$IFII - Tiga Cara Pandang Saat Rilis LK
Setiap kali laporan keuangan (LK) rilis, market biasanya langsung heboh. Ada yg buru-buru jual, ada yg nekat borong, ada pula yg santai menunggu harga stabil dulu baru ambil posisi.
Kenapa reaksi market bisa berbeda-beda?
Jawabannya ada pd cara pandang pelaku market terhadap angka-angka di dalam LK itu sendiri. Kali ini kita ambil contoh IFII yg baru saja merilis data Q2 2025.
1️⃣ Pandangan Jangka Pendek: Q2 vs Q1 (lingkaran merah)
Pandangan pertama ini paling sering dipegang trader harian atau mingguan. Mereka fokus ke perbandingan kuartal berjalan vs kuartal sebelumnya dlm tahun yg sama. Kalau laba naik, ekspektasi mereka harga jg naik. Kalau turun, apalagi signifikan, biasanya jd sinyal cepat utk jual.
Kasus IFII jelas terlihat. Q1 2025 cetak laba 77 miliar, tapi Q2 turun jadi 32 miliar, bahkan lebih rendah dibanding Q2 2024, yaitu 40 miliar. Buat trader jangka pendek, ini langsung dianggap sinyal lemah. Banyak yg buru-buru keluar posisi, walaupun secara total laba setengah tahunnya masih naik. Buat mereka, sentimen sesaat lebih penting daripada tren lebih panjang.
2️⃣ Pandangan Jangka Menengah: Semesteran vs Semesteran (lingkaran kuning)
Berbeda dgn trader jangka pendek, sebagian pelaku market, termasuk swing trader dan investor menengah lebih suka melihat akumulasi laba sejak awal tahun. Perbandingan ini biasanya disebut first half (Q1+Q2) YoY.
Data IFII menunjukkan semester I 2025 laba 109 miliar, naik 41% dibanding semester I 2024 yg hanya 77 miliar. Secara fundamental ini positif. Meski Q2 turun dibanding Q1, kinerja setengah tahun masih tumbuh sehat. Trader jangka menengah biasanya tetap bertahan atau malah masuk posisi baru setelah tekanan jual mereda. Buat mereka, fluktuasi antar kuartal itu biasa, yg penting tren laba tetap naik YoY.
3️⃣ Pandangan Jangka Panjang: Annualised atau TTM (lingkaran hijau)
Investor jangka panjang dan sebagian besar institusi jarang ribut soal Q2 turun atau naik. Fokus mereka ada di potensi laba setahun penuh. Caranya ada dua:
Annualised: proyeksi laba setahun ke depan berdasar data kuartalan.
TTM (Trailing Twelve Months): total laba 12 bulan terakhir.
Kalau kita lihat IFII, TTM Q2 2025 sudah 210 miliar, naik dari 179 miliar di 2024 dan jauh di atas 101 miliar di 2023. Dari sudut pandang ini, IFII menunjukkan pertumbuhan laba yg solid secara multi-tahun.
Investor akan melihat peluang dlm jangka waktu lebih panjang di sini, tak peduli kalau Q2 lagi seret. Justru penurunan harga karena kepanikan market jangka pendek sering jd peluang mereka menambah posisi.
Lalu, mana yg lebih penting?
Reaksi harga setelah LK rilis sering kali bergantung pd siapa yg mendominasi pasar saat itu. Kalau mayoritas trader jangka pendek, harga bisa langsung turun gara-gara Q2 < Q1.
Kalau investor menengah-panjang lebih aktif, harga cenderung stabil atau bahkan naik karena tren semesteran dan tahunan masih kuat.
Pelajaran dr IFII ini penting buat kita. Jangan terjebak hanya melihat satu perspektif saja. Kadang noise di kuartal bikin harga goyang sesaat, padahal fundamental panjangnya tetap bagus.
Bagi investor, memahami perbedaan cara pandang ini bisa bantu ambil keputusan yg lebih tenang dan rasional di tengah hiruk-pikuk market tiap kali LK rilis.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengalaman penulis tentang reaksi market dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
$DSNG
$WOOD