Apakah Bandar Lebih Penting Daripada Fundamental?
Lanjutan dari diskusi di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kamu sudah lama main saham di IHSG dan masih percaya bahwa harga saham itu ditentukan murni oleh fundamental, laba, revenue, cashflow, ROE, dan segala rasio manis lainnya, maka kamu sedang hidup di dunia teori yang jarang cocok dengan kenyataan. Karena di dunia nyata pasar modal Indonesia, naik turunnya harga saham jarang banget berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan. Yang lebih sering terjadi adalah, harga saham naik karena ada yang mau naikin, bukan karena perusahaannya memang layak naik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lihat aja datanya. Ada 115 saham yang rugi, tapi harga sahamnya bisa naik ratusan bahkan ribuan persen dalam 1 tahun. Ini bukan mimpi. Ini nyata. Misalnya, $UDNG rugi Rp3,67 miliar tapi naik 1.969 persen. RONY rugi Rp1,15 miliar tapi naik 1.223 persen. NINE rugi Rp6 miliar tapi harga terbang 1.028 persen. Logika dasarnya gak nyambung, perusahaan rugi tapi sahamnya lari kayak dikejar setan. Kalau kita pakai kacamata fundamental murni, ini semua gak masuk akal. Tapi kalau kita ganti kacamatanya jadi kacamata bandar, baru kelihatan jelas, harga saham di IHSG itu soal ekspektasi dan permainan.
Sebaliknya, lihat juga 279 saham yang cetak laba, bahkan laba jumbo. $BBCA untung Rp14,1 triliun tapi harga malah turun 14 persen. $BBRI laba Rp13,7 triliun, harga turun 20 persen. BMRI cetak laba Rp13,2 triliun, malah anjlok 23 persen. INKP untung Rp2,29 triliun, harga longsor 40 persen. Semuanya sehat, bagus, bagi dividen, dan dicintai para investor institusi, tapi ya itu, tetap saja harganya jalan di tempat atau malah mundur. Jadi kalau kamu bilang harga saham naik karena fundamental, berarti kamu belum lihat sisi gelap dari market ini.
Karena faktanya, yang menggerakkan harga saham itu bukan laporan keuangan, tapi niat dan agenda bandar. Kalau bandarnya sudah siap goreng, semua bisa terjadi. Mau perusahaannya rugi, mau baru berdiri, mau bisnisnya gak jelas, selama narasinya bisa dijual dan ada yang tertarik beli di harga lebih tinggi, maka tinggal diterbangin aja. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kenapa bandar goreng saham? Motivasinya banyak. Kadang karena dapat 'pesanan' dari pemilik, kayak Edward dan Betty di SUGI. Mereka butuh naikin harga dulu supaya bisa lepas barang ke pasar. Kadang karena butuh exit liquidity, seperti Reiner di SIAP, yang naikin harga supaya bisa cabut dari saham yang selama ini mati suri. Kadang karena harga saham perlu dinaikin biar bisa dipakai jadi jaminan utang ke bank, atau dijual ke institusi kayak dana pensiun dan asuransi. Contohnya? Ya lihat kasus-kasus Jiwasraya, Asabri, Kresna Life, Wana Artha, mereka semua jadi korban saham yang digoreng dulu, dijual mahal ke institusi, lalu ambruk setelah itu.
Ada juga yang lebih gelap, saham dipakai buat cuci uang. Nazarudin misalnya, muter duit haramnya lewat GIAA, DGIK, GGRM, bahkan BMRI. Tujuannya bukan cari cuan dari bisnis perusahaan, tapi supaya uang bisa dicuci bersih lewat transaksi pasar modal yang kelihatan legal. Jadi gak usah heran kalau ada saham yang naiknya gak masuk akal. Bisa jadi ada agenda besar di belakangnya. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Intinya, kalau bandarnya sudah niat goreng, maka fundamental itu gak penting lagi. Yang penting itu narasi. Bisa cerita AI, batubara, battery EV, merger startup, IPO anak usaha, akuisisi asing, pivot ke bisnis halal, sampai backdoor listing. Narasinya dibentuk, harga dibentuk, dan kalau ritel udah rame ikut-ikutan, barulah bandar distribusi.
Di sisi lain, investor yang gak kenal bandar, gak tahu jadwal goreng, dan cuma mengandalkan analisa fundamental, ya harus siap jadi penunggu. Mereka beli saham bagus, baca LK sampai mata pegal, bikin DCF, bandingin sektor, dan hitung rasio satu-satu. Mereka yakin bahwa pasar akan mengapresiasi saham bagus. Tapi ya itu, gak tahu kapan. Bisa 2 tahun, bisa 5 tahun. Sambil nunggu, ya paling dapat dividen 2 sampai 5 persen setahun. Lumayan, tapi gak bikin tajir cepat.
Investor tipe ini biasanya hidup tenang. Mereka gak main gorengan. Mereka beli HMSP karena brand-nya kuat. Beli UNTR karena PBV-nya murah. Beli TLKM karena monopoli fiber. Dan mereka siap hold sampai pensiun. Kalau sabar, ya bisa kaya juga kayak Pak Ronald, orang yang nabung saham sejak muda dan pas meninggal semua saham itu diwariskan ke orang lain. Tidak sempat beli Lamborghini. Tapi ya itu tadi, gak semua orang sabar, dan gak semua orang pengen kaya pas pensiun. Rata - rata pengen hidup bahagia sejak muda. Manusiawi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kamu kenal bandar, lain cerita. Kamu bisa tahu kapan saham akan digoreng. Bisa masuk duluan, bahkan sebelum narasi dilempar ke publik. Kamu bisa punya akses ke grup WA yang isinya sinyal dan insider info. Kamu tahu kapan distribusi dimulai. Kamu gak perlu hitung valuasi. Gak perlu buka laporan tahunan. Tinggal ikut momentum, dan cuan. Bahkan kadang kamu dapat bapak kandung atau bapak angkat yang punya akses jual bank ke konglomerat. Tinggal nebeng, ikut arus. Kamu gak perlu pintar. Kamu cuma perlu dekat.
Makanya jangan remehkan kekuatan silaturahmi. Nabi pernah bilang, silaturahmi bisa memperbanyak rejeki. Dan di IHSG, rejeki itu bisa datang dari silaturahmi sama bandar. Gak heran kalau banyak trader yang awalnya idealis berubah jadi pragmatis setelah mereka kenal dalam. Karena kalau kamu tahu jadwal goreng, kamu bisa cuan duluan. Gak perlu terlalu idealis dan keras kepala, cukup tahu informasi.
Jadi sekarang tinggal pilih aja.
Mau jadi investor idealis, yang pegang saham bagus, dapat dividen, dan sabar menunggu market menghargai?
Atau mau jadi pemain cepat, ikut bandar, paham narasi, dan cuan dari momentum?
Dua-duanya sah. Dua-duanya bisa untung. Tapi juga dua-duanya bisa rugi. Investor idealis bisa nyangkut panjang kalau salah saham. Trader gorengan bisa kehabisan napas kalau ketinggalan distribusi. Ini bukan soal mana yang benar. Ini soal kamu tahu kamu main di medan yang mana. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Yang penting satu, jangan tertukar. Jangan jadi investor fundamental di saham gorengan. Dan jangan jadi trader gorengan di saham dividen. Karena kalau kamu salah tempat, salah strategi, ya ujung-ujungnya nyangkut juga.
Di pasar saham, ilmu penting, tapi akses lebih penting. Kalau kamu punya keduanya, kamu menang. Tapi kalau gak punya akses, ya minimal kamu ngerti risikonya. Dan siap mental. Karena IHSG itu bukan taman bunga yang harum semerbak setiap hari. Kadang dia jadi ladang cuan, kadang jadi kuburan harapan para jenderal bursa dan mayat - mayat ritel yang all in full margin+gadai rumah tetangga.
Tinggal pilih, mau ikut narasi, atau bikin narasi. Mau tunggu pasar sadar, atau ikut mainkan ekspektasi. Mau kaya saat tua, atau kaya lebih cepat tapi berisiko tinggi. Semua pilihan ada harganya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10