[%ShVy%] Tag emiten pro kemanusiaan —> [%rYdL%] [%Bkft%] [%dFhg%] 😹

@Indra619 Tag emiten pro kemanusiaan —> $MARK $SIDO $IRRA 😹

Apakah Perang Dunia Ketiga Akan Terjadi Jika Iran dan AS Benar-Benar Serius?

Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah lama menjadi duri dalam hubungan internasional, namun beberapa pekan terakhir memperlihatkan eskalasi yang jauh lebih serius. Jika konflik ini benar-benar pecah menjadi perang terbuka, bukan tidak mungkin akan memicu efek domino geopolitik yang melibatkan kekuatan besar lainnya seperti Rusia, Tiongkok, dan sekutu-sekutu NATO. Mengingat posisi strategis Iran di kawasan Teluk Persia, yang menjadi jalur utama distribusi minyak dunia, perang besar di sana akan mengguncang perekonomian global. Kemungkinan pecahnya Perang Dunia Ketiga bukan sekadar teori, tetapi skenario yang sangat mungkin terjadi jika salah satu pihak memutuskan untuk tidak mundur.

Ironisnya, ketika isu perang semakin panas, banyak pelaku pasar dan analis justru terlihat "tertawa"—bukan karena tak peduli, tapi karena mereka memandangnya sebagai peluang spekulatif. Prediksi harga emas dan minyak naik mendadak bermunculan, dan investor mulai bersiap mengambil posisi. Emas diprediksi melonjak sebagai safe haven, sementara harga minyak melonjak akibat kekhawatiran terganggunya pasokan dari Timur Tengah. Para spekulan ini lebih fokus pada keuntungan jangka pendek ketimbang bencana kemanusiaan dan krisis global yang bisa menyusul. Ini menunjukkan bagaimana pasar keuangan kerap memandang konflik dari kacamata untung rugi, bukan dari sisi kemanusiaan.

Dalam skenario perang besar, mata uang global akan terguncang. Sejarah mencatat bahwa dalam situasi krisis global, investor cenderung memburu US Dollar karena dianggap paling stabil, apalagi dengan kepercayaan historis bahwa AS "selalu menang" dalam perang besar seperti Perang Dunia II. Ironisnya, kekuatan inilah yang juga membuat seluruh pasar lain bisa jatuh hingga 70–90% jika perang benar-benar pecah. Efek dari hal ini bisa mematikan ekonomi global—menekan harga saham, menghancurkan mata uang negara berkembang, dan menyebabkan krisis pangan serta energi yang parah. Dunia belum pulih sepenuhnya dari pandemi dan inflasi global; konflik besar bisa menjadi pukulan terakhir bagi kestabilan global.

Dan bagi Anda yang tinggal di Indonesia, jangan terlalu merasa tenang hanya karena negeri ini bersikap netral dalam banyak konflik internasional. Dalam sistem global yang saling terhubung erat, guncangan ekonomi dan geopolitik akan tetap terasa. Harga BBM bisa melonjak drastis, inflasi bisa menekan daya beli rakyat, pasar saham bisa runtuh, dan nilai tukar rupiah bisa merosot. Bahkan tanpa peluru yang mendarat di tanah kita, dampaknya bisa langsung menghantam rumah tangga, industri, dan lapangan kerja di Indonesia. Krisis global tidak mengenal batas negara.

Karena itu, di tengah ketegangan yang terus meningkat dan kalkulasi ekonomi yang dingin, kita tidak boleh lupa pada sisi kemanusiaan dan dampak jangka panjang dari konflik global. Perang bukan hanya soal geopolitik atau harga minyak, tetapi tentang jutaan nyawa, kehancuran peradaban, dan generasi yang akan tumbuh dalam trauma. Mari kita berdoa agar para pemimpin dunia masih memiliki kebijaksanaan untuk menahan diri, mengutamakan diplomasi, dan mencari jalan damai. Semoga dunia tidak harus menyaksikan bencana global lainnya dalam bentuk Perang Dunia Ketiga.

$ANTM $MEDC $BBRI