Fitur Saham Ini Lebih Bahaya dari yang Kamu Kira
Aku mau ajak kamu ngobrol soal sesuatu yang cukup serius tapi sering dianggap sepele di dunia saham yaitu fitur-fitur tambahan yang justru bisa bikin kamu malah jauh dari kata “investor” dan makin dekat ke ranah spekulan, bahkan judi. Yap, aku ngomongin fitur kayak margin trading, trading limit, collateral saham, dan forced sell.
Kalau kamu baru mulai belajar saham, mungkin fitur-fitur ini terdengar keren. Tapi kalau kamu udah ngalamin naik-turunnya pasar, kamu bakal sadar betapa bahayanya fitur-fitur ini kalau nggak dipakai dengan bijak apalagi kalau kamu nggak tahu cara kerjanya.
Jadi yuk, kita bahas satu-satu. Nggak buat nakut-nakutin, tapi biar kamu bisa lebih paham ajah.
1. Margin Trading
Margin trading itu ibarat kamu beli barang pakai utang. Dalam konteks saham, kamu bisa beli saham lebih banyak dari modalmu sendiri, karena broker “minjemin” kamu duit.
Misalnya, kamu punya Rp10 juta, tapi karena dikasih margin 100%, kamu bisa beli saham senilai Rp20 juta. Setengahnya pakai duitmu, setengahnya utang.
Kalau sahamnya naik, kamu cuan lebih besar. Tapi kalau turun? Kerugiannya juga dobel. Dan karena kamu ngutang, kamu wajib bayar bunga. Kalau kerugianmu makin gede, broker akan kirim margin call peringatan buat nambah dana. Kalau kamu nggak nambah, saham kamu bisa dijual paksa.
Masalahnya, margin ini bikin orang jadi serakah. Mereka ngerasa bisa cepat kaya. Padahal realitanya, pasar saham bisa berubah dalam hitungan detik. Kamu bisa cuan besar, tapi juga bisa kehilangan semua dalam waktu yang sama cepatnya.
2. Trading Limit
Trading limit itu fitur yang bikin kamu bisa beli saham baru sebelum dana dari penjualan saham sebelumnya cair.
Secara sistem, di pasar saham Indonesia, kalau kamu jual saham hari ini, dananya baru cair dua hari kerja kemudian (T+2). Tapi dengan trading limit, kamu bisa langsung pakai dana “yang belum cair” itu buat transaksi baru.
Terlihat praktis? Iya.
Tapi ini juga bikin kamu merasa punya uang yang padahal belum benar-benar ada. Akibatnya, kamu bisa lebih mudah impulsif. Niat awalnya mau nunggu dan masuk di momen tepat, malah jadi asal beli saham karena merasa masih punya “amunisi”.
Dan kalau saham yang kamu beli itu malah turun sebelum dana beneran cair, kamu bisa kena masalah likuiditas. Bisa-bisa kamu harus jual saham rugi demi nutup kekurangan. Dan dari situ, snowball nya mulai jalan.
3. Collateral Saham
Collateral atau jaminan saham itu fitur yang memungkinkan kamu menjadikan saham yang kamu punya sebagai jaminan untuk dapat pinjaman tambahan dari broker. Jadi kamu bisa punya “limit” tambahan berdasarkan nilai saham yang udah kamu miliki.
Tapi nilainya nggak 100%. Biasanya ada haircut, potongan yang mengurangi nilai jaminan. Misalnya kamu punya saham senilai Rp100 juta, tapi haircut nya 30%, maka nilai jaminanmu cuma dianggap Rp70 juta.
Nah, kalau saham kamu turun, nilai jaminan juga turun. Dan begitu menyentuh batas tertentu, sistem broker akan kasih kamu margin call, atau langsung jual paksa sahammu.
Banyak yang nggak sadar saham mereka dijadikan collateral. Mereka pikir semua aman karena pegang saham bluechip. Padahal kalau dijadikan jaminan tanpa kontrol, efeknya bisa sama aja kayak kamu pakai margin secara langsung.
4. Forced Sell
Forced sell itu kondisi ketika sistem broker secara otomatis menjual saham kamu untuk menutupi kekurangan margin atau limit yang kamu gunakan.
Yang bikin ngeri, ini bisa terjadi tanpa kamu sadar. Sistem akan melihat kalau batas aman sudah terlampaui, dan langsung jual posisi kamu di harga pasar.
Nggak peduli kamu yakin saham itu bakal naik besok. Nggak peduli kamu punya rencana jangka panjang. Sistem hanya tahu satu hal: kamu melanggar batas yang disepakati. Dan cara satu-satunya buat nutup itu adalah: jual paksa.
Efeknya bisa menghancurkan portofolio dalam hitungan jam. Dan sayangnya, ini bukan hal yang langka.
5. Fitur-Fitur Ini Dipromosikan Seolah Keren
Yang bikin makin runyam, fitur-fitur ini dipromosikan sebagai solusi canggih.
Kamu pasti pernah lihat slogan seperti:
“Optimalkan portofolio kamu dengan margin trading”
“Perbesar potensi keuntungan”
“Bebas transaksi dengan trading limit”
Padahal buat pemula, semua ini bisa jadi jebakan manis.
Karena kenyataannya, banyak yang baru main saham beberapa minggu udah langsung pakai margin, trading limit, atau saham dijadikan collateral tanpa paham sama sekali risikonya.
Dan ketika pasar koreksi, semua berantakan. Modal ludes, mental ambruk, dan mereka pergi dari dunia saham dengan trauma, bukan ilmu.
6. Ini Tuh Udah Mirip Kayak Judi
Yuk kita runut:
Kamu pasang modal (kadang bahkan pakai pinjaman)
Kamu berharap harga saham naik
Kamu nggak bisa kendalikan pasar
Kamu bisa kehilangan semua dana dalam waktu singkat
Kamu kadang nggak ngerti cara kerjanya
Kalau udah kayak gini, apa bedanya sama judi?
Di kasino, kamu tahu kamu sedang berjudi. Tapi di saham, banyak yang ngerasa sedang berinvestasi, padahal kelakuannya lebih mirip spekulan nekat.
Bedanya? Di saham, kamu mungkin merasa lebih “legal” aja.
7. Siapa yang Salah
Investor ritel juga harus paham semua itu, karena kadang sering gak tau soal itu sebelum mulai.
Tapi kita juga nggak bisa tutup mata bahwa sistem saat ini terlalu permisif.
Buka akun saham sekarang gampang banget. Kamu isi data lewat HP, upload KTP, dalam 10 menit langsung bisa transaksi. Nggak ada filter, nggak ada uji pemahaman, dan yang lebih ngeri itu kadang langsung dikasih limit margin otomatis.
Bayangin kamu baru belajar naik motor, langsung dikasih motor balap. Belum bisa ngerem, belum paham teknik belok, tapi langsung dikasih kebut.
Kalau jatuh, ya wajar. Tapi kenapa dikasih motor balap duluan?
8. Solusi
Menurut aku, fitur-fitur berisiko kayak margin, trading limit, dan collateral sebaiknya dikunci dulu buat investor pemula.
Setidaknya ada sistem bertahap, seperti:
0-6 bulan pertama, hanya boleh beli saham secara tunai.
Setelah 6 bulan, baru bisa akses fitur margin dan collateral, dengan syarat:
Sudah ikut pelatihan atau edukasi resmi
Lulus tes pemahaman risiko
Aktivasi fitur tambahan harus manual, nggak boleh otomatis muncul saat akun dibuka
Forced sell harus disertai peringatan dan jeda waktu jelas, biar investor bisa ambil tindakan.
Sistem kayak gini bikin investor belajar dulu, baru dikasih alat yang lebih tajam. Karena pisau tajam di tangan pemula itu bukan produktif, tapi bisa melukai diri sendiri.
9. Edukasi Itu Bukan Pelengkap, Tapi Pondasi
Kunci utama dari semua masalah ini adalah: edukasi yang lemah.
Kita butuh sistem edukasi yang lebih serius sebelum seseorang bisa pakai fitur-fitur berisiko. Edukasi harus dijadikan bagian wajib dari pembukaan akun. Misalnya:
Modul belajar soal risiko margin
Simulasi forced sell
Tes pemahaman sebelum fitur diaktifkan
Dan bukan cuma edukasi dari sekuritas. OJK dan BEI juga harus aktif bikin sistem penyaringan yang nasional. Karena kalau dibiarkan bebas seperti sekarang, pasar kita akan dipenuhi investor baru yang jadi korban sistem tanpa pemahaman yang cukup.
10. Ini Bukan Anti Teknologi, Tapi Untuk Keselamatan
Aku bukan anti teknologi. Nggak ada yang salah dengan fitur margin, collateral, atau trading limit semua fitur itu juga untuk agar lebih aktif perdagangannya. Tapi salah besar kalau fitur-fitur tajam ini langsung dikasih ke semua orang tanpa batasan.
Fitur-fitur ini bagus buat profesional, buat yang tahu cara pakainya, dan buat yang siap rugi.
Tapi kalau dikasih ke pemula yang baru belajar beli saham, ini kayak ngasih granat ke anak kecil. Kalau meledak, yang kena bukan cuma dia, tapi juga orang di sekitarnya.
Industri saham bisa rusak reputasinya. Masyarakat bisa kehilangan kepercayaan untuk kedepannya. Dan itu jauh lebih berbahaya.
Terakhir
Investasi saham itu harusnya jadi sarana buat tumbuh, belajar, dan membangun masa depan finansial. Tapi kalau sistemnya malah bikin orang kalap, terjebak fitur berisiko, dan merasa dirugikan tanpa paham apa yang mereka lakukan maka sistem itu sedang rusak.
Menurut aku, lebih baik fitur-fitur seperti margin, trading limit, dan collateral dikunci dulu buat investor pemula. Nggak perlu dihapus, tapi dikendalikan. Karena melindungi investor itu bukan menyulitkan, tapi menyelamatkan. kalo gak bisa lebih baik di hilangkan semua fitur-fitur itu.
$IHSG $BTC $BTCIDR