Hari ini kita dikasih “ketenangan palsu”. Iran udah balas AS, rudal udah ditembakkan, dan... selesai? Kok cepet amat?
$BTC nya rebound karena ada good news.
mayan dapat cuan dari coin micin,
bukan untuk promosi, tapi nunjukin kalau saya itu benar2 riset sebelum kasi kesimpulan.
jadi bukan asal ketik doang
back to topic
Ternyata, serangannya lebih kayak “formalitas”, biar publik Iran nggak ngamuk. Trump bahkan bilang “thank you” karena dikasih notice dulu. Artinya? Deal-nya udah kelar dari belakang layar. No korban, no damage, = no balas lagi.
Ini yang bikin market global mulai rehat, risk-on sedikit. Makanya pagi ini ada potensi rebound. Tapi ingat: rebound bukan berarti tren balik naik.
saya pribadi liat saham-saham komoditas kayak $MEDC, $ELSA, $ OIL justru bisa kena profit taking. Karena tekanan global-nya udah reda, euforia oil-nya pun bisa redam. Saat news udah priced-in, yang muncul selanjutnya justru distribusi.
yg mau short sell silahkan
Jadi pendekatan hari ini:
Short atau scalping tipis di saham-saham energi.
Jangan FOMO lihat IHSG ijo, tetap liat foreign flow & big cap behavior.
Kalau rebound terjadi, itu bisa jadi peluang keluar bagi yang nyangkut minggu lalu.
Ingatlah, market maker selalu butuh news buat bungkus gerakan mereka.
Tapi bukan news yang ngatur harga — mereka yang ngatur news.
.Dulu saya sering kasi analisa dari berita, Saling mengaitkan satu sama lain.
Lebih tepatnyaMencocokkan berita terhadap Market. Walaupun kita semua tau ,
bukan berita yang menggerakkan market
Tapi , market maker yg pasang Bid .
Set offer tebal untuk tahan harga,Bukan soal. NewsHanya saja mereka tetap butuh news untuk membuat pergerakan mereka terlihat Logis !Lanjut ,
Market itu bukan chaos random. Harga naik-turun nggak sekadar karena “banyak yang beli” atau “berita bagus”. Ada tangan besar yang ngatur: Bandar. Tapi jangan bayangin satu orang doang ya, ini bisa institusi, sekuritas besar, kadang bahkan koalisi.
Mekanismenya? Simple. Tapi licin.
1. Akumulasi Sunyi (Silent Buy Phase)
Ketika harga sepi, gak menarik, sideways, biasanya justru itulah momen bandar nyicil beli. Mereka nggak langsung angkut banyak, nanti grafik loncat. Mereka nyicil, dibagi beberapa akun, disebar, bahkan kadang lewat sekuritas berbeda.
Ciri-cirinya?
Volume pelan-pelan naik.
Tapi harga gak lompat.
Kadang muncul offer tipis tapi selalu diangkat, seolah ada “penahan”.
2. Penciptaan Cerita (Story Building)
Nah, setelah barang di tangan, ini saatnya panggung disiapkan. Bisa berupa:
Rilis berita bagus (kinerja, akuisisi, sentimen global).
Influencer mulai bahas.
Forum mulai rame.
Bahkan kadang ada insider yang seolah “bocorin” kabar baik.
Inilah yang bikin retail FOMO. Tapi kenyataannya, harga digerakkan karena bid ditarik naik terus. Yang jaga di offer — ya mereka juga.
3. Distribusi Cantik (Selling with Style)
Pas harga naik, euforia jalan, retail antre beli... bandar justru mulai jual. Tapi jangan kasar. Distribusinya halus:
Dijual bertahap.
Ditahan dengan fake bid, seolah ada support kuat.
Kadang diangkat dikit biar keliatan “breakout”.
Ending-nya?
Setelah semua barang dilempar ke tangan retail, volume mulai turun, harga stagnan, lalu pelan-pelan longsor. Retail yang nyangkut? Ya mereka juga yang bakal jadi pembeli saat bandar akumulasi lagi nanti.
Jangan kejar harga. Cari jejak.
Perhatiin volume, broker summary, akumulasi distribusi, dan lihat siapa yang paling aktif di balik transaksi.
Dan yang paling penting: Bandar butuh cerita, butuh news. Tapi bukan karena news bikin harga naik. News itu topeng, biar distribusinya terlihat “logis”.