Saya yakin fabula dalam adagium ini menjadikan arsis terhadap kuin dan epifora pada setiap paragraf yang Pak Bamzat jewantahkan. Sayangnya parameter yang dilihat merupakan analogi enjambemen dengan nuansa fiksi yang gemawan.
Saya harap terjadi dialog yang progresif dalam membina kakofoni heptameter narasi anda sendiri. Karena kalau tidak, peran larik dan distikon yang banal tak terjadi dalam narasi ini. Sehingga yang diharapkan akan adanya dekontekstualisasi malah jadi ironi.
Pak Bamzat, tulisan ini mengandung prosenium tipis yang seharusnya dapat lebih menuju ke titik karmina. Sayangnya, kenadiran kilas balik pada jarak estetik tidak menghadirkan kesinambungan rima yang membentang.
Semoga komentar saya ini menjadi monodi bagi semua pembaca yang mengharapkan asonansi dan kematraan estetika mendalam dari tulisan Pak Bamzat.
$IHSG $ARNA $PBID