Tidak Ada Makan Siang Gratis
Dahulu, platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada membagikan promo besar-besaran: diskon 90%, cashback, hingga gratis ongkir. Konsumen berbondong-bondong beralih dari belanja tradisional ke online, tergoda oleh janji penghematan. Pedagang juga berbondong-bondong membuka toko online, lebih efisien katanya. Tidak perlu bayar sewa lapak dan keluar modal membuka toko.
Strategi e-commerce yaitu bakar uang (cash burning). Mereka menghabiskan miliaran rupiah untuk mengubah kebiasaan belanja masyarakat, membiasakan orang dengan diskon dan kemudahan belanja online. Tujuannya jelas: monopoli pasar. Setelah konsumen para pedagang ketergantungan, mereka perlahan mengurangi promo dan mulai mengenakan biaya di berbagai sisi.
Contoh nyata?
-Biaya layanan tambahan (service fee) yang tiba-tiba muncul saat checkout.
-Ongkir naik, apalagi setelah subsidi dihapus.
-Komisi tinggi pada seller, yang akhirnya dibebankan ke harga produk.
-Iklan berbayar di platform, memaksa seller menaikkan harga untuk bisa bersaing.
Awalnya, e-commerce menjual produk di bawah harga pasar demi memikat pembeli. Tapi begitu pasar dikuasai, mereka membalikkan keadaan. Konsumen yang sudah kecanduan belanja online pun terjebak:
-Harga tidak semurah dulu, tapi kebiasaan belanja offline sudah hilang.
-Biaya tersembunyi membuat total belanja sering lebih mahal daripada toko konvensional.
-Psikologi "promo palsu", di harga awalnya digelembungkan sebelum diskon.
Lalu, Siapa yang Diuntungkan?
Platform e-commerce dan investor mereka. Dengan dominasi pasar, mereka bisa menerapkan monetisasi di mana saja: biaya transaksi, iklan premium, hingga data konsumen yang dijual untuk target iklan.
Sementara, UMKM dan konsumen biasa justru terjepit:
- Seller kecil kalah bersaing karena harus bayar biaya tinggi untuk muncul di halaman depan.
- Konsumen akhirnya membayar "harga kenyamanan" yang jauh lebih mahal daripada era promo dahulu.
Akhirnya Kita Membayar untuk "Gratis" yang Dulu kita nikmati di awal.
Fenomena ini membuktikan bahwa tidak ada yang benar-benar gratis di dunia bisnis. Apa yang dulu dibagikan e-commerce sebagai "hadiah" kini dibalik menjadi sumber profit mereka.
Sebagai konsumen, bijaklah:
- Jangan tergiur diskon semata,hitung total biaya belanja online vs offline.
- Dukung UMKM lokal yang mungkin menjual lebih murah langsung.
- Sadari bahwa setiap kemudahan ada harganya dan kali ini, kita yang membayarnya.
E-commerce mengubah kebiasaan belanja, tapi kini kita tahu: yang gratis itu hanya jebakan.
$RALS $LPPF bisa manggung lagi