$PYFA PART 1
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Yanto Hidayat (Cang_Ci_Men_2020) dan tim GIAT yang sudah membantu mempertajam conviction serta memberikan kepercayaan kepada saya dan Pak Paul untuk menyampaikan ide yang sudah dirumuskan. Tentu saya juga berterima kasih kepada pihak Stockbit yang telah menjamu kami dan menyediakan fasilitas webinar pada 23 November 2024.
Oh ya, waktu itu pendaftaran webinar dibuka lewat Instagram Kuliner Saham. Slot yang disediakan lebih dari 50 kursi, tetapi habis hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, bahkan daftar tunggu (waiting list) tembus 100 orang lebih. Saya pribadi menyebutnya efek Koh Yanto. 😄
Sejujurnya, melihat antusiasme yang begitu besar sempat membuat saya cukup grogi. Ini adalah presentasi offline pertama saya — biasanya saya hanya terbiasa menyampaikan materi lewat Zoom atau virtual meeting. Namun pengalaman ini menjadi tantangan sekaligus pelajaran berharga, kedepan saya akan terus melatih diri agar tampil lebih baik setiap kali berdiri di depan audiens secara langsung.
Kebetulan materi yang saya bawakan memang cocok untuk membuka sesi presentasi. Tujuan utamanya adalah memberi pemahaman mendasar tentang bagaimana bisnis farmasi bekerja: bagaimana proses penjualan dihasilkan, dan betapa rumit serta panjang perjalanan riset dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan obat paten.
Saat membuka presentasi, saya memulai dengan satu kutipan buatan saya sendiri — untuk mengingatkan teman-teman bahwa kita di sini berinvestasi, bukan sekadar berspekulasi. Dalam perjalanan menuju harga wajar, akan banyak orang yang bilang itu hanya kebetulan atau hoki. Padahal di balik conviction ada waktu dan proses panjang. Karena itu, saya ingin semua orang punya conviction-nya sendiri agar unsur spekulasi bisa ditekan. Kutipan saya waktu itu berbunyi:
“Setiap investor sukses selalu memiliki cerita dibalik dibalik pencapaiannya. Berapa kali mereka menghadapi risiko, kegagalan, atau bahkan berapa banyak analisis yang mereka lakukan siang dan malam, seringkali tak terungkap. Namun, ketika investasi tersebut menghasilkan keuntungan berlipat, banyak yang melihatnya sebagai kebetulan.”
Setelah itu saya memperkenalkan diri saya serta latar belakang saya di dunia investasi, yah menurut saya ini tidak penting untuk dibahas, oleh karena itu saya skip saja :D.
>>> oke kita mulai dari pembahasan utama yaitu Bisnis Proses Farmasi <<<< :
intinya bagaimana perusahaan farmasi beroperasi untuk menghasilkan penjualan.
Bisnis proses farmasi, seperti industri lainnya, terdiri dari tiga alur utama: hulu (upstream), tengah (midstream), dan hilir (downstream).
1 . Hulu Farmasi / Upstream : Asal Mula Bahan Baku
Bagian hulu farmasi melibatkan tiga komponen bahan baku utama:
API Manufacturer (Produsen Bahan Baku Aktif Farmasi): Bertanggung jawab dalam pembuatan bahan baku aktif yang memberikan efek pengobatan.
Excipient Manufacturer (Produsen Bahan Tambahan/Pengisi): Mengolah bahan tambahan yang mendukung performa bahan aktif saat dikonsumsi.
Packaging Manufacturer (Produsen Kemasan): Memproduksi kemasan untuk melindungi produk jadi selama distribusi hingga ke tangan konsumen.
2. Midstream Farmasi: Proses Pengolahan Obat
Setelah bahan baku terkumpul, proses pengolahan dilakukan. Bahan baku tersebut diolah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi, seperti tablet atau kaplet. Di tahap ini pula, bisnis maklon beroperasi, menyediakan jasa pihak ketiga mulai dari pengadaan bahan baku API dan eksipien hingga pengolahan menjadi produk jadi.
Penting untuk dicatat, fasilitas pengolahan midstream farmasi di Indonesia wajib memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan sertifikat halal. Jika berstandar internasional, sertifikasi GMP (Good Manufacturing Practice) juga harus dimiliki. Saat ini, PYFA, Pharma, dan Probiotik beroperasi di segmen pengolahan farmasi ini.
3. Downstream Farmasi: Distribusi dan Keamanan
Setelah obat jadi, distribusi dilakukan oleh pedagang besar farmasi. Namun, pedagang besar farmasi tidak diizinkan mendistribusikan obat langsung ke konsumen. Obat harus melalui fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, atau klinik. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan, efektivitas obat, serta mencegah resiko keracunan atau kesalahan dosis.
* nah,setelah mengetahui dari hulu ke hilir apa saja keuntungan yang kita dapat ?
jawabannya sangat banyak :
kita mendapatkan wawasan bahwa PYFA dan Probiotec limited hanya mendapatkan penjualan dari bisnis proses Midstream dan hulu seperti Packaging dan Excipient manufacture.
Hulu / bahan baku API Manufaktur PYFA Group saat ini tidak memiliki nya dan pembelian API Manufacture ke pihak ketiga yang dominan import ke India dan China.
Hilir atau distribusi juga menggunakan pihak ketiga, baik itu pedagang besar farmasi, rumah sakit, apotek maupun Klinik, mendapatkan gambaran biaya Opex perusahaan akan besar karena ini.
Setelah mengetahui Hulu yaitu API manufaktur membeli pihak ketiga artinya ada resiko pembelian bahan baku di income statement bagian COGS cukup besar dan sangat berfluktuatif dengan Dollar sebagai reserve currency.
Dengan ketatnya regulasi Farmasi di indonesia yang setiap bisnis proses harus memiliki izin yang dibuat BPOM/Kemenkes kita mendapatkan wawasan bahwa pertumbuhan organic di perusahaan farmasi memakan waktu dan biaya jauh lebih mahal.
melihat track record Owner dari tahun tahun sebelumnya selalu akuisisi kita mendapatkan gambaran kemungkinan yang akan diakuisisi antara perusahaan Hulu yg memiliki API Manufacture dan Hilir baik itu Rumah sakit, Klinik, Apotek maupun Distributor besar.
Dll.
Tentunya setelah saya melihat urgensi dan biaya yang lebih masuk akal untuk perusahaan yg di akuisisi PYFA setelah memiliki Maklon atau Tol manufacturing sendiri pasti akan melakukan pembuatan di Indonesia dan juga akan melakukan prioritas ke Distribusi baik itu Apotek, Rumah sakit, klinik sendiri maupun pengecer besar farmasii, terlampir pada GAMBAR NOMOR 1.
>>> Lalu dilanjutkan dengan pembahasan, Excipient Manufacturer dan Proses Pembuatan Obat <<<
Seperti yang telah dijelaskan, excipient manufacturer menyediakan bahan tambahan atau bahan nonaktif yang memastikan API berperforma optimal saat dikonsumsi. Contohnya meliputi:
Pengisi: Untuk memenuhi volume tablet atau kaplet.
Pengikat: Untuk menyatukan bahan aktif (API manufacturer) dan bahan tambahan lainnya agar massanya homogen.
Disintegrant: Berfungsi agar obat cepat hancur di dalam tubuh setelah dikonsumsi.
Proses Cara Pembuatan Obat
Proses pembuatan obat melibatkan beberapa tahapan:
Dispensing: Penimbangan bahan baku (zat aktif dan eksipien) sesuai formulasi perusahaan.
Blending: Pencampuran zat aktif dan eksipien hingga menghasilkan senyawa homogen.
Sifting: Penghalusan bahan setengah jadi agar zat aktif dan eksipien merata saat diolah dalam volume besar.
Roller Compaction: Menghilangkan gumpalan pada partikel bahan setengah jadi setelah dihaluskan.
Tablet Compaction: Pembentukan obat menjadi tablet, kaplet, atau bentuk lainnya.
Coating: Pelapisan obat dengan disintegrant agar mudah hancur dalam tubuh.
* Di bagian Excipient Manufacturer dan Proses Pembuatan Obat maka kita akan mendapatkan pengetahuan bahwa Depresiasi PYFA tidak terlalu besar karenakan untuk membuat sebuah obat tidak memerlukan mesin yang sangat mahal dan pembuatan obat ini lebih berat di biaya Karyawan dan juga proses pembuatannya, dimana seorang karyawan harus menyiapkan obat dengan presisi dengan zat aktif maupun non aktif yang sesuai agar tidak menimbulkan bahaya bagi yang mengkonsumsinya.
oleh karena itu wajar perusahaan Farmasi memiliki beban Pabrikasi dan Upah buruh langsung yang cukup besar secara persentase.
>>> Lanjut ke Jenis jenis Obat atau Kategori Obat di perusahaan Farmasi. <<<
Obat terbagi menjadi dua kategori utama:
Obat Resep: Hanya dapat diperoleh melalui resep dokter.
Consumer Health: Meliputi suplemen dan obat bebas yang mudah diakses tanpa resep dokter.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada keamanan, di mana obat consumer health dirancang untuk tidak menyebabkan keracunan. Regulasi ketat diterapkan dalam pembelian obat consumer health di Indonesia oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), di Australia oleh TGA, dan di Amerika Serikat oleh FDA.
Obat Paten vs. Obat Generik
Obat Paten: Obat yang pertama kali dipatenkan oleh penemunya.
Obat Generik: Obat yang meniru bahan baku aktif dari obat paten setelah masa patennya habis.
Obat Produksi Pertama: Inovator dan Biologi
Obat Inovator berasal dari sintesis kimia, mengubah senyawa sederhana menjadi kompleks. Contohnya adalah obat dengan merek dagang Januvia (bahan aktif Sitagliptin) dan Glucophage XR (bahan aktif Metformin). Setelah masa paten (sekitar 16 tahun) habis, perusahaan farmasi lain dapat memproduksi versi generiknya, seperti Metformin dari Indofarma.
Obat Biologi berasal dari rekayasa genetika sel hewan atau tumbuhan. Contohnya adalah Humira (bahan aktif Adalimumab). Masa paten obat biologi bisa lebih panjang jika dilakukan penambahan komponen dan paten ulang yang disetujui FDA. Setelah masa patennya habis, perusahaan lain dapat membuat obat biosimilar (tiruan dari obat biologi), seperti Abrilada dari Pfizer.
*Di bagian Kategori ini saya menyampaikan bahwa pada saat masa paten obat yang diproduksi perusahaan tersebut memiliki hak eksklusif bahwa tidak ada yang boleh meniru obat tersebut bahkan (senyawa API Manufaktur/ bahan aktifnya), akan tetapi setelah masa patent tersebut sudah habis maka semua perusahaan Farmasi Global berlomba lomba untuk melakukan peniruan, bahkan sebelum obat paten tersebut kurang lebih tersisa di bawah 1 tahun banyak perusahaan farmasi yang melakukan R&D besar besaran untuk mendapatkan obat tersebut.
disini dapat di garis bawahi bahwa semakin hebat team R&D nya maka semakin mahal juga biaya beban Upah buruh langsung di COGS, jadi jangan heran perusahaan Farmasi itu banyak yang ngebet melakukan Akuisisi untuk mendapatkan team R&D yang bagus.
>>> Peran PYFA dan Pharma dalam Industri Farmasi. <<<
Berdasarkan penjelasan di atas, PYFA dan Pharma, melalui produk-produknya yang disampaikan dalam public expose 2024 (lebih dari 300 SKU), sebagian besar adalah obat generik dan obat consumer health. Artinya, PYFA dapat memiliki versi obat paten sendiri atau berekspansi ke obat tiruan seperti biosimilar.
* Setelah memahami Kategori tentunya kita harus tahu bahwa PYFA bermain di kategori mana saat ini, ternyata bermain di kategori Obat Tiruan atau obat yang masa patennya sudah habis (sudah banyak perusahaan farmasi yang bisa membuat produk ini). dan Consumer Health bermerek (bahan baku API nya tidak dipatenkan hanya saja memiliki merek khusus).
Terkadang tujuan perusahaan farmasi melakukan akuisisi juga untuk memperlengkap Kategori produknya, tidak menutup kemungkinan di kemudian hari PYFA mengarah ke Obat Paten tentunya itu akan membuat Indonesia naik level dari Farmasi level C1 menjadi Level B, terlampir di GAMBAR NOMOR 2.
>>> Tantangan Produksi Bahan Baku Aktif Farmasi (API) di Indonesia. <<<
Bahan baku aktif farmasi (API) terbagi menjadi dua jenis:
Sintesis Kimia: Menghasilkan obat inovator dan generik. Tahapannya meliputi perubahan senyawa sederhana menjadi kompleks, pemilihan kualitas, dan pengeringan.
Rekayasa Genetika (Biologi): Menghasilkan obat biologi dan biosimilar. Tahapannya melibatkan ekstraksi senyawa aktif dari sel hewan/tumbuhan, pemurnian (kristalisasi), pengeringan, dan formulasi.
Ada beberapa tantangan besar dalam produksi API di Indonesia:
Proses Kompleks dan Sensitif: Prosesnya rumit dan sangat sensitif terhadap lingkungan (misalnya kelembaban).
Mesin dan SDM Mahal: Memerlukan mesin yang sangat mahal dan sumber daya manusia yang terampil untuk mengoperasikannya.
Pasokan Bahan Baku Tidak Stabil: Proses perolehan bahan baku seringkali sulit dan pasokannya tidak stabil.
Sebagai contoh, Metformin (untuk diabetes) yang berasal dari senyawa kimia sederhana seperti urea, amonia, dan etanol. Menariknya, produksi bahan baku aktif Parasetamol dan Amoxicillin di Indonesia baru dimulai setelah COVID-19, meskipun masa paten kedua obat tersebut sudah habis sangat lama. Hal ini menunjukkan bahwa industri farmasi Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain. Produksi ini baru terdorong karena adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 70% untuk Amoxicillin dan Paracetamol.
* Disini sani saya menjelaskan bahwa di indonesia kita banyak tertinggal dari banyak hal seperti teknologi atau mesin spesifikasi yang cocok untuk membuat bahan baku tersebut , lalu bahan baku membuat API manufaktur nya yg tidak stabil, yang terakhir SDM yang mampu menjalankan nya saja belum banyak, bahkan apabila kita memaksakan untuk membuat Bahan Aktif sendiri harga nya setelah di hitung hitung masih jauh lebih murah dari pada pembelian dari China dan India.
tentunya di bahan baku ini membuat perusahaan besar Farmasi saat ini belum ada yang berani membuat dengan skala yang besar.
event seperti Kimia Farma saja hanya mampu membuat bahan aktif seperti amoxicillin, parasetamol dan bahan aktif yang masa patennya sudah sangat-sangat lama habis.
tentunya Apabila PYFA yang memiliki resource konglomerasi ingin memiliki hulu sendiri pastinya harus melakukan akuisisi terlebih dahulu baru melakukan pembuatan di Indonesia agar menghilangkan ketidak pastian SDM yg mampu dan paling tidak dengan mesin yang efisien.
>>> Riset dan Pengembangan (R&D) Obat Paten: Perjalanan Panjang sangat challenging . <<<
Proses riset dan pengembangan (R&D) untuk mendapatkan obat paten membutuhkan waktu yang sangat lama. Mari kita bahas tahapannya:
Penentuan Penyakit: Awalnya, perusahaan farmasi mengidentifikasi penyakit yang akan ditargetkan, misalnya diabetes untuk Metformin atau infeksi untuk vaksin.
Fase Discovery: Pembelian 5.000 hingga 10.000 senyawa sederhana yang berpotensi untuk mengobati penyakit tersebut. Pada fase ini, paten pertama sudah mulai didapatkan.
Fase Praklinis: Dari ribuan senyawa, 250 senyawa dipilih untuk uji awal pada hewan demi keamanan. Hasilnya akan menyisakan sekitar lima senyawa.
Fase Klinis (Tiga Tahap):
Fase I: 20-100 pasien sehat menguji efek samping senyawa.
Fase II: 100-500 relawan penderita penyakit mencoba lima senyawa untuk menilai efektivitas dan dosis yang tepat.
Fase III: 1.000-5.000 relawan dengan penyakit yang sama melalui tiga fase (efek samping, efektivitas, dosis tepat).
Persetujuan FDA: Setelah melewati ketiga fase klinis, barulah obat diajukan untuk disetujui oleh FDA.
Post Marketing Monitoring: Pengawasan berkelanjutan terhadap efek, efektivitas, dan dosis obat setelah dipasarkan.
Seluruh proses ini bisa memakan waktu 10 hingga 15 tahun. Selama periode R&D ini, perusahaan biasanya mengalami kerugian karena investasi besar untuk riset. Keuntungan baru didapatkan setelah obat disetujui dan dipasarkan. Benchmark pendapatan untuk obat branded adalah sekitar 500 juta USD hingga 1 miliar USD (sekitar 16 triliun Rupiah), sementara obat biologi bisa mencapai 2 miliar USD hingga 3 miliar USD. Angka ini untuk menutupi biaya yang dikeluarkan dan lamanya waktu yang dibutuhkan.
Meskipun challenging, menemukan obat paten membuat perusahaan menjadi sangat prospektif.
* disini saya menjelaskan bahwa R&D Obat Paten itu sangat lah sulit, sangat wajar di indonesia belum pernah bisa menemukan API manufaktur sendiri, bukan hanya terkendala mesin, dan biaya yg sangat mahal tetapi juga terkendala SDM yg mampu menemukan obat Paten, ditambah pada saat distribusi obat paten biasanya harganya akan sangat mahal, setelah melihat Data Pengeluaran Kesehatan per Kapita di Indonesia kurang lebih 2 Usd per tahun jauh dibandingkan jauh dibandingkan negara Asean dan global lainnya saya makin tambah pesimis indonesia akan membuat obat paten, terlampir pada GAMBAR NOMOR 3.
oleh karena itu untuk membuat obat paten bagi PYFA itu masih sangat jauh, urgensi saat ini hanya cocok untuk Akuisisi perusahaan Distribusi maupun perusahaan bahan baku Api manufaktur seperti India.
>>> Bisnis Proses Maklon (CDMO) dan Peran Probiotik Limited <<<
Bisnis maklon, atau yang dikenal sebagai Contract Development and Manufacturing Organization (CDMO), bertujuan untuk melayani pihak ketiga. Dalam industri farmasi, maklon terbagi menjadi tiga:
CRO (Contract Research Organization): Membantu pihak ketiga dalam penelitian dan pengembangan praklinis hingga uji klinis, termasuk pencarian obat paten pertama.
CMO (Contract Manufacturing Organization): Berfokus pada dokumentasi, registrasi BPOM, produksi obat, dan kontrol kualitas. Sebelum mengakuisisi Probiotik, PYFA Pharma berperan di segmen ini.
CDMO (Contract Development and Manufacturing Organization): Menawarkan layanan komprehensif mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi obat.
Probiotik Limited beroperasi di segmen CDMO, namun lebih berfokus pada pengadaan bahan baku dan pengembangan obat kesehatan serta suplemen. Probiotik memiliki sertifikasi TGA (Australia) untuk dokumentasi, izin cGMP (current Good Manufacturing Practice) yang menunjukkan standar internasional, izin food (untuk produksi makanan), dan izin APMA (untuk obat hewan).
Dengan mengakuisisi Probiotik Limited, PYFA Pharma yang sebelumnya hanya memiliki sertifikasi CPOB (lokal) kini mendapatkan lisensi GMP bertaraf internasional. Akuisisi ini juga membawa PYFA berekspansi ke sektor kecantikan (beauty).
* Akuisisi Probiotec Limited ini menjadikan PYFA group dikenal pemain Global, bahkan sampai saat ini sudah sangat banyak yg antri untuk bekerja sama di pabrik baru yang sudah beroperasi di Q2 2025, termasuk pemain lokal Kalbe Farma, dengan adanya Probiotec sebagai anak usaha PYFA Kalbe farma ($KLBF) bukan memandang PYFA sebagai kompetitor akan tetapi sebagai rekan bisnis, dikarenakan Kalbe Farma bisa meminta PYFA melakukan penjualan Obat OTC di ke Australia dengan Jasa Maklon Probiotec limited yang sudah memiliki izin lengkap distribusi di sana, tanpa Kalbe Farma mengurus Regulasi yang sangat sulit di Negara tersebut.
kedepannya saya melihat PYFA akan membuat CDMO dengan standar Probiotec limited agar pemain Global juga bisa menjual Produknya di Indonesia tanpa harus mengurus regulasi yang sangat sulit di indonesia.
menurut saya urgensi untuk membuat ini sangat tinggi dikarenakan di indonesia belum ada Maklon atau CDMO berstandar internasional seperti hal nya probiotec limited.
tentu Efek memiliki Probiotec juga sdh dirasakan anak usaha PYFA lainnya seperti PYFA Aesthetic yg kebanjiran kerjasama, Holi dan Ethical Farmasi yang kapasitas produksi yg awalnya di bawah 50% menjadi di atas 90%.
>>> Connecting the Dots (Akan Dibawakan oleh Pak Paul) <<<
lebih meyakinkan kita bahwa Owner PYFA ini adalah si Merah yg memiliki Pulp and paper terbesar di indonesia saat ini, teman teman bisa bedah di Robby yulianto lalu
lalu hubungkan dengan kepemilikan Aldira citra sekuritas sebelum perubahan komposisi pasca Right issue itu ada.
>>> Lalu dari Pak Yanto menjelaskan <<< :
Analisis yang kami lakukan tidak hanya berfokus pada satu aspek, melainkan pada kompleksitas keseluruhan bisnis. Pertanyaan mendasar yang kami cari jawabannya adalah: "Mengapa sebuah perusahaan dengan market cap sekitar 300-400 miliar saat itu mengakuisisi perusahaan Australia yang memiliki market cap sekitar 2,6 triliun?"
Jawabannya adalah sertifikasi, lab testing, dan tenaga ahli. Membuat obat memang bisa dibilang sederhana, yaitu dengan mencampur dan mengaduk bahan. Namun, hal yang sulit adalah mendapatkan validasi dan infrastruktur pendukungnya. Probiotik Limited memiliki lab di Sydney dan tenaga ahli profesional, yang menjadi daya tarik utama.
Meskipun laporan keuangan menunjukkan IPS negatif, posisi tersebut perlu dipahami dalam konteks investasi jangka panjang dalam R&D. Posisi pasar yang dominan (misalnya 70%) menunjukkan potensi yang signifikan.
disitu pak yanto juga sampaikan bahwa harga wajar PYFA itu di 800 per lembar dengan Time Frame 5 tahun, ini didapatkan dari PYFA akan mencapai top 5 Farmasi Indonesia dengan penjualan kurang lebih 5% Market Share Farmasi Indonesia dan pendapatan Produk perawatan tubuh dan kecantikan di indonesia dengan NPM 5% serta dengan PE Wajar kurang lebih 13*.
Saya tidak akan membahas lebih dalam tentang valuasi ini ya, biar menjadi PR agar membangun conviction teman teman sendiri .
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai industri farmasi dan prospek PYFA. Apakah ada pertanyaan lebih lanjut atau bagian yang ingin Anda diskusikan lebih dalam?
silahkan komen di bawah ini selain Valuasi ya, $IHSG .
saya akan lanjutkan Artikel kedua saat Like mencapai 200 .
#Disclaimer On
1/5