imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kasta Modal, Kelas Pangsa, dan Ilusi Kesejajaran

Ada sesuatu yang mengganjal dalam narasi pertumbuhan bank seperti PT Bank OCBC NISP Tbk alias $NISP dan PT Bank CIMB Niaga Tbk alias $BNGA. Di permukaan, keduanya telah resmi masuk ke kelompok KBMI 4, tingkatan tertinggi dalam klasifikasi bank berdasarkan kekuatan modal. Namun di balik pengakuan administratif itu, muncul pertanyaan: apakah mereka benar-benar naik kelas dalam peta persaingan, atau sekadar memperoleh titel tanpa bobot baru?

Mari bicara data. PT Bank Central Asia Tbk $BBCA mencetak laba bersih sebesar Rp54,8 triliun pada 2024. Sementara itu, NISP hanya Rp4,87 triliun dan BNGA Rp6,89 triliun. Ini bukan perbedaan angka biasa, tapi jurang yang lebar. Bahkan jika NISP tumbuh 20 persen setiap tahun secara konsisten, mereka masih membutuhkan waktu hampir satu dekade hanya untuk menyamai capaian BBCA hari ini. Dan itu pun dengan asumsi BBCA tidak bertumbuh lagi, yang jelas jauh dari kenyataan.

Bank seperti BBCA tidak menjadi dominan karena waktu semata. Mereka unggul karena struktur yang telah terbentuk lama: sumber dana murah dari tabungan dan giro, loyalitas nasabah yang telah melekat sejak era mesin ATM berbunyi khas, serta skala operasi yang memungkinkan mereka berinvestasi besar dalam teknologi tanpa harus menimbang risiko kelangsungan laba. Ketika NISP dan BNGA mulai bicara soal transformasi digital, BBCA sudah melayani 98 juta transaksi per hari lewat aplikasi yang bagi banyak orang terasa lebih dekat daripada kantor cabang.

Dan di sinilah letak ironi besarnya. Status KBMI 4 memberi izin untuk bermain di liga besar, tetapi tidak serta merta membuat mereka kompetitif di dalamnya. Ini seperti memberi medali emas pada peserta yang baru mendaftar perlombaan. Naiknya status memang memberi fleksibilitas usaha, namun tidak otomatis menciptakan kekuatan pasar. Sebab reputasi dan efisiensi tidak bisa dicapai hanya dengan menambah modal.

Pasar cenderung melihat valuasi rendah sebagai peluang tersembunyi. Memang, NISP dan BNGA diperdagangkan dengan harga saham yang jauh di bawah nilai bukunya. Sekilas terlihat menggiurkan bagi investor yang mencari saham murah. Tapi perlu diingat, valuasi rendah sering kali mencerminkan keraguan pasar terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan. Sebaliknya, BBCA yang dihargai hingga empat kali lipat dari nilai bukunya, tidak serta merta mahal. Itu adalah harga dari kestabilan, efisiensi, dan posisi dominan yang sulit disaingi.

Lalu muncul gagasan transformasi. Ada yang berharap penambahan modal atau akuisisi bank kecil bisa mempercepat pertumbuhan. Tapi sejarah menunjukkan bahwa menggabungkan dua entitas belum tentu menciptakan sinergi. Banyak merger justru menghasilkan entitas yang lebih besar tapi tidak lebih efisien. Digitalisasi pun sering dijadikan tameng naratif. Tapi transformasi digital tidak hanya soal membangun aplikasi, melainkan soal menanam ulang kepercayaan nasabah, dan itu tidak bisa diunduh begitu saja.

Kita sering kali memelihara harapan bahwa bank menengah seperti NISP atau BNGA hanya butuh waktu untuk menyusul para pemimpin industri. Namun sektor keuangan bekerja dengan hukum yang berbeda. Ini dunia di mana pemain besar menjadi semakin dominan bukan karena agresi, melainkan karena efek berantai dari struktur yang sudah terbentuk. BBCA menarik dana murah karena dipercaya, dipercaya karena stabil, stabil karena efisien, dan efisien karena besar. Lingkarannya utuh dan terus berputar.

NISP dan BNGA tetap bisa bertumbuh, menunjukkan kinerja yang sehat, dan membagi dividen yang menarik. Namun mereka hidup dalam ekosistem yang sudah dikunci oleh para pemain utama. Mereka bisa menjadi bank yang solid dan menguntungkan, tetapi bukan pengubah permainan. Ada perbedaan besar antara bank yang bertumbuh dengan baik dan bank yang mendominasi.

Bagi investor yang mencari dividen tinggi atau harga saham yang terasa murah, NISP dan BNGA bisa jadi pilihan logis. Tapi bila yang dicari adalah mimpi mengejar BBCA, barangkali yang perlu dikejar bukan sahamnya, melainkan ekspektasi kita sendiri yang terlalu mudah percaya bahwa semua yang kecil pasti sedang tumbuh menuju besar. Karena dalam dunia keuangan, tidak semua perjalanan adalah pendakian. Beberapa hanya berputar-putar di terminal yang sama, berganti bus tapi tetap menuju tempat yang serupa.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy