$WIFI LK Q2 2025: Mandi Kas Karena Suntik Modal Lagi
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Mungkin saat ini banyak investor yang harap-harap cemas dengan laporan keuangan Q2 2025 dari PT Solusi Sinergi Digital Tbk, atau WIFI. Kenapa? Karena dari luar, perusahaan ini terlihat punya segala yang dibutuhkan untuk jadi darling infrastruktur digital, eksklusivitas akses ke jaringan rel kereta api nasional, mitra BUMN macam KAI dan Damri, margin bisnis yang kelihatan luar biasa tinggi, serta narasi besar transformasi digital Indonesia. Tapi begitu laporan keuangannya dibedah satu-satu, ceritanya jauh lebih kompleks, dan justru di situlah daya tarik sekaligus risiko utamanya berada. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertama yang paling spesial, kas perusahaan tiba-tiba melonjak dari 18,5 miliar menjadi 1,04 triliun hanya dalam waktu enam bulan. Tapi begitu ditelisik, ternyata bukan karena penjualan meledak atau bisnis makin efisien, melainkan karena perusahaan disuntik uang muka setoran modal sebesar 1 triliun dari rights issue yang belum sepenuhnya dieksekusi, ditambah utang baru dari sindikasi bank sebesar 783 miliar dan tambahan pinjaman pihak berelasi 329 miliar. Jadi lonjakan kas ini bukan buah dari operasional, tapi infus langsung dari luar. Sementara itu, arus kas operasional sendiri hanya 17,6 miliar, alias cuma sekitar 3% dari revenue 513 miliar. Artinya, kualitas laba patut dipertanyakan karena arus kasnya tidak ikut naik. Net profit memang naik 154% YoY jadi 228 miliar, tapi sebagian besar berasal dari gross margin 76% yang tidak biasa untuk bisnis jaringan, apalagi bila kita lihat ada item other income sebesar 58,7 miliar yang mendadak muncul dan jauh lebih besar dari periode sebelumnya. Ini bisa dibilang manuver akuntansi, sah secara PSAK, tapi cukup untuk membuat investor cermat mengernyitkan dahi.
Lalu bagaimana struktur bisnisnya? Perusahaan ini bermula sebagai digital advertising platform di stasiun dan bus, tetapi kini sudah banting setir jadi infrastruktur fiber optik (FTTH) dan konektivitas Wi-Fi publik. Dari segi kontribusi, sekarang segmen telco (termasuk Wi-Fi stasiun, FTTH, dan wholesale kapasitas) menyumbang 281 miliar atau 55% dari pendapatan, sementara advertising turun ke 233 miliar. Yang menarik, margin segmen telco justru lebih tinggi dibanding advertising, gross margin telco 78,8% versus advertising 73,7%, menunjukkan bahwa tulang punggung bisnis sudah mulai berpindah. Ini cocok dengan proyek strategis perusahaan, fiberisasi sepanjang rel kereta 1.800 km untuk menjangkau 600.000 homepass baru. Tapi proyek ini belum selesai, baru sekitar 79% dan baru menghasilkan 70.000 homepass. Belanja capex-nya sudah mencapai 1,1 triliun hanya di semester pertama, dan seluruh proyek ini dibiayai dengan utang dan rights issue.
Sekarang mari kita bahas hubungan antar akun. Revenue tumbuh, tapi piutang usaha juga naik 36% YoY ke 185 miliar, padahal umur piutang masih tergolong sehat (99% belum lewat 90 hari). Yang lebih mencolok adalah mismatch antara net profit dan CFO, laba tinggi tapi kas dari operasional sangat kecil. Selain itu, pertumbuhan aset naik drastis dari 2,9 triliun jadi 5,26 triliun, terutama dari proyek dalam penyelesaian sebesar 1,9 triliun, aset tetap naik 990 miliar, dan persediaan melonjak karena pembelian ONT dan DWDM untuk proyek FTTH. Sumber pendanaannya, utang bank 1,16 triliun, obligasi 590 miliar, lease liabilities 184 miliar, dan pinjaman afiliasi 103 miliar. Rasio gearing memang turun dari 1,98 ke 0,92 karena masuknya setoran modal, tapi kalau dilihat net liabilities-nya tetap tinggi.
Secara YoY, revenue naik 66%, net profit naik 154%, aset tumbuh 81%, tapi CFO stagnan. Artinya ini perusahaan yang memang sedang ekspansi besar-besaran, tetapi risiko likuiditas dan arus kas tetap nyata. Bahkan sekarang saja, 62% dari piutang hanya bergantung ke dua entitas BUMN (KAI dan Damri), jadi kalau salah satu telat bayar, likuiditas bisa langsung ketat. Risiko terbesar terletak pada kemungkinan default proyek jika target 600.000 homepass molor, sementara beban bunga tahunannya saja sudah 87 miliar, dan itu belum termasuk amortisasi. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Soal relasi bisnis, WIFI cukup padat transaksi dengan pihak berelasi, seperti menyewa lahan dari KAI, menjual menara mikrocell ke afiliasi, dan membeli perangkat dari vendor yang juga afiliasi dalam satu grup. Sebagian dari transaksi ini mempercantik laporan, contohnya keuntungan penjualan aset jaringan ke anak usaha untuk dijadikan other income. Kalau ini dilakukan terus-menerus, kita harus mulai mempertanyakan, ini efisiensi atau kosmetik? Perjanjian utangnya juga cukup rumit. Ada covenant dari $BBNI yang mengharuskan rasio tertentu (DSCR ≥ 1,25), dan jika meleset selama tiga bulan berturut-turut, pemegang saham wajib suntik dana tambahan. Artinya kalau proyek molor atau target EBITDA tak tercapai, risiko dilution kembali terbuka.
Dari sisi peluang, potensi revenue masa depan cukup menjanjikan. Kalau 600.000 homepass itu aktif dan ARPU stabil di 150 ribu per bulan, maka perusahaan bisa meraih tambahan revenue 1 triliun per tahun. Itu cukup untuk menutup bunga dan amortisasi serta membuat CFO positif. Apakah ini bisa diandalkan? Selama proyek tepat waktu dan rights issue terserap, iya. Tapi kalau meleset, misalnya ARPU hanya 90 ribu dan homepass baru aktif 2026, maka seluruh proyeksi valuasi langsung runtuh.
Lalu, apakah Danantara bisa masuk? Bisa jadi. Model bisnis WIFI cocok dengan prioritas sovereign fund Indonesia, infrastruktur digital, pemerataan akses, dan sinergi dengan BUMN. Kerjasama dengan KAI dan Damri sudah ada, artinya relasi ke jaringan negara sudah berjalan. Tapi sejauh ini belum ada nama komisaris atau pemegang saham besar yang punya hubungan langsung ke Danantara. Meski begitu, jika rights issue sepi dan pemerintah ingin memastikan proyek ini tetap jalan, masuknya Danantara bukan hal mustahil. Tapi perlu diingat bahwa WIFI ini yang punya adalah adiknya Presiden Indonesia. Jadi, kalau di masa depan tiba-tiba Danantara masuk, jangan heran.
Sayangnya di LK Q2 2025 itu terlihat jelas bahwa kas besar tapi berasal dari utang dan modal bukan dari operasional, piutang naik, margin terlalu tinggi untuk bisnis infrastruktur, laba tinggi tapi arus kas kecil, dan proyek besar yang belum menghasilkan. Namun hidden gem-nya juga menarik, perusahaan memegang lisensi spektrum 5,8 GHz non-telko sebesar 20 MHz, nilai buku hanya 12 miliar tapi bisa menghasilkan royalti tahunan 30–40 miliar kalau tren Wi-Fi 6E meledak. Ini aset yang belum dihargai pasar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bagi investor institusi, laporan ini seperti puzzle, potensi besar tapi banyak asumsi. Kalau semua berjalan sesuai rencana, rights issue terserap, proyek selesai, ARPU tercapai, Danantara masuk, valuasi wajar bisa naik ke 3.200–3.500 rupiah per lembar. Tapi kalau gagal, terutama kalau proyek molor atau piutang macet, maka downside bisa dalam, ke level 1.200–1.400. Jadi pertanyaannya bukan apakah ini perusahaan bagus atau jelek, tapi apakah investor siap menunggu dua tahun sambil menanggung risiko eksekusi dan cashflow. Ini bukan saham buat cari dividen, tapi buat investor yang rela bertaruh pada cerita infrastruktur digital Indonesia, yang kalau berhasil bisa jadi cerita besar, tapi kalau gagal jadi pelajaran mahal.
Apakah setelah RI nanti akan digoreng? Saya tidak tahu juga.
Yang penting adalah ini adalah perusahaan milik adik Presiden Indonesia. You know what to do. Analisis fundamental memang penting tapi analisis harga diri lebih penting. Di mana harga diri kalau habis RI saham nyungsep? Jangan contoh drama PMUI.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$CDIA
1/10