imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Strategi Trading Menggunakan Fibonacci Retracement dan Extension

Dalam dunia trading, banyak alat bantu teknikal yang bisa dipakai untuk membaca arah pergerakan harga. Salah satu yang cukup populer dan sering digunakan trader profesional adalah Fibonacci retracement dan extension. Alat ini bukan sekadar garis-garis di chart, tapi bisa membantu menentukan area entry, exit, bahkan potensi target keuntungan.

Fibonacci berasal dari urutan angka yang ditemukan oleh ahli matematika Italia, Leonardo Fibonacci. Deret ini menghasilkan rasio-rasio penting yang dipercaya banyak trader memiliki keterkaitan dengan perilaku pasar, terutama karena seringkali harga bereaksi di sekitar level-level tertentu yang disebut Fibonacci levels. Artikel ini akan membahas secara rinci bagaimana cara menggunakan Fibonacci retracement dan extension dalam strategi trading, lengkap dengan contoh studi kasus.

1. Apa Itu Fibonacci Retracement?
Fibonacci retracement digunakan untuk mengidentifikasi level support dan resistance selama koreksi harga dalam sebuah tren. Level-level utama yang sering digunakan adalah 38.2%, 50%, dan 61.8%. Trader biasanya menarik garis dari titik tertinggi ke titik terendah dalam tren (atau sebaliknya), lalu mengamati area retracement sebagai potensi titik balik.

Contoh penggunaan:
Jika sebuah saham naik dari Rp1.000 ke Rp1.500, maka level retracement bisa dihitung dari harga Rp1.500 (puncak) ke Rp1.000 (dasar).
Level 38.2% berada di sekitar Rp1.309
Level 50% di Rp1.250
Level 61.8% di Rp1.191

Ketika harga terkoreksi dari Rp1.500 ke Rp1.250, lalu memantul kembali naik, bisa jadi itulah sinyal untuk entry beli dengan keyakinan bahwa tren naik berlanjut.

2. Apa Itu Fibonacci Extension?
Fibonacci extension adalah kelanjutan dari retracement. Kalau retracement dipakai untuk mencari area pullback, extension digunakan untuk menentukan target keuntungan (take-profit) setelah harga kembali melanjutkan tren. Level yang sering digunakan untuk extension adalah 161.8%, 261.8%, dan 423.6%.

Contoh lanjutan dari sebelumnya:
Jika harga naik dari Rp1.000 ke Rp1.500, lalu terkoreksi ke Rp1.250 dan kembali naik, maka level extension 161.8% bisa dihitung sebagai target selanjutnya, yaitu di sekitar Rp1.809.
Artinya, trader bisa pasang take-profit di area tersebut, mengantisipasi bahwa harga mungkin akan "menyentuh" atau bahkan tertahan di sana sebelum kembali koreksi.

3. Cara Praktis Menggabungkan Fibonacci Retracement dan Extension dalam Strategi
a. Pertama, identifikasi tren utama. Apakah harga sedang dalam tren naik atau turun. Gunakan time frame yang relevan, misalnya grafik harian atau 4 jam untuk swing trading.

b. Kedua, tarik garis Fibonacci retracement dari titik rendah ke titik tinggi (dalam tren naik), atau sebaliknya (dalam tren turun).

c. Ketiga, perhatikan area retracement utama (38.2%, 50%, 61.8%). Jika harga menyentuh area tersebut dan muncul konfirmasi teknikal lain seperti candlestick reversal atau volume meningkat, maka kamu bisa mulai mempertimbangkan entry.

d. Keempat, setelah harga kembali melanjutkan tren utama, tarik Fibonacci extension dari titik A (awal tren), ke titik B (akhir tren sebelum retrace), dan ke titik C (harga terendah saat retrace). Level extension yang muncul akan menjadi target profit.

4. Studi Kasus: Saham XYZ dengan Strategi Fibonacci
Seorang trader melihat saham XYZ naik dari Rp2.000 ke Rp2.800 dalam waktu dua minggu. Setelah kenaikan itu, harga terkoreksi ke Rp2.400.

Langkah 1: Trader menarik Fibonacci retracement dari Rp2.000 (awal tren) ke Rp2.800 (puncak). Level 50% retracement ada di Rp2.400 — harga saat ini.

Langkah 2: Di level Rp2.400, muncul candlestick hammer dengan volume tinggi. Trader melihat ini sebagai sinyal rebound dan memutuskan untuk entry beli.

Langkah 3: Trader kemudian menarik Fibonacci extension dari Rp2.000 ke Rp2.800, lalu ke Rp2.400 sebagai dasar retrace.
Hasilnya:

Level 100% extension = Rp2.800

Level 161.8% extension = Rp3.232

Level 261.8% extension = Rp3.832

Langkah 4: Trader memasang target take-profit di sekitar Rp3.200 dan stop-loss di bawah Rp2.300 (area support lama).

Dua minggu kemudian, harga mencapai Rp3.250 sebelum mulai turun. Trader berhasil exit di target yang sudah direncanakan menggunakan kombinasi retracement dan extension.

5. Kapan Fibonacci Tidak Efektif?
Meskipun banyak trader menyukai Fibonacci, alat ini tetap bukan jaminan pasti. Strategi ini kurang efektif saat pasar dalam kondisi sideways atau tidak memiliki tren yang jelas. Selain itu, hasil dari Fibonacci retracement dan extension sifatnya subjektif, tergantung titik mana yang dipilih oleh trader sebagai referensi. Karena itu, penggunaan Fibonacci sebaiknya dikombinasikan dengan indikator lain seperti moving average, MACD, atau pola candlestick untuk konfirmasi sinyal.

Kesimpulan
Fibonacci retracement dan extension bisa menjadi alat yang sangat membantu dalam merancang strategi trading, terutama untuk menentukan area entry dan target take-profit. Dengan mengidentifikasi titik-titik kunci pada pergerakan harga sebelumnya, trader bisa masuk dan keluar pasar dengan perhitungan yang lebih objektif.

Namun, seperti alat teknikal lainnya, Fibonacci bukan satu-satunya penentu arah pasar. Gunakan sebagai bagian dari sistem trading yang utuh, bukan sebagai satu-satunya acuan. Dan yang paling penting, tetap terapkan manajemen risiko yang disiplin agar strategi teknikal kamu tidak berujung pada kerugian besar.

—————

Join external community Stockbiz dengan masukin kode J25597 di menu external community dan kita luber-luber bersama setiap hari

Tutorial join cek di tulisan berikut https://stockbit.com/post/19058887

$RAJA $RATU $CDIA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy