Ketika Efisiensi Tak Menjamin Dominasi
Selama satu dekade terakhir, investor pasar modal Indonesia telah mematrikan satu patokan mutlak di sektor perbankan: Bank Central Asia (BBCA). Ia bukan hanya bank, tetapi semacam kredo. Dalam dunia yang rawan ilusi pertumbuhan, BBCA tampil seperti manifestasi dari sistem yang solid. Ia konservatif namun adaptif, efisien tanpa serakah, besar tetapi tetap lincah. Maka pertanyaan "siapa the next BBCA?" bukan soal siapa yang tumbuh paling cepat, melainkan siapa yang sanggup meniru disiplin yang tahan terhadap godaan euforia.
Kini dua nama kerap disandingkan dalam bayang-bayang itu: Bank CIMB Niaga (BNGA) dan Bank OCBC NISP (NISP). Keduanya, entah disadari atau tidak, telah menjadi subjek dari ekspektasi yang sama-sama tidak adil dan sulit dihindari.
Mari kita ukur mereka di hadapan cermin BBCA, dan biarkan pantulan itu menilai sendiri.
BNGA unggul dalam hal skala. Kapitalisasi pasarnya mendekati Rp42 triliun, sekitar 37 persen lebih besar dari NISP yang berada di kisaran Rp30,5 triliun. Dari jumlah kantor, jaringan ATM, hingga jangkauan digital, BNGA terlihat lebih agresif dalam menggarap pasar. Dari sisi ukuran dan momentum, BNGA memang tampak lebih dekat ke orbit BBCA. Namun di balik itu, mengemuka satu pertanyaan krusial: mengapa skala yang besar tidak dibarengi dengan profitabilitas yang setara?
Laba bersih BNGA pada kuartal I 2025 tumbuh 1,9 persen secara tahunan dan 9,6 persen secara kuartalan. Namun, ROE-nya hanya berada di kisaran 11,4 persen. Efisiensi operasional pun masih menantang, dengan tekanan pada margin yang mencerminkan struktur biaya yang belum optimal. Di sisi lain, BBCA mencatatkan ROE 26,2 persen pada periode yang sama. Bukan sekadar dua kali lipat, melainkan refleksi kedalaman model bisnis yang sulit ditiru. Maka meski BNGA mampu tumbuh cepat, pertumbuhan itu belum cukup menunjukkan kualitas yang setara.
NISP di sisi lain menawarkan ketenangan yang penuh perhitungan. Ia tidak menonjol, bahkan sering terpinggirkan dari sorotan publik. Namun justru dalam kesenyapan itulah tersembunyi satu kualitas langka: efisiensi yang konsisten. Laba bersihnya di kuartal I 2025 tumbuh 11 persen secara tahunan, dengan ROE yang berada di kisaran 12,5 persen dan margin laba bersih sekitar 23 persen. NISP tampil seperti mesin presisi yang tahu betul apa yang ia kerjakan.
Namun efisiensi tanpa ekspansi hanya akan menjadi keunggulan yang tak pernah dikenal. Jejak jaringan NISP, volume kredit, dan penetrasi pasarnya masih terlalu kecil untuk mendefinisikan dirinya sebagai pemain besar. Ia ibarat jam Swiss yang akurat, tetapi belum terdengar gaungnya di pasar luas.
Kedua bank ini, BNGA dan NISP, sesungguhnya merepresentasikan dua kutub ekstrem: BNGA sebagai sosok ambisius yang memperbesar skala, NISP sebagai petarung senyap yang mengasah efisiensi. Di tengah-tengah mereka berdiri BBCA, bukan sebagai garis akhir, tetapi sebagai mercusuar yang memberi arah sekaligus mengingatkan bahwa untuk mendekat, dibutuhkan lebih dari sekadar niat.
Dan inilah hal yang paling esensial: menjadi BBCA berikutnya bukan hanya soal angka. Ini soal narasi. BBCA tidak tumbuh hanya karena efisien atau besar, melainkan karena membangun kepercayaan sistemik. Dari regulator, investor, hingga masyarakat umum, semua menganggap BBCA bukan sekadar bank yang untung, melainkan institusi yang dapat diandalkan.
Sampai hari ini, belum ada satu pun dari keduanya yang berhasil merebut imajinasi publik seperti BBCA. Tak banyak investor ritel yang dengan yakin menjadikan BNGA atau NISP sebagai jangkar portofolio jangka panjang. Karena itu, barangkali pertanyaan yang lebih tepat bukan "siapa next BBCA?", melainkan "apakah investor siap menerima kenyataan bahwa BBCA mungkin tidak akan pernah ada duanya?"
Mengejar bayangan BBCA tanpa membangun fondasi yang setara hanya akan membuat mereka terus berputar dalam lingkaran refleksi. Tampak mendekat, tetapi selalu terpental oleh cermin yang tak kenal kompromi.
Jika kamu menghendaki versi ringkas, versi carousel, atau tambahan data numerik seperti rasio valuasi, tinggal beri arahan.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Portofolio pilihan, bukan euforia pasar: https://cutt.ly/QrWXKQVP
$BBCA $BNGA $NISP