$EDGE Saham yang pernah dikendalikan oleh Raja Data Center Indonesia Bpk. Otto Toto Sugiri

Mari kita ulas bagaimana kondisinya saat ini, apakah ada potensi untuk berkolaborasi ataupun menjalin cinta dengan $DCII ?

1. Kinerja Keuangan Terkini
Berdasarkan laporan keuangan Semester I 2025 (per akhir Juni 2025):
• Laba Bersih: EDGE membukukan laba bersih sebesar Rp 54,4 miliar di Semester I 2025. Angka ini turun signifikan sekitar 60,18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Semester I 2024 yang mencapai Rp 136,8 miliar).
• Pendapatan: Pendapatan bersih juga mengalami penurunan sebesar 26,5% menjadi Rp 375,06 miliar.
• Kontribusi terbesar masih dari pusat data (data center) sebesar Rp 226,6 miliar, yang naik 15,3% year-on-year. Ini menunjukkan segmen inti data center mereka masih tumbuh positif.
• Bisnis konektivitas juga melesat 17,65% ke Rp 130,15 miliar.
• Namun, layanan cloud anjlok 30,92% year-on-year menjadi Rp 132,83 miliar. Penurunan ini bisa menjadi faktor utama yang menekan pendapatan secara keseluruhan.
• Aset dan Liabilitas:
* Jumlah aset EDGE meningkat menjadi Rp 3,89 triliun (dari Rp 3,51 triliun di akhir 2024).
* Jumlah liabilitas juga naik menjadi Rp 2,13 triliun (dari Rp 1,8 triliun di akhir 2024). Peningkatan liabilitas ini kemungkinan terkait dengan investasi dan ekspansi.
Kesimpulan Kinerja: Meskipun segmen data center dan konektivitas inti mereka menunjukkan pertumbuhan, penurunan pendapatan dan laba bersih secara keseluruhan di Semester I 2025 menjadi perhatian. Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya layanan cloud dan adanya peningkatan beban bunga pinjaman.

2. Apakah Harga Sahamnya Sudah Overvalued?
Menilai apakah harga saham sudah overvalued kita coba cek indikator valuasi berikut:
• Rasio P/E (Price-to-Earnings Ratio): Per Juni 2025, rasio P/E disebut berada di kisaran 47,0x. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata perusahaan sejenis (8,9x) dan sektor teknologi secara umum (11,8x) berdasarkan data dari https://cutt.ly/krSfZzQy .
• Price/Book Value (PBV): Rasio PBV juga berada di sekitar 5,4x, yang juga lebih tinggi dari rata-rata perusahaan sejenis (1,8x) dan sektor (2,4x).

Dengan P/E dan PBV yang jauh di atas rata-rata industri dan peers, ini mengindikasikan bahwa harga saham EDGE saat ini sudah overvalued jika dilihat dari kinerja profitabilitas historis dan saat ini. Pasar mungkin telah mengantisipasi (atau pricing in) pertumbuhan di masa depan yang sangat agresif.
Namun, valuasi saham data center seringkali tinggi karena prospek pertumbuhan sektor ini yang sangat menjanjikan dan investasi modal yang besar yang dibutuhkan. Investor seringkali menilai perusahaan-perusahaan ini berdasarkan potensi pertumbuhan kapasitas dan pendapatan di masa depan, bukan hanya laba saat ini.

3. Potensi Peningkatan Kinerja, Terutama dalam Pengembangan Sektor Data Center
• Ekspansi Data Center
EDGE telah meresmikan fasilitas data center keduanya, EDGE2 di Jakarta, dengan kapasitas 23 MW dan 3.400 rak. Ini merupakan investasi besar (diperkirakan sekitar US$207-230 juta) dan ditargetkan menjadi data center terbesar di pusat kota Jakarta. Dengan EDGE2 yang mulai beroperasi, ini seharusnya mendorong peningkatan pendapatan dari segmen data center.
• Fokus Hyperscale dan AI
EDGE DC berfokus pada kebutuhan hyperscale dan mendukung kecerdasan buatan (AI) yang meningkat. Ini adalah segmen pasar dengan pertumbuhan tertinggi dan permintaan yang masif.
• Ekosistem yang Kuat
EDGE DC memiliki ekosistem yang kuat dengan latensi rendah, lebih dari 60 penyedia jaringan lokal dan internasional, serta akses ke cloud on-ramps. Ini menarik bagi pelanggan enterprise dan cloud provider.
• Dukungan Digital Edge Ltd
EDGE dikendalikan oleh Digital Edge Ltd, perusahaan asal Hong Kong yang agresif berinvestasi di data center Asia. Digital Edge Ltd sendiri baru-baru ini berhasil menggalang pendanaan US$1,6 miliar (sekitar Rp 25,9 triliun) untuk ekspansi data center, yang dapat memberikan dukungan finansial kuat bagi EDGE di Indonesia.
• Investasi Fiber Optik
EDGE juga menanam investasi Rp 497 miliar untuk ekspansi fiber optik, yang akan mendukung konektivitas data center mereka.
Tantangan dan Risiko:
• Persaingan Ketat
Pasar data center di Indonesia sangat kompetitif, dengan pemain besar seperti DCII, Telkomsigma (neuCentrIX), dan pemain global lainnya yang juga berekspansi agresif.
• Penurunan Laba dan Pendapatan Terkini Penurunan di Semester I 2025 ini perlu dicermati lebih lanjut. Apakah ini hanya dampak sementara dari investasi besar atau ada masalah lain? Penurunan pada lini bisnis cloud bisa menjadi sinyal penting.
• Beban Keuangan
Peningkatan liabilitas dan beban bunga pinjaman perlu dikelola dengan hati-hati agar tidak menekan profitabilitas di masa depan.
• Kapitalisasi Investasi
Proyek data center membutuhkan modal besar dan waktu lama untuk ramp-up hingga kapasitas penuh dan menghasilkan pendapatan optimal.

4. Siapa dibalik PT Indointernet Tbk (EDGE) ?
EDGE memiliki hubungan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan beberapa tokoh berpengaruh di Indonesia.
Berikut rinciannya:
• Pemegang saham mayoritas PT Indointernet Tbk (EDGE) adalah Digital Edge Ltd, sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Digital Edge ini sendiri adalah pemain regional yang agresif berinvestasi di data center di seluruh Asia.
• Keterkaitan dengan Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman
- Sebelum Digital Edge Ltd menjadi pemegang saham mayoritas pada tahun 2021, PT Indointernet Tbk (Indonet) didirikan dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman.
- Otto Toto Sugiri adalah salah satu "raja data center" di Indonesia dan juga merupakan pendiri serta tokoh utama di balik PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Beliau dikenal sebagai veteran di dunia teknologi dan IT Indonesia.
- Marina Budiman juga merupakan salah satu pendiri Indonet dan juga tokoh penting di DCII.
- Meskipun Toto Sugiri dan Marina Budiman telah melepaskan kepemilikan mayoritas mereka di EDGE kepada Digital Edge Ltd, mereka masih memiliki kepemilikan minoritas di EDGE dan tentunya memiliki hubungan historis serta jaringan yang kuat di industri teknologi dan bisnis Indonesia.

Implikasi dari Hubungan Ini:
• Akses ke Modal dan Teknologi: Melalui Digital Edge Ltd, EDGE memiliki akses ke sumber daya finansial yang besar untuk ekspansi data center dan juga teknologi global terkini.
• Jaringan dan Kredibilitas: Keterkaitan dengan tokoh-tokoh seperti Toto Sugiri dan Marina Budiman, meskipun tidak lagi menjadi pengendali, tetap memberikan kredibilitas dan akses ke jaringan bisnis yang luas di Indonesia. Ini penting dalam menarik pelanggan enterprise dan hyperscaler.
• Pengalaman Industri: Kehadiran tokoh-tokoh berpengalaman di jajaran komisaris atau sebagai penasihat, meskipun tidak lagi di posisi eksekutif utama, dapat memberikan panduan strategis yang berharga.

Bagaimana menurut teman-teman? Bisakah EDGE seperti DCII ?

Tulisan ini hanya bersifat informasi, bukan rekomendasi jual atau beli. Harap teman-teman tetap mengedepankan analisa secara pribadi

Terimakasih sudah bersedia membaca
Semoga bermanfaat 😊.



N/B
Kami tidak buka kelas dan tidak terima titip dana apapun. Terimakasih


#belajarnulis
#isiwaktukosong
Sebagian besar reverensi diambil dari data google dan analisa AI

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy