$BDMN Laporan Keuangan Bulan Mei 2025: Tipis
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Laporan keuangan bulanan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) per Mei 2025 kalau diibaratkan sebagai catatan keuangan pedagang bakso langganan kita, Pak Toto, ini terlihat dari luar masih ramai, gerobaknya masih mengkilap, pelanggan masih datang. Tapi kalau kita intip ke dalam catatan keuangannya mulai terasa ada yang nggak beres. Pendapatan memang naik, jualannya makin banyak, tapi keuntungannya nggak nambah, bahkan stok baksonya mulai banyak yang basi dan harus dibuang. Itulah kira-kira kondisi Danamon saat ini, bank yang masih aktif ekspansi tapi mulai memperlihatkan tekanan yang dalam dari sisi kualitas aset dan efektivitas operasionalnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara total aset bank ini mencatat pertumbuhan yang solid. Dari Rp204.1 triliun di Mei 2024 naik menjadi Rp225.9 triliun pada Mei 2025 alias tumbuh 10.6% dalam satu tahun. Ini jelas bukan pertumbuhan yang kecil apalagi di tengah industri perbankan yang sedang diwarnai kompetisi ketat dari bank digital dan pengetatan margin. Pertumbuhan ini ditopang terutama oleh naiknya kredit yang diberikan dari Rp136.7 triliun menjadi Rp148.3 triliun atau tumbuh 8.5%. Kredit ini jadi tulang punggung bank menyumbang 65.7% terhadap total aset. Kalau ini ibarat Pak Toto, gerobak baksonya makin banyak kirim mangkok ke pelanggan, makin banyak utang bakso ke tetangga, tapi belum tentu semua yang makan bakso bakal bayar.
Di sisi lain kas dan penempatan di Bank Indonesia juga naik dari Rp8.7 triliun menjadi Rp9.9 triliun. Ini berarti bank tetap jaga likuiditasnya atau dalam bahasa pedagang selalu sedia kembalian buat pelanggan, jangan sampai ada yang ngamuk karena nggak bisa tukar uang. Tapi yang menarik surat berharga yang dimiliki justru turun dari Rp26.9 triliun menjadi Rp24.6 triliun. Ada kemungkinan Danamon melepaskan sebagian portofolio obligasi dan mengalihkannya ke kredit yang marjinnya lebih besar. Penyertaan modal stabil naik tipis jadi Rp12.7 triliun dan aset lainnya tumbuh 17.6%, naik dari Rp6 triliun ke Rp7.13 triliun. Ini termasuk kategori yang harus diwaspadai karena seringkali menyimpan akun tak produktif yang diklasifikasikan lain lain. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Di sisi liabilitas total kewajiban juga naik dari Rp154.9 triliun menjadi Rp174.4 triliun tumbuh 12.6%, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekuitasnya yang hanya 4.6%. Giro tabungan dan deposito sebagai sumber dana utama bank semuanya naik, tapi tetap saja struktur dananya berat sebelah ke deposito. Deposito per Mei 2025 mencapai Rp81.4 triliun atau 46.7% dari total liabilitas, sementara tabungan hanya Rp37.8 triliun dan giro Rp28.9 triliun. Dalam dunia bank ini berarti struktur biaya dananya masih mahal. Sama kayak pedagang bakso yang lebih sering berutang ke rentenir daripada pinjam ke saudara, biaya bunganya tentu lebih tinggi.
Apalagi yang bikin kaget pinjaman antar bank naik tajam dari Rp3.4 triliun ke Rp8 triliun naik 131% dalam setahun. Ini seperti pedagang bakso yang tiba tiba sering minjam duit ke tetangga warung karena omzet hariannya nggak nutup buat belanja daging besok.
Di sisi ekuitas bank ini mencatat kenaikan dari Rp49.2 triliun ke Rp51.5 triliun. Tapi kalau dibandingkan pertumbuhan asetnya ekuitas ini kelihatan makin ketinggalan. Artinya leverage-nya naik. Dalam bahasa bakso si abang bakso punya utang ke pemasok mie dan tahu yang makin besar sementara modal sendiri nggak ditambah tambah. Kalau ada pelanggan yang nggak bayar atau dagangan banyak yang sisa risiko nombok makin besar. Ini terlihat juga dari laba tahun berjalan yang stagnan cuma naik dari Rp1.309 triliun ke Rp1.315 triliun alias cuma naik 0.4% saja. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Padahal pendapatan bunga mereka melonjak. Dari Rp5.92 triliun menjadi Rp8.71 triliun naik 47.2%. Beban bunga naik dari Rp2.15 triliun ke Rp2.56 triliun alias 18.8%. Dengan begitu net interest income alias marjin bunga bersih mereka naik dari Rp3.76 triliun menjadi Rp6.15 triliun naik 63.5%. Ini kalau diibaratkan ke abang bakso jumlah mangkok yang laku dan margin dari tiap mangkok naik banyak.
Tapi kenapa keuntungannya nggak ikut naik. Jawabannya ada di satu akun beban penurunan nilai aset keuangan alias impairment loss. Angka ini naik gila gilaan dari Rp1.08 triliun ke Rp2.30 triliun. Naiknya 113%. Artinya makin banyak utang bakso yang macet, pelanggan yang tadinya bilang, besok saya bayar, Bang, ternyata kabur dan Pak Toto harus pasrah menanggung kerugian. Inilah risiko kredit yang mulai memburuk.
Kenaikan penyaluran kredit tidak diimbangi dengan kenaikan cadangan kerugian yang memadai. CKPN yang dibentuk hanya naik tipis atau stagnan padahal nilai kredit naik hampir Rp12 triliun. Bahkan di neraca coverage CKPN terhadap kredit malah cenderung menurun. Ini berbahaya karena begitu NPL beneran meledak modal bank bisa langsung terkikis. Ditambah lagi fasilitas kredit yang belum ditarik oleh nasabah alias komitmen luar neraca justru turun dari Rp175 triliun menjadi Rp144.6 triliun alias anjlok 17.4%. Ini bisa dibaca dua arah, pertama bank mulai hati hati dan nahan ekspansi, atau kedua pasar dan nasabah korporasi mulai ragu untuk ambil kredit karena ekonomi lesu atau karena trust ke bank berkurang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Semua itu akhirnya bikin kita harus objektif bilang iya bank ini masih sehat kalau lihat dari ukuran aset, kredit, likuiditas, dan struktur modalnya. Tapi dari sisi kualitas laba, manajemen risiko, dan efisiensi dana bank ini mulai menunjukkan tekanan yang serius. Seperti pedagang bakso langganan kita yang mulai banyak piutang tak tertagih, terlalu sering utang ke tetangga, dan nggak bisa nabung karena margin yang sudah habis buat nutup rugi dagangan basi BDMN juga perlu evaluasi mendalam. Mereka harus perkuat cadangan, tingkatkan efisiensi biaya, perbaiki kualitas kredit, dan ubah struktur pendanaan supaya nggak terlalu tergantung pada deposito mahal. Kalau tidak lambat laun tekanan ini bisa menumpuk dan meledak apalagi kalau suku bunga pasar naik atau ekonomi masuk ke fase krisis.
BDMN memang belum masuk ICU tapi sudah mulai batuk batuk dan kelihatan lemas. Butuh perbaikan gaya hidup finansial. Perlu asupan modal yang sehat, pengawasan kredit yang lebih ketat, dan strategi funding yang lebih murah. Kalau tidak segera ditangani bisa bisa nanti pelanggan lari ke gerobak bakso sebelah yang lebih bersih, cepat, dan lebih murah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MFIN $ADMF
1/8