan, NPL dan coverage harus bergerak berlawanan arah, CASA ratio tidak turun, dan arus kas operasi tetap positif. Selama tiga ini terpenuhi, valuasi murah di Rp515 ini punya peluang besar berubah jadi peluang emas. Tapi kalau gagal terpenuhi, ya nyungsep. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Masalah utama yang dihadapi BJTM saat ini bisa dibagi jadi empat kelompok besar, dan semuanya punya implikasi langsung ke laporan keuangan.

Pertama, liabilitas kontinjensi dari kasus hukum. Bank masih terlibat dalam sejumlah perkara perdata, sebagian menuntut ganti rugi miliaran rupiah dan menuduh adanya perbuatan melawan hukum atau masalah keabsahan agunan. Contohnya, perkara di PN Sidoarjo dengan potensi kerugian Rp5,73 miliar sudah berujung pada putusan kasasi yang tidak menguntungkan bank, sedangkan kasus lain seperti sengketa Rp27,99 miliar di PN Kepanjen masih berjalan di tingkat kasasi. Ada juga kasus yang nilainya lebih kecil tapi jumlahnya banyak, totalnya lebih dari Rp54 miliar. Selama belum final, klaim ini memang belum masuk neraca, tapi kalau putusannya kalah, dampaknya bisa berupa pengeluaran kas tak terduga, pengakuan beban di laba rugi, dan penurunan ekuitas.

Kedua, penurunan kualitas kredit. Per Juni 2025, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk kredit dan pembiayaan syariah mencapai Rp2,56 triliun, naik cukup besar dari akhir 2024. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross naik dari 2,26% ke 2,94%, dan net NPL dari 0,87% ke 1,37%. Peningkatan ini artinya porsi kredit yang macet atau berpotensi macet makin besar. Bank juga menulis hapus kredit Rp292,34 miliar hanya dalam enam bulan pertama 2025, walau lebih kecil dari setahun penuh 2024. Banyak kredit masuk kategori perhatian khusus atau sub-standar, yang bisa menjadi NPL di masa depan kalau tidak tertangani.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Ketiga, risiko kepatuhan dan tata kelola. Anak usaha pernah menerima surat tagihan pajak untuk tahun fiskal 2020, termasuk PPh Badan dan PPh 21, dengan denda administrasi. Ini mengindikasikan ada kelemahan di pengelolaan kepatuhan pajak di masa lalu. Meski nilainya tidak sebesar NPL, kasus seperti ini bisa merugikan reputasi dan menambah beban tak terduga.

Keempat, likuiditas dan faktor teknis lainnya. Rasio aset likuid bersih terhadap DPK anjlok dari 26,15% di akhir 2024 menjadi 12,87% per Juni 2025. Penurunan tajam ini berarti penyangga likuiditas menyempit, sehingga manajemen harus memastikan cadangan kas dan aset likuid lain cukup untuk menutup kebutuhan dana jangka pendek. Di luar itu, ada risiko estimasi akuntansi yang signifikan, terutama untuk perhitungan Expected Credit Loss (ECL) dan penilaian wajar, yang sifatnya subyektif. Perubahan asumsi sedikit saja bisa mempengaruhi angka di laporan keuangan. Faktor lain yang patut diwaspadai adalah potensi rugi aktuarial dari kewajiban imbalan kerja yang memengaruhi ekuitas, serta keberadaan goodwill dari akuisisi NTBS yang wajib diuji penurunan nilainya setiap tahun.

Jadi, walaupun manajemen yakin masalah ini bisa ditangani, investor perlu sadar bahwa BJTM membawa beban risiko hukum, risiko kredit, risiko kepatuhan, dan risiko likuiditas yang nyata. Kalau semua risiko ini bisa dikelola dengan baik, efeknya ke profit dan modal bisa minimal. Tapi kalau sebagian besar memburuk sekaligus, imbasnya ke laba, ekuitas, dan likuiditas bisa signifikan.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/6

testestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy