imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BRMS Pakai Kontraktor yang Sama dengan $INDY

Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau bicara soal kinerja BRMS di Q1 2025, kita seperti sedang membaca bab awal dari sebuah kisah transformasi tambang yang cukup menjanjikan tapi masih penuh tantangan. Apalagi kalau bicara tentang Bakrie dengan segala lika - likunya.

Kalau bahas jelek - jeleknya tentang Bakrie, bisa berjilid-jilid. Tapi kalau bahas baik-baik nya, bisa juga banyak yang didapat. Tergantung mau pakai POV mana yang mau dipakai. Terlepas dari baik dan buruknya, Bakrie sudah terbukti bisa survive. Sejauh ini meskipun sudah sering gagal bayar utang di BNBR $BUMI dll, saham Bakrie belum pernah ada yang delisting dari bursa. BTEL yang nggak jelas itu saja masih Listing sampai sekarang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di sisi pendapatan, BRMS mencatat revenue sebesar Rp1.050,3 miliar, melonjak 241,4% dari kuartal yang sama tahun lalu, yang sebagian besar berasal dari aktivitas pra-produksi emas di tambang Poboya. Gross profit tercatat Rp599,3 miliar, dengan margin 54,5%, cukup tinggi untuk ukuran perusahaan yang belum masuk fase produksi penuh. EBITDA-nya pun solid di Rp502,8 miliar, naik lebih dari 400% YoY. Laba bersih menembus Rp240 miliar, naik 322,5% dibanding Q1 2024, dengan net margin 21,8%. Dari sisi profitabilitas, ini terlihat mengesankan. Tapi kita belum bisa puas dulu karena cerita utamanya ada di balik angka-angka itu.

Kalau kita telisik dari struktur keuangan, total aset BRMS per akhir Maret 2025 mencapai Rp19.241,9 miliar. Tapi menariknya, kas dan setara kas hanya Rp130,6 miliar, kurang dari 1% dari total aset. Padahal utang jangka pendeknya mencapai Rp2.381,7 miliar. Jadi kas versus utang jangka pendek ini ibarat receh lawan gajah, dengan rasio cuma 0,05x. Walaupun DER (Debt to Equity Ratio) hanya 0,15x dan terlihat konservatif, kenyataannya BRMS tetap perlu strategi manajemen kas yang sangat hati-hati untuk menjaga kelangsungan operasi. Di tengah tekanan ini, untungnya arus kas dari aktivitas operasi (CFO) justru positif, USD20,6 juta atau sekitar Rp336 miliar (kurs Rp16.300/USD). Ini melegakan karena menunjukkan bahwa profit yang dibukukan tidak hanya di atas kertas. Pendapatan dari pelanggan juga matching dengan revenue, artinya cash conversion ratio sangat sehat. Tidak ada mismatch mencolok antara pendapatan dan kas masuk. Bahkan CFO lebih besar daripada laba bersih, yang menjadi sinyal bahwa kualitas labanya cukup solid. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Namun, CFO yang sehat itu langsung terbakar oleh aktivitas investasi yang besar. BRMS menghabiskan USD18,9 juta (Rp309 miliar) untuk berbagai belanja modal, mulai dari pembayaran aset pertambangan, uang muka kontraktor, hingga pembayaran properti eksplorasi. Tambang emas bawah tanah memang bukan proyek murah. Di sisi lain, arus kas pendanaan justru negatif Rp88,7 miliar, yang mengindikasikan bahwa selama Q1 2025, BRMS belum menerima injeksi modal baru maupun rights issue. Semua pengeluaran dibiayai dari arus internal dan pinjaman jangka pendek yang sudah ada. Kas akhir periode turun jadi Rp128,3 miliar. Di sinilah risiko likuiditas jangka pendek mulai terasa karena kalau tren ini berlanjut tanpa tambahan dana, bisa-bisa rights issue atau pinjaman baru harus dikeluarkan di tengah tahun.

Sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu pasar, yaitu proyek emas. BRMS punya dua tambang andalan, Poboya di Palu dan Linge Abong di Aceh. Tambang Poboya sudah mulai aktivitas awal sejak tahun lalu dan saat ini sedang masuk tahap konstruksi tambang bawah tanah dengan kontraktor Macmahon. Meski belum produksi penuh, aktivitas pra-produksi emas sudah mulai memberikan kontribusi revenue. Target ke depan cukup ambisius, produksi 100.000 troy ounce per tahun mulai 2026 dengan potensi pendapatan tahunan di atas Rp2–3 triliun. Kalau harga emas global betul naik ke kisaran USD2.300–3.000 per ounce, maka margin dan laba bisa meledak. Tapi ingat, sampai cuan emas itu benar-benar masuk ke laporan keuangan, semua ini masih proyeksi. Estimasi realistisnya, laba besar dari emas baru akan terlihat di laporan keuangan Q3 atau Q4 2025 dan akan optimal di tahun 2026. Maka fase 2025 ini adalah masa jembatan pembiayaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi valuasi, harga saham BRMS per 30 Juni 2025 ada di kisaran Rp384. Dengan laba bersih tahunan yang disetahunkan (Rp240 miliar x 4 = Rp960 miliar), PER-nya sekitar 227x. Itu luar biasa mahal dibanding rerata sektor pertambangan yang main di PER 10–15x. PBV-nya pun 3,31x, sementara rata-rata sektor hanya 1,5–2x. EV/EBITDA juga tembus 112,99x. Jadi harga saat ini benar-benar mencerminkan ekspektasi pasar yang sangat tinggi pada keberhasilan proyek emas. Kalau produksi tepat waktu dan volume sesuai target, valuasi ini mungkin bisa dikejar. Tapi kalau proyek molor atau harga emas drop, valuasi bisa ambruk.

Keunggulan BRMS cukup jelas, cadangan emas besar (JORC certified), biaya produksi rendah karena desain tambang open pit dan heap leaching, dan didukung sponsor kuat seperti Emirates Tarian (25%) Salim Group dan Grup Bakrie. Tapi kelemahan utamanya juga nggak bisa dianggap enteng, kas mepet, beban belanja modal besar, utang jangka pendek menekan, dan ada risiko rights issue yang sangat dilutif kalau pendanaan tidak segera dipastikan. Ditambah lagi, ketergantungan besar pada satu proyek emas bikin bisnis BRMS rentan kalau ada kendala teknis atau regulasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ke depan, strategi BRMS adalah menyelesaikan konstruksi Poboya, lanjutkan eksplorasi Gorontalo, dan memperkuat struktur pembiayaan untuk jaga arus kas. Proyeksi mereka cukup optimis, pendapatan 2025 bisa tembus Rp4,5–5 triliun dengan laba Rp900 miliar – 1 triliun. Lalu di 2026, mereka targetkan pendapatan Rp7–8 triliun dengan margin bersih >30%. Ekspor emas ke pasar Asia-Pasifik juga disiapkan untuk diversifikasi pasar.

Sentimen positif tentu datang dari tren naiknya harga emas global, ekspektasi komersialisasi emas 2026, serta komitmen pemegang saham mayoritas untuk mendukung pendanaan. Tapi risiko tetap besar. Kalau proyek molor, arus kas tidak membaik, atau rights issue terlalu besar dan merugikan pemegang lama, maka kepercayaan pasar bisa tergerus.

Investor berharap bahwa laba BRMS bisa tumbuh konsisten, ROE naik ke atas 15% dalam 2–3 tahun, dan valuasi saham jadi lebih wajar di kisaran PBV 2x. Tapi early warning-nya juga sudah kelihatan, proyek bisa molor, capex bisa bengkak, kas bisa terkuras sebelum revenue emas masuk, dan laporan keuangan bisa kehilangan kredibilitas jika tidak transparan soal segmen dan cashflow. Kesimpulannya, BRMS sedang berada di titik kritis, momentum pertumbuhan ada tapi risiko pembiayaan dan eksekusi sangat menentukan. Kalau sukses, BRMS bisa naik kelas jadi tambang emas andalan nasional. Tapi kalau gagal di titik ini, investor bisa terseret valuasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan oleh cashflow nyata. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy