Meskipun sama-sama bergerak di industri pipa OCTG untuk sektor migas, $SUNI (PT Sunindo Pratama Tbk) dan $CTBN (PT Citra Tubindo Tbk) beroperasi dalam segmen pasar yang berbeda secara fundamental, baik dari sisi proses manufaktur, nilai tambah produk, maupun profil pelanggan. SUNI mengandalkan proses manufaktur hulu secara menyeluruh, mulai dari billet baja mentah hingga seamless pipe berstandar API 5CT, dengan kapasitas produksi mencapai 60.000 ton per tahun setelah rampungnya Plant 2. Produk SUNI mengandalkan threading standar, ditujukan untuk pasar domestik berskala besar yang mengedepankan efisiensi biaya dan kepatuhan TKDN. Hal ini tercermin dari Average Selling Price (ASP) SUNI yang berada di kisaran Rp 33 juta per ton, ideal untuk menyuplai kebutuhan EPC, kontraktor pengeboran lokal, dan proyek hulu migas berorientasi volume.
Sementara itu, CTBN menempati posisi berbeda dengan spesialisasi pada pengolahan pipa eksisting, melalui proses heat treatment dan penguliran berlisensi premium seperti VAM®, NSCT, dan Tenaris. Produk CTBN, yang berkapasitas 100.000 ton per tahun, dirancang untuk pasar bernilai tambah tinggi termasuk KKKS multinasional, pasar ekspor, dan proyek pengeboran bertekanan tinggi. Karena tingkat kompleksitas dan spesifikasi yang lebih tinggi, ASP CTBN mencapai sekitar Rp 50–51 juta per ton, mencerminkan kualitas premium dan kesiapannya untuk langsung dipasang di lapangan pengeboran.
Dengan demikian, SUNI adalah pemain industrial scale dengan positioning sebagai tulang punggung pasokan domestik, sementara CTBN adalah spesialis niche yang bermain di premium segment dan proyek berspesifikasi tinggi. Keduanya tidak saling berhadapan langsung, namun justru mengisi celah pasar yang berbeda dalam ekosistem OCTG nasional.