imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TSPC: Mengapa PSP nya Tidak Mau Goreng?

Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Jawaban singkatnya, saya pun tidak tahu karena saya bukan pengendali TSPC. Kita cocoklogi aja.

PT Tempo Scan Pacific Tbk atau TSPC adalah perusahaan yang sudah eksis sejak lama di sektor farmasi dan barang konsumen. Kantor pusatnya ada di Jakarta, dengan fasilitas produksi utama di Cikarang. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 4.400 orang yang tersebar di berbagai anak usaha. TSPC punya tiga lini utama bisnis yaitu farmasi (seperti obat generik dan ethical), produk konsumen seperti kosmetik dan perawatan tubuh, serta jasa distribusi untuk mendistribusikan produk sendiri maupun barang pihak ketiga. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Harga saham TSPC saat ini di level 2.300. Dengan jumlah saham beredar sekitar 4,51 miliar, kapitalisasi pasarnya ada di kisaran 10,4 triliun. Dari laporan keuangan kuartal 1 tahun 2025, perusahaan mencetak laba bersih 409,3 miliar yang jika disetahunkan menjadi sekitar 1,64 triliun. Itu artinya PER-nya sekitar 6,3x. Ekuitasnya sebesar 9,59 triliun menghasilkan PBV sekitar 1,1x. Sekilas kelihatan murah, tapi penting dilihat apakah murahnya sehat atau justru jebakan.

Komposisi segmen usaha TSPC cukup seimbang dari sisi penjualan. Farmasi menyumbang 1,09 triliun, konsumen-kosmetik sebesar 1,13 triliun, dan distribusi 1,05 triliun. Tapi dari sisi margin, segmen konsumen paling menonjol dengan margin kotor 53%. Farmasi 47%, dan distribusi hanya 9%. Jadi walaupun distribusi menyumbang sepertiga penjualan, kontribusinya ke laba sangat kecil. Ini wajar karena bisnis distribusi memang margin-nya tipis tapi butuh modal kerja besar. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Dari sisi pertumbuhan tahunan, segmen konsumen naik 4%, farmasi turun 6%, dan distribusi anjlok 12%. Farmasi turun karena proyek tender pemerintah melambat. Distribusi lemah karena pergeseran dari ritel modern ke kanal digital. Konsumen naik karena ada inovasi produk OTC dan kosmetik. Kesimpulannya, segmen konsumen adalah penopang utama stabilitas dan margin.

Untuk risiko keuangan, posisi kas TSPC sangat kuat. Kas sebesar 4,72 triliun dan utang berbunga yang relatif kecil membuat posisi net cash mencapai 3,65 triliun. Gearing-nya bahkan negatif. Tapi tetap ada risiko dari pinjaman jangka pendek sebesar 1,07 triliun yang berbunga mengambang. Jika suku bunga acuan naik, beban bunga bisa ikut naik. Risiko nilai tukar juga ada karena bahan baku banyak diimpor, tapi mitigasinya cukup baik. Perusahaan punya kas valas dan tidak punya utang dolar besar. Dari sisi hukum, ada satu kasus arbitrase dari eks-principal luar negeri. Sudah damai tapi masih tercatat sebagai liabilitas kontinjensi. Risiko komoditas datang dari fluktuasi harga bahan aktif dan plastik. Tapi segmen farmasi cukup terlindungi karena banyak kontrak cost-plus yang otomatis menyesuaikan harga.

Ketika laporan laba rugi disandingkan dengan laporan arus kas, mulai terlihat ada ketidakseimbangan. Laba bersih naik tipis menjadi 438 miliar tapi arus kas operasi justru minus 8,8 miliar. Setelah ditelusuri, ternyata piutang dan persediaan naik sedangkan utang usaha justru turun. Artinya perusahaan menumpuk barang dan memberikan tempo pembayaran lebih longgar ke pelanggan, tapi membayar supplier lebih cepat. Secara akuntansi perusahaan untung, tapi duitnya belum masuk. Ini sinyal merah kecil. Apalagi capex pada kuartal ini mencapai 130 miliar, membuat free cash flow negatif sekitar 139 miliar. Untungnya perusahaan masih bisa menarik pinjaman bank 319 miliar untuk menutup kekurangan kas. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Struktur modal kerja juga menunjukkan tekanan. Piutang naik 6% YoY, persediaan lompat 9%, tapi utang usaha turun 3%. Perputaran piutang sekitar 42 hari masih oke. Tapi perputaran persediaan sudah tembus 100 hari, tergolong lambat. Kalau ini terus dibiarkan, kas makin tertahan di gudang. Meskipun posisi net cash besar, arus kas dari operasi yang negatif tetap berisiko bila tidak dibenahi dalam beberapa kuartal ke depan.

Dari sisi operasional, TSPC punya model bisnis yang cukup kuat. Produksi farmasi dan consumer dilakukan in-house di Cikarang. Bahan bakunya sebagian besar dari India dan China, dan perusahaan sudah punya hubungan jangka panjang dengan vendor strategis. Distribusi ditangani oleh anak usaha yang punya armada sendiri. Produk dijual ke apotek, rumah sakit, dan ritel modern. Top 5 pelanggan hanya menyumbang 27% penjualan, jadi tidak ada satu pelanggan yang dominan. Sistem pembayaran umumnya 30-60 hari. Tidak ada transaksi pihak berelasi yang aneh. Mayoritas transaksi internal hanya sewa gedung dan jasa pendukung antar anak usaha.

Kelebihan utama TSPC ada di posisi kas yang sangat solid, net cash besar, dan tidak punya utang jangka panjang yang membebani. Segmen konsumen dengan margin 53% menjadi mesin laba utama. Diversifikasi bisnis juga berjalan baik meskipun distribusi cenderung makan modal kerja besar. Valuasi saat ini terlihat murah dengan PER 6x dan PBV 1x. Tapi kelemahannya juga jelas. Arus kas operasi negatif, persediaan makin menumpuk, piutang makin lama tertagih, dan beban distribusi besar tapi tidak menghasilkan margin sepadan. Kalau suku bunga naik, pinjaman jangka pendek berbunga variabel bisa jadi tekanan tambahan.

TSPC memang bukan saham gorengan karena ini emiten yang sehat secara struktur keuangan. Tapi kalau manajemen tidak segera membalikkan cashflow dari operasi ke zona positif, valuasinya tidak akan rerating. Kalau perputaran modal kerja bisa dibenahi dan cashflow pulih, saham ini punya potensi naik ke level valuasi sektoral PER 12-14x. Itu artinya potensi harga wajarnya di kisaran 4.000-4.300. Tapi kalau mismatch antara laba dan arus kas terus berlanjut, investor kemungkinan tetap kasih diskon. Selama perusahaan masih punya net cash tebal, risiko penurunan harga relatif terbatas. Tapi kalau dalam 2-3 kuartal ke depan arus kas tetap negatif, mungkin sudah waktunya realistis dan mulai pertimbangkan rotasi ke saham lain yang duitnya benar-benar masuk. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

PSP TSPC tidak mau goreng harga saham itu bukan karena mereka kere, gak ada duit, atau pelit. Justru mereka itu super kaya, kas perusahaan ada 4,7 triliun, net cash 3,6 triliun, dividen lancar tiap tahun, dan mereka sendiri yang nerima bagian paling besar. Tapi justru karena mereka tajir dan dominan, mereka gak punya urgensi atau alasan untuk menyenangkan investor ritel dengan cara goreng harga.

Coba lihat dari sudut pandang mereka. Misalnya kamu adalah keluarga pengendali TSPC, punya akses ke arus kas bisnis, nerima dividen tiap tahun ratusan miliar, dan bisa beli saham di pasar reguler dengan harga diskon tanpa repot RUPS, tanpa harus menjawab pertanyaan OJK, dan tanpa ekspektasi publik. Lalu buat apa repot-repot goreng harga, naikin valuasi, lalu kasih cuan gratis ke ritel? Mending pelan-pelan akumulasi, dapat lebih banyak saham, dan makin kuasai bisnis. Goreng harga justru bikin barang keluar dari tangan ritel dan jadi mahal buat beli balik. Kan lebih baik itu duit dividen pakai foya - foya, belikan mobil untuk anjing di rumah dll daripada pakai buat goreng saham memperkaya ritel? Apakah ini masuk akal? Coba googling aja mobil anjing anak pemilik tempo scan. Bandingkan sama hasil googling mobil bmw dan senjata anak pemilik prodia. Makin kaya seseorang, makin beda prioritasnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dan soal duit, mereka memang gak kekurangan. Misalnya mereka ambil 400 miliar dividen saja dari TSPC, itu cukup buat beli 3% saham publik kalau harga tetap murah. Tapi mereka gak lakukan itu secara agresif. Kenapa? Karena mungkin mereka ngerasa gak perlu buru-buru. Saham tetap likuid, free float masih 10% lebih, tidak terancam masuk FCA karena masih di atas 7,5%, dan harga murah artinya mereka bisa terus nambah kepemilikan tanpa tekanan. Ini strategi akumulasi sunyi. Mereka gak perlu publisitas, gak perlu pamer, dan gak perlu buat investor ritel bahagia.

Kalau akhirnya publik ngambek dan jualan, ya malah lebih bagus buat mereka. Bisa beli lebih banyak. Dan selama TSPC tetap mencetak laba, punya margin tinggi, dan operasionalnya aman, mereka tetap di posisi nyaman tanpa harus repot ngatur persepsi pasar.

Ini kayak kamu punya toko $ROTI yang laku tiap hari, untung bersih besar, dan uang masuk rutin. Tapi tetanggamu (ritel) marah karena etalase tokonya gak kamu cat dan nggak kamu terangin lampunya biar kelihatan keren. Kamu cuek, karena kamu tahu pembelimu tetap datang dan kamu nggak mau keluar biaya cuma buat pencitraan. Itu yang dilakukan PSP TSPC.

Jadi strategi mereka ini bukan karena kere. Bukan juga karena pelit. Tapi karena mereka realistis, dan mereka tahu kalau goreng harga itu cuma bikin ritel senang sebentar, tapi tidak kasih mereka kendali lebih besar. Mending pelan-pelan beli barang diskon, sambil sesekali kasih dividen, dan biarkan publik lupa sama saham ini, sampai akhirnya semua udah di tangan mereka.

Apakah mereka lebih pilih kasih mobil ke anjing ketimbang goreng saham? Kalau kamu pengendali ultra-kaya dan satu-satunya yang nikmatin value perusahaan, mungkin iya. Karena dalam skema ini, goreng harga sama artinya dengan kasih uang ke publik. Dan mereka bukan tipe yang senang bagi-bagi tanpa alasan. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/9

testestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy