Kisah Dana x $EMTK x $DSSA
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Di balik gemerlap persaingan dompet digital di Indonesia, terselip drama korporasi yang cukup seru antara DANA, Emtek (EMTK), Grup Sinarmas lewat DSSA, dan tentu saja Lazada sebagai lengan e-commerce Alibaba. Awalnya, DANA itu anak emasnya Emtek. Perusahaan ini didirikan bareng Ant Financial (Alibaba) sekitar 2017 lewat entitas bernama PT Elang Andalan Nusantara (EAN). Waktu itu Emtek punya kendali penuh dengan kepemilikan 55 persen, sisanya dipegang Ant. Tapi seiring waktu, terutama sejak BI memperketat aturan soal kepemilikan ganda e-money, peta kepemilikan ini mulai goyah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Regulasi BI memang tegas. Satu entitas tidak boleh menguasai lebih dari satu lisensi uang elektronik. Masalahnya, Emtek bukan cuma punya DANA, tapi juga nyelonong masuk ke Grab Indonesia tahun 2021 dengan suntikan dana jumbo 375 juta dolar AS. Saat itu Grab adalah pemegang saham mayoritas OVO. Artinya, Emtek jadi punya akses ke dua e-wallet sekaligus, yaitu DANA dan OVO. Ini jelas bikin deg-degan karena BI bisa turun tangan. Opsi Emtek cuma dua. Pilih salah satu, atau jual semuanya.
Akhirnya Emtek mulai mundur pelan-pelan. Desember 2020 mereka lepas 6 persen saham DANA. Porsi kepemilikan turun dari 55 persen jadi 49 persen. Secara hukum mereka kehilangan status sebagai pemegang kendali. Ini langkah cerdas supaya bisa tetap investasi di sektor fintech tanpa menabrak aturan. Tapi ceritanya belum selesai. Pada Agustus 2022, Emtek mengambil langkah besar. Mereka menjual 38,22 persen saham DANA senilai 304,5 juta dolar AS atau sekitar 4,57 triliun rupiah ke Lazadapay, anak usaha Lazada di Singapura. Sisa saham Emtek tinggal 10,77 persen. Praktis hanya jadi penonton.
Masuknya Lazada bukan kejutan. Alibaba, induk Lazada, memang sudah jadi pemegang saham DANA sejak awal lewat Ant Group. Jadi langkah ini lebih mirip konsolidasi internal ekosistem Alibaba. Tapi yang bikin cerita ini tambah menarik adalah munculnya pemain baru dari dalam negeri, yaitu Grup Sinarmas lewat PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
DSSA awalnya bermain di sektor energi dan batubara. Tapi belakangan mereka berbelok arah dengan membentuk anak usaha teknologi bernama PT DSST Mas Gemilang. Dari sinilah muncul nama PT DSST Dana Gemilang. Entitas ini menyuntikkan dana segar sebesar 200 juta dolar AS atau sekitar 3 triliun rupiah langsung ke DANA. Bukan beli saham Emtek, tapi injeksi modal baru. Jadi kalau Lazada beli kursi, Sinarmas bikin kursi sendiri dan duduk bareng.
Modelnya mirip private placement. Tapi tujuannya bukan cari cuan jangka pendek. Fokusnya adalah memperkuat posisi digital Sinarmas di sektor pembayaran dan data center.
Setelah semua transaksi ini, komposisi kepemilikan DANA berubah total. Sekarang yang memegang kendali utama adalah Ant Group sekitar 45 persen, Lazada 38,22 persen, dan Sinarmas (porsinya tidak dipublikasikan, tapi disebut signifikan). Emtek tinggal sisakan 10,77 persen. Bisa dibilang, DANA resmi keluar dari orbit Emtek dan masuk ke dalam kamp Alibaba dan Sinarmas.
Menariknya, meski Emtek mencetak keuntungan 3,06 triliun rupiah dari penjualan saham DANA, harga saham EMTK justru anjlok 6 persen hanya dalam waktu seminggu setelah pengumuman. Investor kecewa karena mereka melihat Emtek seolah menjual anak emasnya di sektor digital dan kehilangan potensi jangka panjang. Padahal, dari sisi manajemen, Emtek hanya ingin aman dari risiko regulasi BI dan fokus ke portofolio lain seperti Grab, $SCMA, Vidio, dan CASS. Tapi ya, kadang pasar lebih suka mimpi unicorn dibanding strategi realistis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi lain, DSSA justru semakin agresif. Mereka bukan cuma investasi di DANA. Mereka juga sedang membangun data center, ambil alih perusahaan logistik seperti SMPlus, dan mendirikan anak-anak usaha baru di sektor teknologi. DSSA sekarang sudah mulai menyerupai Temasek versi lokal. Dari konglomerat energi klasik, pelan-pelan bertransformasi jadi investor strategis di sektor digital. Investasi mereka ke DANA bukan sekadar cari exit. Mereka sedang bangun sinergi jangka panjang antara pembayaran, logistik, data center, dan ekosistem digital khas Sinarmas.
Kalau disederhanakan, cerita DANA ini seperti operet konglomerat. Emtek yang melahirkan, tapi harus menyerahkan hak asuh karena tekanan regulasi. Lazada datang beli porsi. Sinarmas ikut menyuntik darah segar. Sekarang DANA jadi anak asuh bersama Alibaba dan Sinarmas. Sementara Emtek tinggal jadi wali baptis yang sudah pensiun.
Buat investor, pelajarannya sederhana. Jangan cuma lihat siapa yang mendirikan perusahaan. Lebih penting lihat siapa yang sekarang pegang kendali. Karena dalam dunia korporasi, yang melahirkan belum tentu yang membesarkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10