imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Setiap kali ada rilis resmi seperti dari PT Wijaya Karya Tbk ($WIKA) ini, saya selalu membacanya dua kali. Pembacaan pertama, tentu saja, untuk menyerap angka-angka cantik yang disajikan. Margin Laba Kotor naik, EBITDA positif, kontrak baru masuk. Sepintas, ini adalah narasi pemulihan yang kita semua harapkan. Manajemen bilang ini buah dari "transformasi" dan "lean construction", yang katanya bagian dari delapan jurus penyehatan mereka. Terdengar sangat meyakinkan, bukan? Bahasa korporat yang terdengar gagah dan penuh harapan.

Lalu, saya membacanya untuk kedua kali, kali ini sambil menyeruput kopi dan mencoba mencari apa yang tidak dikatakan di antara baris-baris kalimat yang tersusun rapi itu. Di sanalah cerita yang sebenarnya seringkali bersembunyi.

Kita semua tahu, cerita besar BUMN Karya beberapa tahun terakhir ini bukan soal efisiensi operasional di satu-dua kuartal. Ceritanya soal gunung utang, soal proyek penugasan yang marginnya setipis kertas, dan soal bagaimana negara sebagai pengendali berusaha keras menyuntikkan napas buatan agar raksasa-raksasa ini tidak ambruk. Angka EBITDA positif Rp367 miliar itu memang kabar baik, sebuah sinyal kalau mesinnya masih bisa menghasilkan uang secara operasional, sebelum hasilnya diperas untuk bayar bunga dan cicilan. Tapi, laba kotor dan EBITDA itu buta terhadap beban utang. Keduanya tidak menceritakan berapa banyak dari napas itu yang langsung tersedot untuk membayar kewajiban masa lalu.

Yang menarik bagi saya adalah bagaimana berita seperti ini dimainkan di pasar. Angka-angka ini adalah melodi merdu bagi telinga investor ritel yang mungkin sudah lama terperangkap di saham ini, menanti secercah cahaya. Ini juga menjadi bensin bagi para pegiat saham untuk kembali meneriakkan "saatnya bangkit!". Harapan dibangun kembali, sentimen pun dipompa. Seolah-olah 'delapan jurus penyehatan' itu adalah mantra sihir yang bisa menyelesaikan masalah puluhan triliun dalam sekejap.

Padahal, di balik panggung, pertarungan sesungguhnya ada pada proses restrukturisasi utang dengan para kreditur. Kenaikan Gross Profit Margin dari 7,81% ke 8,67% itu memang bagus, sebuah tanda ada perbaikan di level proyek. Tapi apakah margin setingkat ini cukup kuat untuk menopang seluruh struktur keuangan perusahaan dalam jangka panjang?

Ini panggung sandiwara yang besar. Pemerintah sebagai sutradara ingin semua pemeran utamanya terlihat sehat walafiat. Manajemen sebagai aktor harus membacakan naskah yang meyakinkan. Dan rilis pers seperti ini adalah pengeras suaranya.

Jadi, di balik angka laba kotor dan margin yang membaik itu, ada pertanyaan yang lebih besar: apakah ini titik balik sejati, atau sekadar satu babak yang ditulis dengan indah dalam sebuah drama restrukturisasi yang perjalanannya masih teramat panjang? Pasar mungkin akan bersorak sesaat, tapi investor yang sudah makan asam garam biasanya tidak ikut menari hanya karena musiknya terdengar enak di awal lagu. Mereka menunggu sampai akhir untuk melihat apakah sang penyanyi masih bisa berdiri tegak.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy