imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DSSA Bisnisnya Apa?

Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) ini secara singkat bisa dibilang perusahaan yang awalnya anak bungsu Grup Sinarmas, tapi sekarang justru jadi mesin uang paling kencang berkat bisnis batu bara. Sekilas kelihatannya emiten ini beralih ke energi hijau dan teknologi internet, tapi kenyataannya hampir semua duit yang masuk masih dari hasil gali tanah hitam dan jual ke luar negeri. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pendapatan konsolidasian DSSA di kuartal I 2025 mencapai 743 Juta USD, atau sekitar 12.1 Triliun rupiah, dan 90% berasal dari anak usaha tambang batubaranya, terutama GEMS. Sementara sisanya dibagi antara bisnis internet kabel, perdagangan umum, dan energi baru terbarukan yang masih sangat kecil porsinya, baru menyumbang 28 ribu USD, alias tidak relevan untuk saat ini.

Model bisnis DSSA dari hulu ke hilir didominasi oleh sektor pertambangan batubara. Mereka punya IUP (izin usaha pertambangan) lewat berbagai anak usaha seperti PT Golden Energy Mines ($GEMS), KIM, BORNEO, dan lainnya. Batu bara dikorek pakai jasa kontraktor tambang, lalu diangkut via sungai atau kereta, kemudian diekspor atau dijual ke pembeli lokal. Pengiriman kebanyakan via pelabuhan di Kalimantan Tengah dan Selatan. Mereka juga punya entitas trading di Singapura, GEMSTR, yang bisa beli batubara dari luar grup lalu dijual ulang, jadi agak luwes memainkannya.

Risiko mulai muncul ketika piutang dagang ke pihak ketiga naik jadi 227 Juta USD (+11.3% QoQ), sementara pendapatan malah turun 7.4% dibanding periode yang sama tahun lalu. Artinya, penjualan makin ngadat, tapi tagihan makin banyak. Di sisi lain, persediaan naik ke 124.5 Juta USD (+5.2%), menandakan ada batubara yang belum laku atau masih tertahan di pelabuhan. Kalau penjualan tidak segera terserap, bisa jadi beban logistik makin besar atau muncul impairment inventory. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu bagaimana dengan bisnis internet dan energi barunya? Di atas kertas sih ada, lewat anak usaha seperti Innovate Mas Utama dan Dalligent, yang menyediakan layanan broadband. Tapi kalau dilihat kontribusinya terhadap pendapatan, cuma sekitar 6% dari total. Margin bisnis ini juga jauh lebih kecil dibanding tambang. Di kuartal I 2025, gross margin segmen teknologi hanya 18%, sementara bisnis tambang mencapai 43%. Jadi meskipun segmen teknologi ini terlihat menjanjikan untuk masa depan, secara keuangan masih beban buat grup. Bahkan goodwill segmen teknologi masih tercatat 17.5 Juta USD padahal labanya belum kelihatan. Kalau sampai nanti gagal menghasilkan EBITDA positif, bisa-bisa harus dilakukan impairment sesuai PSAK 48 dan dampaknya langsung ke bottom line.

Di sisi cashflow, DSSA justru sangat kuat. Arus kas dari aktivitas operasi di kuartal I 2025 sebesar 172 Juta USD (2.8 Triliun rupiah), cukup buat nutupin belanja modal sebesar 134 Juta USD. Jadi masih ada free cash flow positif. Bahkan kalau disetahunkan, CFO-nya bisa tembus 11 Triliun rupiah. Total kas setara kas mencapai 951 Juta USD alias sekitar 15.5 Triliun, sementara utang berbunga total 1.19 Miliar USD, jadi net debt-nya cuma 3.96 Triliun. Dengan EBITDA dan EBIT yang masih tebal, rasio interest coverage-nya mencapai 10 kali. Jadi secara solvabilitas dan likuiditas, DSSA ini lebih kuat dari mayoritas emiten lain di sektor energi. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Tapi jangan buru-buru jatuh cinta, karena valuasi pasar DSSA ini bisa dibilang sudah pricing in semua mimpi manis masa depan. Dengan harga saham di 55200 rupiah, kapitalisasi pasar DSSA sekitar 425 Triliun rupiah. Sementara ekuitas konsolidasian hanya 33.6 Triliun. Artinya PBV sudah tembus 12 kali. PER-nya juga tidak murah. Laba kuartal I 2025 mencapai 135 Juta USD, disetahunkan menjadi 540 Juta USD (sekitar 8.8 Triliun). Jadi PER-nya mendekati 48 kali. Bandingkan dengan emiten tambang batubara lain seperti ITMG atau PTBA yang PER-nya masih di bawah 10 kali. Artinya, pasar sudah menghargai DSSA seolah-olah ini adalah perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi dan recurring income yang stabil, padahal 90% pendapatannya tetap dari jualan batu bara.

Dari sisi risiko, selain dari valuasi premium, DSSA juga menghadapi potensi sengketa lahan di Jambi dan kewajiban lingkungan yang bisa muncul sewaktu-waktu. Mereka juga berisiko terhadap fluktuasi harga batu bara internasional. Jika harga anjlok di bawah 90 USD per ton, margin bisa langsung tergerus karena cost-nya sekitar 35 USD. Risiko litigasi dan PSAK 57 bisa muncul kalau ada gugatan lingkungan atau kontrak pasokan gagal. Risiko IFRS 15 muncul di transaksi ekspor karena timing pengakuan revenue bisa berubah tergantung shipping term. Transaksi pihak berelasi juga harus terus diawasi, walau porsinya masih di bawah 10%, terutama karena anak usaha kerap bertransaksi satu sama lain, termasuk memakai jasa pertambangan dari entitas internal seperti Karya Mining Solutions. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari segi strategi bisnis, DSSA sedang mencoba memoles wajahnya agar lebih hijau dan tech-savvy. Tapi kontribusi nyata dari segmen non-batubara masih jauh dari cukup. Hidden gem mungkin bisa muncul kalau mereka sukses IPO kan salah satu konsesi tambangnya, atau proyek PLTU mulut tambang Barasentosa Lestari jalan dan dikontrak PLN jangka panjang. Aset berupa konsesi dan IUP yang belum digarap juga punya potensi kalau siklus komoditas naik lagi. Tapi sebaliknya, value trap akan sangat mungkin kalau harga batu bara global anjlok dan bisnis broadband masih gagal menghasilkan laba operasional.

Idealnya, valuasi DSSA bisa dibilang layak kalau empat syarat terpenuhi. Pertama, revenue batu bara tetap di atas 10 Triliun per kuartal. Kedua, belanja modal tidak lebih dari 60% arus kas operasi. Ketiga, piutang kembali di bawah 25 hari penjualan. Dan keempat, segmen internet menghasilkan EBITDA positif. Kalau salah satu gagal, investor bisa mulai mempertanyakan valuasi super premium ini. Dan biasanya pasar akan cepat mendiskon.

DSSA adalah perusahaan cash-rich dengan fundamental yang sangat kuat di sisi arus kas dan neraca. Tapi valuasinya sudah terlalu optimis. Jadi kalau kita percaya harga batu bara masih akan stay tinggi, dan manajemen berhasil monetisasi segmen internet atau hijau, ini bisa jadi peluang. Tapi kalau katalis itu tak kunjung datang, bukan tidak mungkin saham ini perlahan kembali ke valuasi wajarnya, yang bisa saja cuma sepertiga dari harga sekarang. Jadi ini bukan saham untuk swing trader, tapi untuk investor yang tahu risiko dan menunggu momen katalis konkret. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$EXCL

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy