imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Transaksi Afiliasi $BWPT

Request salah satu user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Transaksi afiliasi BWPT yang terjadi di ujung semester satu 2025 ini kelihatannya sih sederhana, kayak jual-beli saham antar anak sendiri. Tapi begitu dibongkar, ceritanya mulai kelihatan lebih kompleks dan agak bau-bau akrobat korporat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi begini ceritanya. Pada 30 Juni 2025, PT Pesonalintas Surasejati (PLS), anak usaha BWPT, menjual 120.000 lembar saham PT Tandan Sawita Papua (TSP) ke saudaranya sendiri, PT Jaya Mandiri Sukses (JMS), yang juga anak BWPT. Harganya pas, yaitu Rp120 miliar. Angka ini adalah bagian dari total rencana transaksi dua tahap senilai Rp200 miliar untuk 14,43% saham TSP. Tahap satu ini pas banget terjadi di akhir Juni, pas nutup laporan tengah tahun.

Kalau ngelihat struktur grup BWPT, TSP ini dimiliki bareng-bareng sama lima pihak, yaitu STP, PLS, JMS, BWPT langsung, dan PT Rajawali Corpora. PLS sendiri punya 400.000 saham atau sekitar 28,86%, dan JMS awalnya punya 210.120 saham (15,16%). Setelah transaksi ini, JMS bakal punya lebih banyak saham TSP. Tapi perlu dicatat, semua pihak ini dikendalikan oleh BWPT. Jadi ini transaksi keluarga. Kalau pakai istilah akuntansi, ini transaksi antar entitas sepupu satu rumah yang sama-sama numpang hidup di induk perusahaan yang sama. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Karena semuanya masih satu rumah, secara aturan PSAK 65 dan IFRS 10, transaksi kayak gini harus dieliminasi saat laporan keuangan digabung (konsolidasi). Jadi meskipun secara individual PLS bisa saja mencatat ada kas masuk Rp120 miliar dan JMS mencatat kas keluar, tapi pas digabung di laporan keuangan BWPT, angkanya hilang begitu saja, saling hapus. Kas total grup tidak bertambah, laba juga tidak nambah. Jadi dari sudut pandang investor yang ngelihat laporan BWPT, ini transaksi yang secara ekonomi enggak ngasih efek apa-apa. Beneran cuma mindahin duit dari kantong kiri ke kantong kanan.

Terus, apakah PLS untung dari penjualan ini? Jawabannya enggak juga. Nilai saham yang dijual 120.000 lembar dikali Rp1 juta sama dengan Rp120 miliar. Dan nilai buku saham TSP di PLS ya memang segitu juga. Jadi nggak ada keuntungan, nggak ada kerugian, cuma pindah tangan. Kalau kita mau periksa lebih detail, ekuitas TSP totalnya Rp1.386,111 miliar. Jadi per lembarnya emang sekitar Rp1 juta. PLS punya 400.000 lembar, nilainya Rp400 miliar. Yang dijual cuma 30% dari kepemilikan itu, ya wajar nilainya Rp120 miliar. Artinya, transaksi ini persis di nilai buku. Nggak ada diskon, nggak ada premi. Semua flat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi justru karena terlalu flat dan terjadi persis di tanggal 30 Juni, kita jadi patut curiga. Jangan-jangan ini ada motif lain. Misalnya aja PLS lagi butuh laporan keuangan yang kelihatan lebih sehat buat ditunjukin ke bank, pemegang saham, atau siapa pun yang bakal nanya kas kamu mana. Dengan transaksi ini, tiba-tiba PLS punya tambahan kas Rp120 miliar. Angka ini bisa bikin rasio lancar mereka lebih kinclong, bikin leverage turun, atau sekadar nampilin cash flow yang positif. Tapi ingat, semua itu cuma ilusi karena dananya datang dari saudara sendiri. Begitu masuk ke konsolidasi BWPT, uang itu nggak dianggap masuk.

Hal yang bikin situasi makin menarik adalah orang-orang di balik layar yang ternyata itu-itu juga. Nama Haji Arfan Sani misalnya, muncul di mana-mana. Dia Direktur Utama di PLS, JMS, dan TSP. Ada juga Erick Halomoan Ambarita, yang jadi Direktur di tiga-tiganya. Bahkan Komisaris Utama di semua entitas juga orang yang sama, yaitu Manuel Markus Gandey. Jadi dari segi struktur organisasi, ini keluarga besar yang dikendalikan oleh tangan-tangan yang sama. Ini bukan masalah hukum, tapi dari sisi tata kelola, jelas ini rawan banget sama keputusan yang tidak independen. Siapa yang akan mempertanyakan nilai transaksi atau dampaknya kalau semua pengambil keputusan duduk di ruang rapat yang sama?

Dari sisi appraisal, KJPP Tobing Panuturi bilang nilai transaksi ini masih wajar karena hanya 3,92% di atas nilai pasar, masih dalam batas ±7,5% yang diperbolehkan POJK. Tapi appraisal-nya sendiri juga menyebut mereka tidak melakukan verifikasi independen terhadap proyeksi keuangan dari manajemen. Mereka hanya percaya apa yang dikasih. Dan di sinilah masalah bisa muncul. Karena bisa aja proyeksi itu terlalu optimistis, dibikin supaya nilai transaksi terkesan wajar padahal enggak. Selain itu, goodwill TSP tercatat sebesar Rp960 miliar, hampir 1/3 dari total aset tidak lancar. Tapi nggak ada pembahasan tentang apakah goodwill itu masih valid, apakah sudah diuji impairment-nya, atau cuma angka tempelan biar ekuitas terlihat tinggi. Padahal menurut PSAK 48, goodwill harus diuji nilainya setiap tahun. Kalau ternyata nilai real TSP lebih rendah dari yang tercatat, maka transaksi Rp120 miliar ini bisa jadi terlalu mahal buat JMS.

Lalu ada juga aset biologis TSP senilai Rp287,7 miliar. Ini kebun sawit. Nilainya sangat tergantung harga CPO. Tapi tidak dijelaskan apakah aset ini dinilai dengan fair value atau historical cost. Kalau ternyata belum pernah direvaluasi selama bertahun-tahun, bisa jadi nilai bukunya terlalu rendah, dan berarti PLS bisa saja menjual saham TSP terlalu murah. Masalahnya, ini nggak dibahas sama sekali oleh appraisal. Bahkan metode penilaian aset biologis yang seharusnya ngikutin PSAK 69 juga nggak dijelasin. Jadi bisa dibilang appraisal ini cuma ngelihat kulit luar tanpa tahu apakah di dalamnya ada penyakit kronis atau enggak. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Jadi secara administrasi formal, transaksi ini sah, rapi, dan lolos formalitas. Tapi kalau dilihat pakai kacamata forensic accounting, banyak celah yang bisa jadi tempat main. Terutama dari sisi waktu transaksi, struktur pengurus yang itu-itu juga, appraisal yang pasrah sama proyeksi manajemen, serta potensi nilai tersembunyi dari goodwill dan kebun sawit yang nggak tersentuh. Kalau kita investor yang pengin paham risiko sesungguhnya di balik laporan yang kinclong, kita wajib skeptis sama transaksi kayak gini. Karena seringkali, yang kelihatan mulus itu justru yang paling rawan ditutupin. Dan seperti biasa di dunia keuangan, uang itu bisa pindah tangan tanpa terlihat, asal yang mindahin punya jabatan cukup banyak di perusahaan.

Kalau soal harga saham, biar bandar yang menentukan.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$TAPG $SIMP

Read more...

1/8

testestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy