$UANG - Cara untuk menjadi bebas melakukan apapun
Part:
#1 https://stockbit.com/post/19428682
#2 https://stockbit.com/post/19463024
Dari semua ide Morgan Housel dalam bukunya yg berjudul The Psychology of Money, munkin yg paling dalam adalah kesimpulannya bahwa:
“The highest form of wealth is the ability to wake up every morning and say, I can do whatever I want today.”
Bagi Housel, kekayaan bukan soal saldo rekening, tapi soal kebebasan menentukan hidup. Mau bekerja atau tidak, mau libur atau lanjut, mau mengikuti prinsip hidup pribadi atau menolak tekanan sosial.
Banyak orang terlihat kaya tp tetap terpenjara. Mereka tdk bisa berhenti bekerja krn tagihan numpuk, tak bisa menolak bos karena cicilan menjerat, dan tak berani jujur krn takut kehilangan peluang. Itu bukan kaya, itu terpenjara oleh uangnya sendiri.
Di Indonesia, kita bisa melihat banyak figur publik yg secara finansial terlihat mapan, seperti pengusaha, pejabat, bahkan artis, tapi hidupnya justru penuh tekanan, overworking, overexposed, dan rentan skandal.
Gaji miliaran tak mencegah mereka dr mengambil proyek yg tdk sejalan dgn hati nurani. Banyak dr mereka terus bekerja bukan karena ingin, tp krn harus. Mereka bukan hidup utk uang, tp dikejar oleh gaya hidup yg sudah telanjur dibangun dan dipertontonkan.
Sebaliknya, ada juga contoh yg lebih sederhana tp menginspirasi. Di Jogja, seorang tukang bubur keliling, Sebut saja Mawar (Mawardi, bukan nama sebenarnya 😹) menjadi perbincangan saat ia naik haji dr hasil menabung receh selama 18 tahun. Tak pernah viral, tak pernah flexing, tapi ia hidup dgn damai. Tak ada utang, tak ada tekanan sosial. Ia tak pernah terlihat “kaya”, tp jelas merdeka.
Contoh lain adalah komunitas pensiunan guru di Jawa Barat yg sengaja hidup sederhana, berkebun, dan mencukupkan diri dgn pensiunan seadanya. Mereka tak punya HP mahal, tapi bisa tidur tenang dan bangun pagi dgn senyum. Mereka tak kaya menurut Forbes, tapi mungkin lebih kaya dr banyak orang di Senayan, karena hidup mereka milik mereka sendiri.
Housel jg mengingatkan bahwa dlm keuangan, kadang kita tdk perlu terlalu rasional. Kita cukup reasonable. Maksudnya, tak semua keputusan keuangan harus optimal secara matematis. Kadang, keputusan “bodoh” bisa jd justru lebih sehat secara mental.
Contohnya, melunasi cicilan lebih cepat meski secara bunga belum efisien. Atau menolak tawaran kerja di luar daerah krn ingin dekat dgn keluarga. Atau menabung berlebih utk dana darurat meski peluang dipakai sangat kecil. Semua itu mungkin “tidak rasional”, tapi masuk akal. Dan dalam hidup, masuk akal lebih penting dr sempurna.
Kita lihat contohnya di Indonesia: banyak orang yg tidak mau pindah kerja meski gajinya lebih tinggi, karena sudah nyaman dgn lingkungannya sekarang. Banyak orang menolak ambil risiko bisnis karena tahu dirinya mudah stres. Mereka bukan bodoh, mereka reasonable. Mereka tdk ingin sekadar “lebih”, tapi cukup dan tenang.
Salah satu pelajaran penting dari The Psychology of Money adalah bahwa kehidupan jg terlalu kompleks utk diramal secara presisi. Tapi kita tetap bisa mempersiapkan diri.
Kita bisa sisihkan dana darurat. Kita bisa diversifikasi investasi. Kita bisa hidup di bawah batas kemampuan. Kita bisa jaga relasi baik dgn orang sekitar. Semua ini bukan untuk menang lawan pasar, tapi untuk selamat saat kita kalah. Sebab, kata Housel:
“The goal is not to be right every time. The goal is to stay in the game.”
Contoh paling relevan? Pandemi 2020. Berapa banyak bisnis besar ambruk karena tdk siap? Tapi juga banyak usaha kecil tetap bertahan karena punya cadangan kas, hubungan kuat dgn pelanggan, atau sekadar pola hidup yg tdk boros.
Kita tak bisa ramal semuanya, tapi kita bisa membuat fondasi yg kuat.
Housel mengingatkan kita akan jebakan besar, yaitu menukar waktu, keluarga, ketenangan, dan kebahagiaan demi uang, yg akhirnya tak sempat kita nikmati.
Banyak investor di Indonesia terlalu fokus ngejar “cuan cepat”. Bangun pagi langsung lihat portofolio, tiap hari cemas dgn fluktuasi 2-3%. Mereka mungkin tdk sadar, bahwa hidup mereka mulai dikendalikan pasar. Waktu dgn anak-anak berkurang. Pikiran tak pernah lepas dr candle chart. Padahal tujuan awal investasi adalah merdeka, bukan tambah stres.
Investor yg sehat tahu kapan harus berhenti mengecek OLT. Ia sadar bahwa cuan bukanlah segalanya. Karena kebebasan sejati bukan saat kita punya 1 miliar, tp saat kita bisa berkata, “Hari ini aku bisa melakukan apa yg aku mau, dgn siapa yg aku suka, selama aku menginginkannya.”
Setelah memahami gagasan-gagasan Housel, kita sampai pd kesimpulan yg tak bisa ditawar:
Tujuan keuangan bukan jd paling kaya, tapi jd paling merdeka.
Ketika dunia makin bising dgn flexing, FOMO, dan tren-tren finansial instan, kita harus ingat bahwa kekayaan sejati bukan terletak pada mobil, rumah, atau portofolio saham. Kekayaan sejati adalah saat kita bisa hidup dgn tenang, sesuai kehendak kita sendiri, dan tdk perlu lg mengejar validasi siapa pun.
Entah kita investor retail, pengusaha kecil, pegawai swasta, atau ASN, semua bisa jadi wealthy. Bukan lewat kejar-kejaran angka, tapi lewat pengendalian diri, kesadaran akan “cukup”, dan kemampuan menolak hal-hal yg tak sejalan dgn nurani.
Disclaimer: DYOR OKE 🍌
$PRDA $AISA