imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kisah Boy dan Hashim di $ADRO: Apakah Ada Dendam?

Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Dulu Hashim Djojohadikusumo sempat jadi salah satu penguasa tambang batubara terbesar di Indonesia, Adaro. Lewat Asminco Bara Utama, entitas yang dikendalikannya, Hashim menguasai 40 persen saham Adaro yang waktu itu masih dalam fase pengembangan tapi punya potensi luar biasa. Untuk menambah modal ekspansi, Asminco mengajukan pinjaman bridge loan sebesar USD 100 juta ke Deutsche Bank pada Oktober 1997 dengan saham Adaro sebagai jaminan. Tapi badai datang cepat. Ketika krisis moneter Asia meledak tahun 1998, Asminco gagal bayar. Deutsche Bank sebagai kreditor langsung mengeksekusi jaminan dan mengambil alih 40 persen saham Adaro itu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pada 21 November 2001 tanpa lelang terbuka, Deutsche menjual saham sitaan itu ke PT Dianlia Setyamukti milik Edwin Soeryadjaya dan Benny Subianto hanya seharga USD 46 juta. Bandingkan dengan nilai utang Hashim sebelumnya yang USD 100 juta. Artinya, saham Adaro dilepas hanya separuh nilai pokok pinjaman. Buat Hashim, ini bukan cuma kerugian bisnis, tapi juga penghinaan. Maka lewat Beckett Pte Ltd, entitas yang ia kendalikan bersama Sukanto Tanoto, Hashim menggugat Deutsche dan pihak pembeli di pengadilan Singapura. Ia menuduh ada konspirasi dan minta transaksi itu dibatalkan. Tapi pengadilan berkata lain. Pada 2007, hakim Singapura memutus tidak ada konspirasi dan tidak ada kesalahan prosedural. Bahkan Beckett hanya diganjar ganti rugi simbolik satu dolar Singapura. Saat itu, selesai sudah secara hukum kepemilikan Hashim atas Adaro.

Sementara gugatan itu berjalan, Boy Thohir masuk gelanggang. Bersama Benny, Edwin, dan Theodore Rachmat, ia membentuk konsorsium baru yang pada Juni 2005 membeli 41 persen saham Adaro dari New Hope Australia seharga USD 378 juta. Pendanaan dilakukan lewat skema utang jumbo, yaitu pinjaman USD 600 juta ditambah mezzanine USD 353 juta. Ini semacam LBO dalam negeri pertama di sektor tambang. Dalam waktu singkat, Boy jadi figur sentral Adaro. Pada 2008, Adaro IPO di BEI dan menggalang dana Rp 12,25 triliun tanpa melepas saham lama. Sejak itu, Adaro jadi simbol pengendalian tambang lewat struktur keuangan, bukan lewat eksplorasi atau hasil bumi. Bagi Hashim, ini mungkin menyakitkan. Bukan karena salah strategi, tapi karena kalah momentum.

Sejak awal 2025 beredar rumor bahwa Hashim ingin kembali masuk ke Adaro. Tapi tidak ada tanda konkret. Tidak ada laporan transaksi di keterbukaan informasi BEI. Tidak ada blok saham besar yang berpindah tangan. Tidak ada akta jual beli. Jadi wacana bahwa Hashim mau balik ini lebih cocok disebut sebagai spekulasi politik atau pasar daripada fakta keuangan. Namun tetap menarik jika dikaitkan dengan dinamika baru yang terjadi di lingkar kekuasaan, terutama posisi adik Boy, Erick Thohir, dalam kabinet Presiden Prabowo. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Erick Thohir, tokoh bisnis dan olahraga yang lama dikenal sebagai penguasa BUMN, masih menjabat sebagai Menteri BUMN hingga pertengahan Juli 2025. Tapi sejak berdirinya Danantara atau Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara pada akhir 2024, perannya makin menyusut drastis. Tempo menyebut Kementerian BUMN kini ompong karena tujuh BUMN terbesar seperti Pertamina, PLN, Telkom, Mandiri, BRI, Garuda, dan Pupuk Indonesia resmi di bawah kendali Danantara. Fungsi Erick kini hanya sebagai pengawas, pemegang saham seri A, dan regulator.

Presiden Prabowo mulai langsung menunjuk siapa yang duduk di kursi-kursi strategis. Dirut Mind ID diganti dari Hendi ke Maroef Syamsudin tanpa proses resmi dari Kementerian. Dirut Telkom $TLKM diberikan kepada Dian Siswarini. Arya Sinulingga yang merupakan orang dekat Erick dicopot dari kursi Komisaris Telkom. Bahkan suntikan dana Rp 20 triliun ke Garuda Indonesia digelontorkan oleh Danantara tanpa melibatkan Erick sedikit pun. Proses seleksi direksi, komisaris, dan keputusan keuangan besar kini lebih dikendalikan oleh Rosan Roeslani dan Dony Oskaria dari Danantara, bukan lagi lewat meja Erick.

Erick sendiri menanggapi isu ini dengan kalem. Ia bilang tidak ada konflik, hanya pembagian tugas yang lebih jelas. Kementerian kini fokus sebagai regulator dan pemegang saham seri A. Danantara bertindak sebagai operator dan pemilik langsung. Tapi publik bisa membaca dengan jernih bahwa kekuasaan Erick menyusut. Dulu dia penentu siapa duduk di kursi dirut BUMN. Sekarang sekadar menyetujui formalitas yang sudah diputuskan di Istana. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Apakah ini tanda bahwa Erick Thohir dikucilkan dari lingkar kekuasaan karena dendam Hashim terhadap Boy? Logikanya tidak sekuat itu. Hashim memang pernah kalah dalam pertarungan bisnis yang besar, tapi semua sudah diputuskan oleh pengadilan sejak 2007. Tidak ada bukti bahwa Hashim mengintervensi susunan kabinet atau mempengaruhi Presiden Prabowo dalam hal ini. Lagi pula, Erick tetap punya jabatan. Masih Menteri. Masih Ketua Umum PSSI. Masih mengangkat Dirut Bulog. Jadi bukan dikucilkan, tapi memang tidak lagi dominan.

Yang lebih masuk akal adalah ini semua bagian dari desain kelembagaan Presiden Prabowo. Ia ingin punya superholding seperti Temasek-nya Singapura, sehingga pengelolaan BUMN strategis bisa dilakukan secara terpusat tanpa birokrasi kementerian. Rosan jadi orang kepercayaan. Dony jadi pelaksana. Erick tetap ada tapi hanya sebagai jembatan antara negara dan publik, bukan pengendali lapangan.

Dari semua ini terlihat benang merah yang konsisten. Pengaruh di Indonesia sering kali berpindah bukan karena dendam, tapi karena siapa yang pegang utang, akses, dan mandat. Hashim kehilangan Adaro bukan karena dijegal, tapi karena default. Boy mendapatkan Adaro bukan karena main belakang, tapi karena bisa mengakses utang jumbo di saat yang tepat. Erick menyusut bukan karena dendam keluarga Hashim, tapi karena struktur kekuasaan baru yang dirancang presiden.

Jadi dendam itu mungkin ada di hati. Tapi yang menentukan arah kekuasaan dan bisnis di Indonesia tetaplah siapa yang mengontrol sumber daya, siapa yang dipercaya oleh kekuasaan, dan siapa yang berani mengeksekusi dalam timing yang pas. Dari Hashim ke Boy, dari Erick ke Danantara, dari Kementerian ke holding, ceritanya masih sama. Ini bukan soal sentimen. Ini soal kontrol. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$WIFI

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy