imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Pagi ini saya diskusi dengan ChatGPT soal keterbukaan informasi dari $JAST, yang baru saja menyampaikan posisi mereka sebagai penyedia VoIP berlisensi. Awalnya kami bahas soal transisi teknologi, dari telepon konvensional ke layanan berbasis cloud, termasuk regulasi lisensinya. Tapi obrolannya sempat belok ke topik lama: teknologi CDMA.

Langsung teringat Esia, handphone revolusioner yang melahirkan budaya singkatan karena tarif SMS dihitung per huruf. Esia ini milik Bakrie Telecom ($BTEL), dan dulu menjadi alternatif dari jaringan GSM yang lebih mahal. Ternyata FREN (Smartfren) juga dulunya pemain CDMA.

Saya tanya, kok bisa ya konglomerat sebesar Bakrie sampai kecolongan? Infrastruktur mereka besar, tapi tidak sempat beralih saat arah industri akhirnya dimenangkan oleh GSM. Jawabannya cukup masuk akal. Leverage mereka terlalu tinggi. Dalam kondisi industri saat itu, taruhan besar di CDMA dianggap rasional. Biayanya lebih murah dari GSM dan peluang jadi market leader terbuka lebar. Tapi seperti semua strategi high risk high return, kalau gagal ya habis.

Dan ternyata, habis.

Tapi yang menarik, kegagalan BTEL tidak serta-merta membuat Bakrie Group rontok sepenuhnya. Mereka terpukul, tapi tidak tumbang total.

Buat investor, ini bisa jadi pengingat penting. All in di satu saham itu sah-sah saja, selama kamu sadar risikonya dan siap mental kalau ternyata tesismu salah. Asal kamu bisa tetap objektif saat sahamnya turun, atau masih punya sumber penghasilan lain untuk bertahan, maka keputusan berisiko bisa ditoleransi. Bahkan leverage pun bisa dibenarkan dalam konteks tertentu. Tapi tetap harus diingat, sekomprehensif apa pun informasi yang kamu punya, seyakinkan apa pun analisismu, tetap ada ruang untuk salah. Bakrie dulu kurang canggih apa, kurang kuat apa infrastrukturnya? Tapi keputusan yang terlihat benar pun bisa berakhir bencana kalau arah industri bergerak ke jalur lain.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy