Fed Pertahankan Suku Bunga di 4.5%, Proyeksi Stagflasi "Lite" Mengguncang Pasar

Dalam pertemuan bersejarah kemarin, Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4.25%-4.5% - level tertinggi dalam dua dekade terakhir. Keputusan FOMC Juni 2025 ini menandai bulan keempat kebijakan moneter AS yang membeku, cerminan sikap "wait-and-see" The Fed di tengah badai inflasi persisten dan perlambatan ekonomi. Proyeksi ekonomi yang dirilis mengirim sinyal mengkhawatirkan: pertumbuhan GDP 2025 direvisi turun dari 1.7% menjadi 1.4%, sementara inflasi PCE diproyeksikan melonjak ke 3.0%. Kombinasi mematikan ini memunculkan ancaman stagflasi "lite" yang dipicu tarif impor Trump dan eskalasi konflik Timur Tengah.

Polarisasi internal The Fed terungkap melalui dot plot terbaru. Sebanyak 7 dari 19 anggota FOMC kini menentang pemotongan suku bunga hingga akhir 2025 - peningkatan signifikan dari hanya 4 anggota di Maret. Meskipun mayoritas masih memproyeksikan dua pemotongan (total 0.5%), Jerome Powell sendiri mengakui: "Tidak ada kepastian absolut dalam proyeksi ini". Ketegangan kebijakan ini tercermin dari reaksi pasar: S&P 500 anjlok 0.8%, sementara Dolar AS meroket ke level tertinggi tiga bulan, menyapu bersih mata uang emerging market termasuk Rupiah yang terdepak ke Rp15.890/USD.

Bagi Indonesia, keputusan The Fed menjadi alarm darurat. Analis memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga 6.00% hari ini untuk membendung capital outflow. Sektor riil pun tak luput dari dampak: harga mobil/listrik AS diproyeksikan naik 10-15% akibat tarif Trump, yang berpotensi memukul ekspor otomotif Indonesia. Di tengah ketidakpastian ini, investor disarankan mengalokasikan 10-15% portofolio ke aset safe-haven seperti emas (stabil di $2.320/ounce) dan menghindari saham ritel/otomotif AS yang rentan resesi.

Powell menegaskan The Fed berada dalam mode siaga tinggi: "Kebijakan kami siap menunggu". Sinyal pemotongan suku bunga mungkin baru muncul September 2025 - itupun jika inflasi PCE konsisten di bawah 2.8%. Ancaman stagflasi global kini lebih nyata dari sebelumnya, dengan perang dagang AS-China dan konflik Israel-Iran sebagai pemicu utama. Pada akhirnya, FOMC Juni 2025 mengukuhkan paradigma baru: inflasi telah menjadi musuh nomor satu, mengalahkan kekhawatiran resesi.

"Tidak ada yang ingin memotong suku bunga hanya untuk membalikkan kebijakan itu tiga bulan kemudian karena inflasi kembali meroket,"
- Jerome Powell, Konferensi Pers FOMC 18 Juni 2025.

Sumber: Federal Reserve, Reuters, [Bloomberg Terminal Data]

Outlook ke Depan dari kami :

馃敭 Outlook ke Depan dari Kami
馃搳 Sentimen pasar akan sangat tergantung pada data inflasi PCE berikutnya dan sinyal terbaru dari The Fed, terutama menjelang pertemuan September 2025.

馃敁 Potensi pemotongan suku bunga tetap terbuka, namun dengan prasyarat ketat: inflasi harus menurun secara konsisten di bawah 2.8%. Dengan peluang kemungkinan 77,7% kurang lebih .

馃實 Eskalasi geopolitik dan tarif tambahan dari pemerintahan Trump menjadi variabel risiko besar dalam beberapa bulan ke depan terutama terkait perdagangan global dan stabilitas energi.

馃挕 Posisi saat ini cukup menarik untuk mulai balik akumulasi kembali karena kondisi market yang sedang terkoreksi dan beberapa saham masuk kembali ke area sideways akumulasinya .
$BBRI $BMRI $BBCA BBNI

馃挕Kenaikan untuk sektor Energy kemungkinan akan menjadi yang terbesar tahun ini hingga tahun depan .

Read more...

1/4

testestestes
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy