“Value Investing Not Dead” – Ini Justru Fitur, Bukan Bug
$MSTI $BMRI $SPTO
Dalam dunia saham, ketika saham gorengan meroket puluhan hingga ratusan persen dalam hitungan minggu, banyak yang mulai mempertanyakan: “Apakah value investing sudah mati?”
Jawabannya jelas: tidak.
Return Belasan Persen Itu Normal – Dan Konsisten
Value investing tidak menjanjikan kekayaan instan. Tapi justru di situlah kekuatannya: konsistensi.
Investor legendaris seperti Warren Buffett, Charlie Munger, atau Lo Kheng Hong, rata-rata menghasilkan return tahunan di kisaran 12–20% dalam jangka panjang. Itu artinya uangmu bisa tumbuh berkali lipat dalam 10–20 tahun, dengan risiko jauh lebih terkendali.
Apakah itu berarti membosankan?
Mungkin. Tapi hasilnya? Kaya secara perlahan tapi pasti.
Saham Gorengan Naik? Itu Bukan Tanda Value Investing Mati
Saham gorengan memang bisa naik cepat. Tapi sering kali jatuhnya lebih cepat.
Ketika saham-saham tanpa fundamental jelas naik karena sentimen sesaat, bukan berarti metode berbasis nilai (value) tidak relevan. Justru naik-turunnya saham spekulatif adalah bagian dari fitur pasar yang selalu ada — dan sudah diperhitungkan dalam pendekatan value investing.
Tidak Anti Spekulasi
Sebagai value investor, kita tidak anti-spekulasi. Tapi harus tahu porsi dan posisi.
Kalau memang mau mencoba peruntungan di saham-saham spekulatif, batasi porsinya. Misalnya 5-10% dari portofolio.
Atau bisa juga diversifikasi gaya investasi: gabungkan pendekatan value investing dengan sedikit alokasi untuk growth investing, momentum, atau bahkan swing trading — asal tetap disiplin.
Penutup: Value Investing Adalah Jalan Sehat
Di dunia yang serba cepat dan penuh FOMO, value investing mengajarkan kesabaran, disiplin, dan rasionalitas.
Ia bukan jalan pintas. Tapi bagi yang konsisten, ini adalah jalan pulang dengan selamat — dan kaya.
Jadi bukan value investing yang mati.
Yang mati itu… mungkin kesabaranmu.