NARRATIVE STORY #10
SAAT SEMUA ORANG PINDAH KE SAHAM LAIN
Di masa ketika grup-grup saham ramai dengan rekomendasi baru setiap hari, saya justru sedang duduk diam, memperhatikan satu saham yang masih stagnan. Semua orang tampak berlomba-lomba pindah ke saham yang sedang ramai diperbincangkan. Ada yang melonjak karena berita akuisisi. Ada yang naik karena rumor dividen besar. Ada yang ramai karena FOMO semata. Dan saya? Saya tetap di tempat. Masih memegang saham yang, menurut banyak orang, sudah tidak menarik lagi.
Bukan karena saya keras kepala. Tapi karena saya punya alasan. Saya sudah membaca laporan keuangannya, sudah mengenali pola bisnisnya, dan memahami irama pergerakannya. Saya tahu saham ini tidak akan selalu stagnan. Ada kalanya diam. Ada kalanya bangkit. Dan saya memilih untuk menunggu, bukan karena saya tidak mampu pindah, tapi karena saya sadar bahwa berpindah-pindah terlalu sering justru membuat saya kehilangan arah.
Saya pernah terbawa arus. Pindah dari saham satu ke saham lain. Mengejar yang lagi naik, dan menjual yang belum sempat panen. Tapi ujungnya, saya lelah. Portofolio saya tak lagi punya arah. Seperti naik kendaraan tanpa tujuan, hanya karena tak mau tertinggal keramaian. Sejak itu saya belajar: dalam investasi, tidak selalu yang cepat itu yang menang. Kadang, yang sabar justru yang memetik hasil terbaik.
Saat semua orang pindah ke saham lain, saya memilih tetap bertahan. Karena saya percaya pada analisa saya sendiri. Karena saya tahu, keputusan terbaik bukan selalu yang paling populer. Dan karena saya belajar bahwa terkadang, di tengah keramaian yang gaduh, nilai sejati justru tersembunyi di tempat yang sepi.
馃尡 Tabur. Tanam. Tuai.
Setia pada analisa lebih penting daripada sibuk mengikuti keramaian.
$GOTO $AADI $BMRI