$NANO Terlalu Banyak Uang Muka
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Nanotech Indonesia Global Tbk atau biasa disingkat NANO ini mungkin secara branding terdengar modern, intelek, bahkan futuristik. Namanya keren, produknya basis riset, kantornya di Gedung Nanoplex, manajemennya diisi profesor, dan sektornya nanoteknologi, bidang yang sering kita dengar di film sains fiksi atau jurnal ilmiah. Tapi begitu kita buka laporan keuangannya per 31 Desember 2024 dan dicermati benar-benar pakai logika sehari-hari, kita akan sadar bahwa yang keren baru kulit luarnya, dalamnya masih banyak persoalan mendasar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
NANO resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2022 lewat papan akselerasi dengan harga IPO Rp100. Emiten ini dikuasai oleh PT Nanotech Investama Sedaya sebagai pemegang saham mayoritas dengan sekitar 60% kepemilikan, sisanya publik. Di jajaran direksi dan komisaris, isinya orang-orang berpendidikan tinggi, seperti Prof. Nurul Taufiqu Rochman sebagai Komisaris Utama yang juga tokoh penting dalam komunitas riset nano Indonesia, Suryandaru sebagai Direktur Utama, dan Radyum Ikono sebagai Komisaris Independen yang juga dikenal sebagai founder platform edukasi. Jadi dari sisi struktur, mereka bukan sekadar pengusaha dadakan, ini emiten berbasis akademisi. Sayangnya, sejauh ini kecerdasan ilmiah mereka belum sepenuhnya diterjemahkan jadi efisiensi bisnis dan arus kas operasi yang sehat.
Secara model bisnis, mereka fokus ke jasa riset rekayasa nano, menyediakan layanan uji coba, pengembangan produk, dan prototipe untuk universitas, kementerian, dan perusahaan manufaktur. Bahan kimia dan alat-alat laboratorium dibeli dari vendor, lalu digunakan oleh tim internal dan peneliti outsource untuk menghasilkan laporan teknis dan hasil riset yang kemudian diserahkan ke klien. Bisnis modelnya berbasis kontrak. Kalau proyek masuk dan dibayar tepat waktu, uang masuk. Kalau tidak, ya menggantung. Selain itu, ada segmen kecil lain berupa penjualan produk herbal (propolis) dan travel syariah yang berasal dari anak usaha yang baru diakuisisi akhir 2023. Tapi kontribusi dua lini ini masih sangat minor, lebih ke pendamping, bukan penentu arah bisnis. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Laporan laba rugi mereka tahun 2024 memperlihatkan pendapatan Rp114,86 Miliar, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya. Tapi jangan dulu tepuk tangan. Pendapatan 93% berasal dari jasa, sisanya dari penjualan propolis. Margin kotor jasa cuma 19%, cukup tipis untuk bisnis teknologi. Penyebabnya adalah beban tenaga kerja outsource yang mahal. Segmen propolis justru punya margin lebih tinggi (53%), tapi nilainya kecil yaitu Rp7,91 Miliar sehingga tidak bisa diandalkan untuk dorong laba. Hasil akhirnya, laba usaha hanya Rp2,29 Miliar dan laba bersih yang bisa dinikmati pemegang saham cuma Rp1,05 Miliar. Margin bersih hanya 0,9%. Artinya, dari setiap seratus rupiah pendapatan, cuma kurang dari satu rupiah yang jadi laba bersih. Dalam dunia riil, itu seperti kerja rodi, tenaga keluar banyak tapi penghasilan pas-pasan.
Masuk ke laporan posisi keuangan. Total aset per akhir 2024 sebesar Rp209,22 Miliar. Tapi begitu kita bedah isinya, mulai kelihatan baunya. Yang terbesar justru bukan kas, bukan piutang lancar, bukan persediaan, tapi biaya dibayar di muka sebesar Rp61,3 Miliar atau 29% dan uang muka pembelian Rp45,4 Miliar atau 22%. Dua akun ini adalah akun abstrak, artinya uang sudah keluar tapi barang atau jasanya belum datang atau belum dicatat sebagai beban. Piutang usaha juga besar yaitu Rp31,3 Miliar atau 15%. Kas cuma Rp4,8 Miliar alias hanya 2% dari total aset.
Ini yang jadi sumber kekhawatiran. Saat akun biaya dibayar di muka dan uang muka pembelian sangat besar, padahal pendapatan dan kas kecil, maka potensi permainan sangat terbuka. Ini bisa jadi alat untuk menyembunyikan arus kas keluar yang seharusnya diakui sebagai beban. Misalnya mereka bayar dulu ke vendor yang mungkin pihak afiliasi juga, tapi proyeknya belum ada, belum mulai, atau belum diselesaikan. Jadi kas keluar tapi tidak kena beban, laba aman. Atau bahkan lebih parah, uang itu ditaruh di pos dibayar di muka untuk proyek-proyek fiktif atau mandek agar neraca terlihat aktif. Akun ini sangat empuk dipakai untuk permainan akuntansi karena sifatnya menggantung dan tidak diaudit secara detail proyek per proyek dalam laporan publik.
Lebih gawat lagi, piutang juga besar. Days sales outstanding mencapai 99 hari. Jadi rata-rata klien butuh waktu tiga bulan lebih buat bayar. Kalau ini murni dari institusi pemerintah atau BUMN, mungkin masih bisa dimaklumi karena proses administrasi yang lama. Tapi piutang dari pihak berelasi juga signifikan, sekitar Rp8,85 Miliar alias 4% dari total aset. Dan sebagian besar transaksi ini bolak-balik antara entitas dalam lingkup Nano Center. Misalnya PT Graha Nanotech Indonesia menyumbang 5% dari pendapatan tapi tidak dijelaskan apakah kasnya benar-benar masuk atau belum. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dalam skenario ideal, akun-akun seperti ini seharusnya tidak terlalu besar dan bisa dilacak langsung ke proyek aktif yang benar-benar selesai dan dibayar. Tapi di sini, porsi akun janji lebih besar dari kas riil dan bahkan dari ekuitas yang dihasilkan sendiri selain agio saham. Kalau ini terus dibiarkan, perusahaan bisa terlihat hidup di laporan, tapi sebenarnya bergerak dalam model bisnis zombie, bergerak tapi tidak menghasilkan kas.
Liabilitas total sebesar Rp40,12 Miliar. Dari situ, Rp19,5 Miliar adalah utang berbunga. Yang bikin cemas adalah beban bunga Rp2,42 Miliar lebih besar dari laba usaha Rp2,29 Miliar. Artinya secara operasional perusahaan belum bisa bayar bunganya sendiri tanpa bantuan utang baru. Interest coverage ratio di bawah 1 kali. Kalau bunga naik atau bank minta pembayaran lebih cepat, NANO bisa kolaps.
Ekuitas perusahaan sebesar Rp169,1 Miliar. Tapi dari situ, Rp112,45 Miliar adalah agio saham dari IPO. Saldo laba yang benar-benar dihasilkan perusahaan cuma Rp8,04 Miliar. Jadi daya tahan modal sebenarnya sangat tipis kalau dibandingkan beban bunga dan operasional.
Laporan arus kas memperjelas semua kekhawatiran. Arus kas operasi negatif Rp10,09 Miliar. Ini menunjukkan bahwa meski mereka mengaku untung, duitnya justru bocor. Belanja modal cuma Rp1,22 Miliar, jadi arus kas bebas tetap negatif Rp11,3 Miliar. Sumber dana dari pinjaman baru Rp17,85 Miliar. Jadi secara nyata, perusahaan ini belum menghasilkan kas yang cukup untuk bayar biaya sendiri dan menggantung hidupnya dari utang.
Entitas anak ada tiga yaitu NHI (nanoteknologi herbal), NMI (konsultan), dan CHW (travel syariah). Tapi semua ini belum menambah nilai berarti. Bahkan anak usaha mencatat rugi minoritas Rp0,38 Miliar. Jadi sejauh ini ekspansi ke herbal dan travel belum memberi apa-apa, hanya memperluas risiko, bukan menambah potensi laba.
Rasio keuangan memperjelas bahwa perusahaan ini ada di zona rawan, dengan current ratio 3,0 kali (cukup longgar secara teknikal, tapi menyesatkan karena isinya uang muka dan biaya dibayar di muka). Quick Ratio 1,3 kali. Debt to equity ratio 0,24 kali (terlihat rendah tapi bisa berubah cepat kalau kas habis). Interest coverage ratio 0,95 kali (berbahaya). Margin kotor 21,5 persen, margin operasi 2,0 persen, margin bersih 0,9 persen. Return on asset 0,5 persen, return on equity 0,6 persen. Cash conversion cycle 98 hari, days sales outstanding 99 hari, days inventory 3 hari. Free cash flow margin minus 9,8 persen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Valuasinya bagaimana? Harga saham Rp22, kapitalisasi pasar Rp94,3 Miliar. Nilai buku per saham 0,56 kali, kelihatan murah. Tapi price to earnings ratio 90 kali dan nilai perusahaan terhadap EBITDA lebih dari 40 kali. Jadi secara valuasi, ini bukan saham murah, tapi saham yang kelihatan murah karena labanya kecil banget. Kalau kas makin seret dan utang makin besar, bukan tidak mungkin perusahaan harus right issue dengan harga diskon dan dilusi besar.
Untuk jadi hidden gem, dua syarat mutlak yaitu margin bersih naik ke 5 persen dan arus kas operasi konsisten positif. Kalau itu bisa tercapai, laba bisa tembus Rp6 Miliar, price to earnings ratio turun ke 18 kali, nilai buku per saham bisa naik ke 1 kali, dan harga saham layak ke Rp40–50. Tapi kalau piutang makin bengkak, proyek-proyek mangkrak, dan biaya riset tidak balik jadi kas, maka harga saham bisa jeblok ke Rp12 bahkan disuspend kalau gagal bayar utang. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Jadi bagi investor yang nyangkut di harga atas, pertanyaannya bukan lagi kapan rebound, tapi apakah arus kas bisa balik positif. Kalau bisa, tahan. Kalau tidak, ya realistis, potong kerugian sebelum makin dalam. Karena di dunia saham, yang bikin cuan bukan teknologi keren, tapi kas nyata. Dan sejauh ini yang dimiliki NANO baru potensi, sementara realitanya, kas terus bocor dan laba terlalu tipis untuk menambalnya.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$PACK $LABA
1/7