$ASII Sampai Kapan Kamu Mau Gitu?
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Astra International Tbk (ASII) adalah contoh klasik perusahaan yang secara fundamental kuat, punya sejarah panjang, neraca kokoh, jaringan usaha raksasa, dan arus kas stabil, tapi harganya seolah tidak beranjak ke mana-mana. Sudah lima tahun terakhir sahamnya mondar-mandir di kisaran Rp4.000–5.000, seperti mobil tua yang mesinnya masih nyala tapi parkirnya di garasi terus. Banyak investor sudah bosan menunggu ASII bangun dari tidur panjangnya. Tapi kalau kita bedah laporan keuangannya per kuartal I 2025, ternyata banyak cerita yang saling bertabrakan di dalam tubuh konglomerat ini. Cerita yang membuat sebagian investor yakin ASII itu murah dan solid, tapi sebagian lain justru yakin ini value trap yang nggak bakal ke mana-mana. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pendapatan bersih ASII tercatat sebesar Rp83,36 Triliun per Maret 2025, naik 3% dibandingkan Rp81,2 Triliun pada kuartal yang sama tahun lalu. Tapi sayangnya, kenaikan revenue ini tidak menetes ke laba. Laba bruto justru turun dari Rp17,58 Triliun ke Rp17,06 Triliun, yang artinya gross margin mengalami penyusutan dari sekitar 21,7% menjadi 20,5%. Margin kotor yang turun ini menandakan ada tekanan harga atau kenaikan biaya input yang tidak sepenuhnya bisa diteruskan ke konsumen. Beban penjualan naik dari Rp2,86 Triliun ke Rp2,97 Triliun, sementara beban umum dan administrasi naik lebih kencang dari Rp4,57 Triliun menjadi Rp4,88 Triliun. Hasil akhirnya, laba operasi makin mepet dan struktur biaya terlihat makin berat di tengah revenue yang hanya naik tipis.
Kalau kita lihat kontribusi entitas ventura dan asosiasi yang biasanya menjadi bantalan laba nonoperasional ASII, nilainya juga menurun signifikan. Dari Rp2,6 Triliun tahun lalu turun menjadi Rp1,78 Triliun tahun ini. Di saat yang sama, ASII juga mencatat kerugian nilai wajar sebesar Rp456 Miliar dari investasi saham publik seperti $GOTO dan Hermina $HEAL yang menambah tekanan pada laporan laba. Semua tekanan ini bermuara ke penurunan laba sebelum pajak dari Rp12,01 Triliun menjadi Rp10,65 Triliun. Setelah bayar pajak sebesar Rp2,09 Triliun, laba bersih yang dikantongi tinggal Rp8,55 Triliun turun 12% secara tahunan. Porsi laba bersih untuk pemilik entitas induk juga menurun dari Rp7,46 Triliun ke Rp6,93 Triliun, sementara laba yang diberikan ke pemegang saham minoritas anjlok dari Rp2,3 Triliun ke Rp1,62 Triliun, tanda bahwa anak usaha seperti United Tractors, Astra Agro, dan lainnya juga sedang tertekan.
Tapi ini baru separuh cerita. Di balik laporan laba rugi yang loyo, ada neraca keuangan yang justru makin perkasa. Kas dan setara kas naik signifikan dari Rp48,4 Triliun menjadi Rp56,9 Triliun hanya dalam satu kuartal. Total pinjaman berbunga bruto memang naik dari Rp100,6 Triliun menjadi Rp103,9 Triliun, tapi karena kasnya lebih besar, net debt malah turun dari Rp52,2 Triliun menjadi Rp47 Triliun. Artinya, secara bersih, leverage ASII semakin sehat. Bahkan rasio net debt terhadap EBITDA yang biasanya jadi acuan bank pun membaik secara alami. Arus kas operasi tetap kuat, Rp13,38 Triliun per kuartal, nyaris sama dengan tahun lalu yang sebesar Rp13,19 Triliun. Meskipun penerimaan dari pelanggan turun dari Rp84,7 Triliun ke Rp79,4 Triliun, pengeluaran ke pemasok juga turun dari Rp60,9 Triliun ke Rp54,97 Triliun. Jadi secara net, cashflow dari operasional tetap stabil dan tidak menurun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang lebih menarik lagi, di saat banyak perusahaan menahan belanja modal karena ekonomi lesu, ASII justru jalan terus. Capex untuk aset tetap mencapai Rp4,05 Triliun dalam tiga bulan pertama 2025. Mereka juga membeli entitas anak senilai Rp1,01 Triliun dan menambah investasi lain-lain, sehingga total arus kas keluar untuk aktivitas investasi mencapai Rp6,91 Triliun. Sementara dari sisi pendanaan, ASII menerima pinjaman jangka pendek sebesar Rp71,2 Triliun dan jangka panjang Rp9,07 Triliun, lalu melunasi masing-masing sebesar Rp66,46 Triliun dan Rp11,08 Triliun. Arus kas dari pendanaan tercatat positif Rp1,81 Triliun. Artinya, ASII masih sangat dipercaya oleh kreditur untuk ekspansi bisnis dan tidak mengalami kendala pembiayaan seperti banyak emiten lainnya.
Ada potensi risiko tersembunyi di pos-pos neraca yang terlihat diam. Salah satunya adalah lonjakan piutang pihak berelasi jangka pendek dari Rp856 Miliar menjadi Rp5,63 Triliun. Ini artinya ada dana yang dipinjamkan antar anak usaha atau entitas dalam grup yang belum jelas produktivitas atau imbal hasilnya. Belum lagi persediaan yang naik dari Rp37,8 Triliun ke Rp39,9 Triliun dan utang usaha yang ikut naik dari Rp33,9 Triliun ke Rp38,8 Triliun. Kalau penjualan menurun dan inventory makin lama ngendon di gudang, ini bisa jadi masalah cashflow atau write down di kuartal-kuartal berikutnya. Selain itu, proporsi utang jangka pendek yang naik dari Rp11,8 Triliun ke Rp16,6 Triliun juga membuat ASII sedikit lebih rentan terhadap naiknya biaya bunga dalam jangka pendek jika suku bunga pasar meningkat.
Tapi investor asing tampaknya tidak terlalu khawatir soal itu. Data dari Stockbit menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir, investor asing net buy ASII senilai Rp2,66 Triliun. Bahkan dalam satu bulan terakhir saja, dana asing yang masuk sebesar Rp411 Miliar. Artinya, di tengah stagnasi earnings, investor global justru menampung saham ini secara perlahan. Mereka mungkin tahu bahwa ASII punya recurring income yang kuat dari jasa dan sewa Rp17,5 Triliun serta jasa keuangan dan asuransi Rp7,95 Triliun atau total sekitar 30% dari total revenue. Mereka juga melihat bahwa properti investasi naik dari Rp7,42 Triliun ke Rp8,7 Triliun dan aset tetap tumbuh jadi Rp79,7 Triliun. Mereka percaya kalau timingnya pas, ASII bisa unlock value entitas anak lewat spin off, IPO anak usaha, atau aksi korporasi lainnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan jangan lupakan bahwa perubahan PSAK 117 yang efektif berlaku 1 Januari 2025 membuat laporan segmen asuransi ASII kini lebih fair dan transparan. Laba asuransi tak lagi dipenuhi fluktuasi nilai wajar melainkan disajikan berdasarkan margin jasa aktual. Ini bisa membuka ruang rerating valuasi anak usaha di segmen keuangan dan asuransi karena kinerjanya jadi lebih bisa dinilai konsisten dari waktu ke waktu.
Kalau investor optimis, maka ASII bisa dilihat sebagai value stock berkualitas yang sedang didiskon pasar. PER-nya di bawah 8x, PBV-nya di bawah 1x, dan dividen yield stabil di kisaran 6%–7%. Kalau earnings hanya tertunda, bukan hilang, maka ketika pasar otomotif rebound, batubara stabil, dan manajemen unlock value lewat spin off UNTR, Astra Digital, atau Astra Life, harga saham bisa naik signifikan. Entry di Rp4.000–4.300 bisa ditunggu sabar sampai 6.000 atau lebih.
Kalau investor pesimis, maka ASII tampak seperti value trap. Kas besar tapi tidak ke mana-mana, bisnis lebar tapi growth lambat, capital allocation konservatif, dan struktur konglomerat yang bikin diskon holding makin besar. Earnings growth dinilai sulit muncul secara konsisten karena segmen otomotif dan alat berat sedang stagnan, sementara recurring income belum cukup besar untuk jadi pengubah permainan.
Kalau investor netral, maka ASII cocok jadi saham yang diparkir untuk swing dan comot dividen. Entry di bawah Rp4.200 dan jual di atas Rp5.200 sambil nikmati dividen tahunan.
ASII itu bukan rumah reot yang mau rubuh. Tapi rumah tua yang masih kokoh dan menunggu direnovasi. Kalau satu hari nanti muncul aksi spin off atau IPO anak usaha, rumah ini bisa saja jadi rebutan lagi. Dan mereka yang sudah masuk dari sekarang tinggal ngeteh di teras sambil lihat harga naik. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10