Seberapa Dekat Perang Dunia Ketiga di Hormuz?
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau menurut saya pribadi, perang dunia ketiga terjadi ketika China dan Rusia ikutan nimbrung. Sejauh ini pelaku perang di Hormuz itu Iran dikeroyok Israel dan Amerika. Keterlibatan negara lain terbatas. Rusia masih fokus di Ukraina, China fokus di Taiwan, sedangkan Uni Eropa fokus di mana?
Tinggal hitung risk vs reward. Kalau ternyata reward perang lebih gede dari risk nya maka Rusia dan China bisa ikutan. Tapi kalau ternyata risiko lebih gede maka mungkin Iran itu bakalan sibuk perang sendiri.
Saya terus terang berharap perang dunia ketiga tidak terjadi karena ketika itu terjadi, semua saham yang kita punya itu tidak ada lagi gunanya. Tapi masalahnya adalah apakah harapan kita bisa menghentikan ambisi perang orang yang tinggal di Amerika dan Timur Tengah?
Perang antara Israel + Amerika vs Iran sudah benar-benar pecah besar-besaran dan Selat Hormuz katanya sampai ditutup. Jika kabar ini benar maka dunia bisa kena efek domino yang gila-gilaan. Ini bukan cuma soal dua negara saling serang, tapi efek berantainya bisa nabrak ekonomi global, bikin harga minyak dan gas melonjak, inflasi meledak, dan neraka logistik di Timur Tengah terbuka lebar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Selat Hormuz itu sangat penting karena ini jalur laut selebar 54 km yang jadi jalan tol buat sekitar 18-21 juta barel minyak per hari alias 20 persen dari total konsumsi minyak global. Selain itu, sekitar 30 persen pasokan LNG dunia, terutama dari Qatar, juga lewat situ. Jadi bayangkan kayak jalan tol satu-satunya buat truk bahan bakar dunia, kalau ditutup semua macet. Dan itu bukan cuma teori. Pada 22 Juni 2025, AS resmi menyerang fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Iran langsung ancam, salah satu opsinya ya nutup Hormuz. Ancaman ini bukan cuma gertak sambal, karena Iran punya kendali atas sisi utara selat itu, dan kapal-kapal yang lewat praktis harus "izin lewat" wilayah pengaruhnya.
Efeknya ke pasar langsung kerasa. Harga Brent crude naik 18 persen dalam sepekan terakhir jadi kisaran USD 77-79 per barel. Kalau selat beneran ditutup, analis memperkirakan bisa tembus USD 120 sampai 130 per barel. Dalam rupiah, itu udah bisa nyentuh Rp2 juta per barel. Artinya, bensin, solar, avtur, semuanya bakal ikut naik, dari Jakarta sampai Johannesburg. Yang lebih ngeri, inflasi global bisa ikut meledak. Misalnya, inflasi di AS yang tadinya mulai turun, bisa balik ke 6 persen hanya gara-gara minyak naik di atas USD 120. Rencana The Fed nurunin suku bunga bisa gagal total. Bank-bank sentral di Eropa dan Asia pun bisa batal longgarkan kebijakan moneter karena tekanan harga ini. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Masalahnya, alternatif buat ngangkut minyak selain Hormuz itu ya nggak sepadan. Arab Saudi punya pipa East-West Petroline dari ladang minyak timur ke Laut Merah, kapasitasnya 5 juta barel per hari. UAE juga punya pipa Habshan-Fujairah (ADCOP), kapasitas 1,5 juta barel per hari. Tapi total kapasitas dua pipa ini cuma sanggup gantiin sekitar 6,5 juta barel, itu pun cuma dari Saudi dan UAE. Qatar, Kuwait, Bahrain, apalagi Iran, nggak punya rute cadangan. Qatar, misalnya, 100 persen ekspor LNG-nya lewat Hormuz. Kalau selat itu ditutup, ekspor gas mereka nyaris nol. Efeknya bisa bikin Eropa dan Asia kelabakan, terutama negara-negara yang sangat tergantung LNG kayak Jepang, Korea Selatan, dan Jerman. Bisa pusing itu sponsor klub PSG dan Manchester City karena bisnis migas mereka seret. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Sementara itu, perusahaan-perusahaan di Teluk udah siaga satu. Tim darurat dibentuk, beberapa kapal diminta putar haluan, dan asuransi maritim di kawasan itu mulai naik drastis. Pada 17 Juni kemarin, dua kapal tanker ADALYNN dan Front Eagle nabrak di Teluk Oman, diduga karena tekanan dan kepadatan rute pelayaran akibat ketegangan. Tumpahan minyak terjadi di area seluas 1.500 hektar. Memang kecelakaannya nggak langsung terkait perang, tapi ini sinyal jelas, laut di sekitar Hormuz lagi tegang dan rentan salah gerak.
Dari sisi geopolitik, kalau Hormuz ditutup, bukan cuma minyak yang terganggu. Perdagangan global juga bakal kacau. Ribuan kapal tiap bulan melintas di situ, termasuk kontainer biasa. Rantai pasok dari Asia ke Eropa bisa kena delay, harga logistik naik, dan kalau perang berlanjut, risiko resesi global makin besar. Belum lagi sentimen investor yang bisa langsung balik badan dari aset berisiko. Pasar saham berpotensi koreksi, sementara aset safe haven kayak emas, dolar AS, dan franc Swiss kemungkinan diburu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di tengah kekacauan itu, selalu ada yang untung. Yang pertama jelas, produsen minyak dan LNG dari negara yang nggak lewat Hormuz. Amerika Serikat, misalnya, langsung panen. Texas dan Permian Basin bisa naikin ekspor ke Eropa dan Asia, sementara harga jual mereka makin mahal. Perusahaan seperti ExxonMobil, Chevron, dan ConocoPhillips bisa cetak cuan dari harga minyak yang loncat. AS juga eksportir LNG besar, kalau Qatar terhambat, pembeli otomatis pindah ke LNG AS.
Kanada juga dapet berkah. Meski biasanya minyak Kanada (WCS) dijual dengan diskon, sekarang jadi kompetitif karena suplai dari Timur Tengah tersendat. Lalu ada Norwegia, Brasil, dan Guyana, tiga negara yang ekspansi produksi minyaknya lagi ngebut. Dengan Brent naik, mereka bisa jual dengan margin tinggi. Norwegia juga eksportir gas penting buat Eropa, yang lagi ketar-ketir kalau LNG Qatar hilang dari peta. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Venezuela, Irak, dan Libya juga diam-diam senyum. Selama ini dibayang-bayangi sanksi dan instabilitas, tapi kali ini justru dapat panggung karena mereka punya minyak dan tidak tergantung pada Hormuz. Bahkan India, meski importir minyak besar, bisa jadi pemenang kalau berhasil dapat minyak diskon dari Iran dan Rusia yang kesulitan cari pembeli.
Di sisi lain, para trader komoditas dan hedge fund pun ikut berpesta. Volatilitas tinggi artinya peluang besar buat spekulasi. Mereka bisa long di minyak, gas, logam, bahkan pangan. Dan jangan lupa, emas juga ikut bersinar. Kalau harga minyak naik dan risiko perang terus menguat, harga emas bisa tembus USD 2.500 atau bahkan 2.800 per ons. Investor akan kabur ke safe haven, emas, dolar AS, obligasi pemerintah, dan franc Swiss.
Sekarang kalau kita zoom in ke Indonesia, pasar saham kita juga bakal kena imbasnya. Tapi menariknya, sektor migas bisa jadi pemenang besar. Contohnya $MEDC (Medco Energi), yang punya ladang migas domestik dan luar negeri, bisa nikmati margin lebih lebar kalau harga Brent melonjak. Lalu ada $ENRG (Energi Mega Persada), yang fokus di gas dan sangat sensitif terhadap harga pasar, kalau LNG spot global naik, revenue ENRG bisa lompat. PGAS juga bisa diuntungkan kalau gas pipa domestik jadi pilihan pengganti LNG mahal.
Di luar itu, saham batubara seperti $ADRO, BUMI, dan ITMG juga bisa kecipratan cuan karena batubara jadi substitusi energi kalau LNG dunia tersendat. Negara-negara yang biasanya pakai gas buat pembangkit bisa beralih ke batubara. Harga Newcastle Coal bisa ikut naik, dan ekspor batubara Indonesia makin laku. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi jangan lupa, ada juga sektor yang bisa keok. Emiten seperti GIAA (Garuda), SMGR (Semen Indonesia), atau manufaktur energi-intensif kayak TPIA (petrokimia) bisa tertekan karena biaya BBM dan gas naik. PLN dan Pertamina sebagai BUMN juga kemungkinan dipaksa menyerap subsidi lebih banyak kalau harga minyak terlalu liar, meskipun efeknya nggak langsung kelihatan di BEI karena mereka nggak go public.
Jadi, perang Iran-Israel dan ancaman penutupan Hormuz bukan cuma soal rudal dan diplomasi nuklir. Ini soal siapa yang bisa jual energi saat yang lain kehabisan jalur, dan siapa yang bisa bertahan di tengah inflasi global. Di bursa, yang bisa untung bukan cuma mereka yang punya ladang minyak, tapi juga yang siap main cepat dan nggak terlalu tergantung ke pasar yang rentan terguncang. Dalam krisis ini, energi adalah raja, logistik adalah kunci, dan akses adalah segalanya. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10