BELI EMITEN MINYAK PAS BERITA PERANG MUNCUL? PANTES NYANGKUT!
Waktu berita perang Iran-Israel mulai muncul, kayanya ketika Israel pertama kali nembakin rudal ke Iran terus Iran serang balik, para retail berbondong-bondong membeli emiten minyak. Tapi kalau kami perhatiin kala itu, justru pihak asing ngelakuin distribusi besar-besaran. Aneh ya, kenapa ada dua reaksi yang berbeda, padahal peristiwa yang dihadapinya sama?
Jawabannya, karena pola pikir yang berbeda. Kami jelasin secara sederhana ya.
Jadi, pihak asing itu prediktif. Ada sekumpulan investor yang sudah berpengalaman yang kerap menganalisis kondisi geopolitik global. Mereka mengestimasi keadaan politik yang akan terus memburuk. Prediksi ini udah mereka lakuin jauh-jauh hari, sebelum ada berita perang. Nah selain prediksi berdasarkan data, mereka juga mengakumulasi emiten minyak dalam jangka panjang. Alasannya jelas, Timur Tengah sangat kental dengan minyak. Keadaan geopolitik yang panas menguntungkan peregrakan harga komoditas.
Perang Iran-Israel itu sebenernya jackpot terbesar bagi para analis geopolitik global yang memprediksi ke depannya akan makin keruh. Akhirnya, ketika berita perang tersebut kemudian muncul, justri di situ mereka melakukan distribusi emiten yang telah mereka akumulasi.
Kalau tadi kami udah bahas sifat investor yang prediktif, sekarang kita bahas investor retail yang bersifat reaktif. Jadi, mayoritas retail itu sebenernya enggak mau dan enggak bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya karena mereka bingung apa yang perlu dianalisis. Mereka lebih milih nunggu suatu peristiwa terjadi daripada memprediksi peristiwa tersebut. Alhasil, mereka jadi sasaran empuk distribusi asing yang sudah memprediksi peristiwanya.
Kesimpulannya, pemikiran retail dan asing itu umumnya bersebrangan. Jadi, daripada reaktif, coba prediksi peristiwa yang bakal terjadi di kemudian hari. Prediksi ini tentu harus dibarengi dengan proses akumulasi yang memakan waktu.
Sampe sini udah paham ya, jauh lebih baik membeli emiten perminyakan ketika peristiwa perang belum terjadi daripada membelinya ketika perang baru terjadi. Namanya prediksi, enggak mungkin selalu bener, tetapi menjadi lebih awal selalu ngehasilin cuan yang lebih besar daripada terus-terusan telat.
Kami tau ada beberapa dari kalian yang udah bosen cuci piring. Berita perang muncul. Langsung beli emiten minyak kaya $ENRG $MEDC $ELSA karena liat harga minyak tiba-tiba naik tinggi, eh besoknya gencatan senjata dan ternyata kenaikan harga minyaknya sekedar fake breakout. Kan capek dikibulin sama volatilitas pasar.
Kalau kalian itu salah satunya, kalian bisa gabung bersama kami untuk belajar analisis geopolitik global bareng. Nantinya kalian bisa mengubah pola pikir reaktif menjadi prediktif. Kami bukan grup berbayar kok. Jangan malu-malu. DM aja.
1/7