imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Beda Jurus Susu $ULTJ vs $DMND

Saat kita berbelanja, produk dari Diamond dan Ultrajaya pasti sudah tidak asing lagi. Keduanya merupakan pemain utama di industri makanan dan minuman Indonesia. Namun di balik layar, cara mereka menjalankan bisnis ternyata sangat berbeda. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Strategi utama Diamond dapat digambarkan sebagai pemanfaatan jaringan secara maksimal. Mereka memiliki jaringan distribusi yang sangat kuat di seluruh Indonesia. Jadi, selain menjual produk dengan merek sendiri, mereka juga bekerja sama dengan merek-merek global untuk menjual produknya di sini.

Contohnya, melalui anak usahanya PT Sukanda Djaya, Diamond menjadi distributor resmi untuk produk Ferrero seperti Nutella dan Kinder Joy, serta kentang beku McCain. Tidak hanya itu, mereka juga memegang lisensi dari Associated British Food Plc untuk memproduksi dan menjual beberapa produk di Indonesia. Intinya, Diamond membuka pintunya bagi merek lain untuk memperluas jangkauan pasar dengan portofolio produk yang lebih beragam.

Strategi ini terbukti berhasil mendongkrak revenue. Jika kita bandingkan kuartal pertama tahun 2024 dengan 2025, revenue Diamond berhasil naik dari sekitar Rp 2,42 triliun menjadi Rp 2,55 triliun. Ini adalah sebuah revenue growth sekitar 5,2%.
Namun, ada satu hal yang menarik.
Meskipun revenue mereka naik, gross profit mereka justru sedikit menurun, dari Rp 517,5 miliar pada 2024 menjadi Rp 506,9 miliar pada 2025. Fenomena ini menyebabkan gross profit margin mereka ikut terkikis, dari sekitar 21,3% menjadi 19,8%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini adalah sebuah anomali di mana cost untuk menghasilkan revenue tersebut tumbuh lebih cepat daripada revenue itu sendiri. Kemungkinannya adalah produk-produk dari kerja sama baru memiliki tingkat profitability yang lebih rendah, atau ada kenaikan operational cost dalam proses distribusi. Jadi, strategi Diamond ini sukses memperbesar scale bisnis, namun membawa tantangan dalam menjaga tingkat profitability.

Berbeda dengan Diamond, Ultrajaya mengambil jurus yang lebih fokus pada kekuatan inti mereka yaitu produksi. ULTJ dikenal memiliki teknologi UHT canggih dan kapasitas produksi masif. Alih-alih hanya untuk produk sendiri, mereka menyewakan keahlian dan fasilitas produksinya kepada perusahaan lain, sebuah praktik yang dikenal sebagai contract manufacturing atau maklun.

Dua kerja sama besar mereka adalah dengan PT Unilever Indonesia Tbk $UNVR, di mana ULTJ memproduksi minuman UHT merek Buavita dan Go-Go dengan nilai transaksi mencapai Rp 400 miliar. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan PT Sanghiang Perkasa untuk memproduksi susu Morinaga. Nilai transaksi dengan Morinaga pada kuartal pertama 2025 tercatat sekitar Rp 10,4 miliar.

Di sinilah keunikan strategi ULTJ terlihat. Total sales mereka memang sedikit turun, dari Rp 2,29 triliun pada kuartal pertama 2024 menjadi Rp 2,28 triliun di periode yang sama tahun 2025, atau turun tipis sekitar 0,6%. Akan tetapi, gross profit mereka justru naik.

Angkanya bergerak dari Rp 776,8 miliar menjadi Rp 792,6 miliar. Ini secara otomatis mengangkat gross profit margin mereka dari 33,8% menjadi 34,7%.
Apa artinya ini? Hal ini menunjukkan operational efficiency yang luar biasa dari Ultrajaya. Dengan menerima order produksi dari pihak lain, production assets mereka menjadi lebih produktif. Efisiensi inilah yang membuat profitability mereka tetap solid bahkan ketika total sales sedikit melandai. Jurus ini membuktikan bahwa menjadi ahli di balik layar bisa sangat menguntungkan.

Jadi, strategi siapa yang lebih superior? Jawabannya sangat tergantung pada metrik yang kita lihat. Kalau kita melihat dari sisi revenue growth, Diamond (DMND) jelas lebih unggul dengan pertumbuhan 5,2%. Strategi distribusi dan lisensi mereka sangat efektif untuk melakukan market expansion. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Namun jika kita melihat dari sisi profitability, Ultrajaya (ULTJ) adalah pemenangnya. Kemampuan mereka untuk meningkatkan gross profit margin menjadi 34,7% adalah bukti manajemen operasional yang sangat solid dan efficient.

Pada akhirnya, kedua perusahaan menunjukkan strategi cerdas yang disesuaikan dengan kekuatan unik mereka. DMND fokus pada scale dan perluasan pasar, mungkin dengan konsekuensi margin yang sedikit tertekan. Sementara itu, ULTJ fokus pada operational efficiency untuk memaksimalkan profit dari setiap unit yang mereka produksi. Keduanya adalah studi kasus menarik tentang bagaimana dua pemain besar di industri yang sama bisa menempuh jalan yang sangat berbeda untuk mencapai kesuksesan.

Dalam jangka panjang, susu yang menang adalah susu yang memiliki kebesaran laba dan dividen.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy