imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Rencana Investasi Danantara di Sektor Kesehatan

Apakah Danantara pasti investasi di sektor kesehatan seperti pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Tahun 2025 ada yang beda di pemerintahan selain karena ada presiden baru, Indonesia juga sedang memulai babak baru. Di tengah derasnya sentimen resesi global, gejolak geopolitik, dan ancaman fragmentasi rantai pasok dunia, sebuah lembaga baru bernama Danantara lahir, bukan dari rahim kebijakan jangka pendek, tapi dari rasa frustrasi kolektif bangsa terhadap stagnasi BUMN dan kebocoran devisa yang bertahun-tahun tak pernah benar-benar ditambal. Dan juga merupakan visi masa lalu bapaknya Presiden saat ini yang ingin BUMN super kuat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Danantara hadir sebagai sovereign wealth fund versi Indonesia, dibentuk oleh PP No. 19 Tahun 2024 dan mulai beroperasi penuh Februari 2025. Tapi ia bukan sekadar tempat menampung dividen BUMN. Ia adalah cerminan dari pertanyaan besar: apakah kekayaan negara bisa diputar menjadi masa depan?

Sejak awal, sektor kesehatan langsung disebut sebagai satu dari sembilan sektor prioritas Danantara. Alasannya cukup jelas. Setiap tahun, lebih dari 2 juta warga Indonesia berobat ke luar negeri dan mengalirkan lebih dari Rp90 triliun devisa ke luar negeri tanpa kontribusi apa pun ke PDB nasional. Negara membiarkan uang rakyat membiayai rumah sakit di Penang, Singapura, bahkan Guangzhou. Sebaliknya, rumah sakit dalam negeri banyak yang megap-megap dengan margin tipis, tagihan BPJS telat cair, piutang menumpuk, dan ketika mau ekspansi tidak ada investor yang sabar. Danantara membaca ini sebagai peluang sekaligus sebagai krisis. Dan seperti pepatah lama, dari krisis datang momen transformatif.

Menurut saya, langkah pertama Danantara adalah menyelamatkan yang paling genting yaitu Biofarma Group. Holding farmasi ini dulunya simbol kejayaan industri kesehatan Indonesia, tapi kini menyimpan utang ke belasan bank, beban keuangan membengkak, dan riset macet. Biofarma yang juga menaungi Kimia Farma dan Indofarma masih mengimpor lebih dari 90 persen bahan baku obat dari luar negeri. Jadi selama mata uang melemah, semua obat makin mahal. Tahun ini mereka butuh dana segar Rp2,2 triliun untuk membangun pabrik vaksin berkapasitas 1 miliar dosis termasuk vaksin rotavirus, tifoid, dan hexavalent. Tapi tanpa mitra strategis, proyek itu berpotensi mangkrak dan malah menjadi beban bunga dan gaji. Di sinilah Danantara masuk. Bukan hanya sebagai penyuntik dana, tapi juga perombak total. Targetnya, Biofarma tidak lagi sekadar pabrik, tapi menjadi lokomotif riset, manufaktur, dan substitusi impor obat nasional. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Belum lagi itu KAEF dan INAF sama - sama sakit parah. INAF sampai - sampai pakai nama karyawan untuk ambil pinjol saking parahnya itu perusahaan. $KAEF sampai sekarang belum rilis LK update Q1 2025 dan LK 2024 AUDIT. Parah.

Tapi itu baru setengah dari cerita. Sektor kesehatan bukan cuma soal memproduksi obat, tapi juga ke mana obat itu akan digunakan. Untuk itulah Danantara mulai melirik rumah sakit. Bukan hanya sebagai tempat layanan, tapi sebagai jembatan antara industrialisasi farmasi dan kebutuhan pasien. Rumah sakit yang sehat bukan hanya menyembuhkan orang, tapi juga menyerap produk dalam negeri dan menciptakan efek berantai terhadap tenaga kerja, teknologi, dan devisa. Di tengah stagnasi proyek infrastruktur keras, rumah sakit justru menjadi infrastruktur lunak dengan IRR menarik. Secara politis pun proyek ini mudah dijelaskan ke publik, tidak seperti smelter yang abstrak bagi rakyat.

Strategi Danantara kemungkinan besar akan terbagi dua. Jalur pertama adalah proyek greenfield alias pembangunan rumah sakit baru seperti Bali International Hospital di KEK Sanur. Proyek ini sudah dimulai oleh INA dan Pertamina IHC, didesain bersama Mayo Clinic, dan ditarget buka pada 2025. Tapi karena INA dibubarkan, Danantara akan ambil alih ekspansi tahap dua dan replikasi di kota lain. BIH bukan rumah sakit biasa. Ini adalah showcase bahwa Indonesia bisa punya rumah sakit kelas dunia tanpa harus ke Penang atau Mount Elizabeth. Jika BIH sukses, modelnya akan dibawa ke IKN, Batam, dan Manado. Danantara akan menjadi modalis utama baik lewat dana sendiri maupun kerja sama dengan Qatar Investment Authority yang sudah berkomitmen dana patungan sebesar 4 miliar dolar AS. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jalur kedua lebih taktis yaitu akuisisi saham strategis di rumah sakit publik. Ada beberapa kandidat di bursa, tapi yang paling menarik adalah $BMHS atau Bundamedik. Bukan raksasa seperti $SILO atau HEAL, tapi model bisnisnya unik. Ia mengelola rumah sakit, klinik IVF Morula, laboratorium Diagnos, hingga hotel wisata medis. Diversifikasi ini membuat margin lebih tinggi dan monetisasi aset lebih cepat. Tapi harga sahamnya anjlok. BMHS kini diperdagangkan pada PBV 0,79 kali, jauh di bawah nilai bukunya. Tiga tahun terakhir free cash flow selalu negatif karena ekspansi RS Padang dan Bali. Kas makin menipis, investor ritel panik. Justru di sinilah Danantara melihat peluang. Asetnya bagus, valuasinya murah, tapi kekurangan napas.

Satu sinyal makin memperkuat dugaan. Sunata Tjiterosampurno, eks-komisaris Northstar di BMHS, resmi pindah ke Danantara. Ini bukan rotasi biasa. Ini perpindahan dari private equity ke lembaga negara dan ia membawa pengetahuan mendalam tentang BMHS. Apakah ini sinyal masuknya Danantara? Belum ada pengumuman resmi. Tapi kalau seorang pemain catur melihat ini, dia tahu bahwa ini bukan kebetulan.

PRAY atau RS Awal Bros juga bisa saja masuk radar. Valuasinya lebih murah dengan PBV 0,66 kali dan PER 11 kali. Tapi secara operasional, PRAY lebih lemah. Sulawesi untung, tapi Jawa rugi. Capex besar, CFO kecil. Arus masuk dari pasien lebih lambat dibanding tagihan vendor. Risiko value trap tinggi. Tapi kalau turnaround berhasil, misalnya piutang BPJS ditekan di bawah 60 hari dan RS di Jawa mulai ramai, maka PRAY bisa jadi hidden gem. Danantara mungkin tidak ambil saham besar, tapi bisa masuk lewat convertible debt atau joint venture rumah sakit baru. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

HEAL, SILO, dan MIKA terlalu mahal. PER antara 27 sampai 42 kali, PBV antara 3 sampai 4,5 kali. Investor institusi seperti Danantara tidak akan beli saham premium tanpa kontrol. Tapi mereka tetap bisa jadi mitra operasional. Misalnya Danantara bangun RS, lalu HEAL yang operasikan. Atau MIKA yang kelola RS di luar Jawa. Skema seperti ini umum digunakan oleh sovereign fund seperti Temasek atau Khazanah.

Dana yang bisa Danantara salurkan ke sektor kesehatan di tahun pertama diperkirakan antara 500 juta sampai 3,5 miliar dolar AS. Itu dari total amunisi sebesar 30 sampai 35 miliar dolar AS yang bisa mereka leverage dari dividen BUMN. Dana ini akan disalurkan ke beberapa entitas proyek, termasuk Biofarma, BIH, rumah sakit baru di IKN, dan pembelian saham rumah sakit publik yang undervalued. Target return-nya tetap komersial, tapi dengan syarat harus berdampak. Harus ada teknologi baru. Harus menciptakan lapangan kerja. Harus bisa substitusi impor. Dan harus bisa mengurangi aliran pasien ke luar negeri.

Risikonya juga tidak sedikit. Jika proyek pabrik vaksin molor, maka beban bunga naik. Kalau valuasi saham rumah sakit naik hanya karena rumor Danantara, maka return menurun. Kalau proyek rumah sakit baru overbudget seperti kebiasaan proyek pemerintah lainnya, maka break-even makin lama. Dan kalau publik mencium adanya kolusi, legitimasi bisa hilang. Danantara bukan INA. Ini zaman media sosial. Semua gerakan akan diawasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi apakah Danantara benar-benar bisa mereformasi sektor kesehatan?

Jawabannya belum pasti. Tapi satu hal sudah jelas. Mereka tidak cuma mau bangun pabrik vaksin. Mereka mau bangun ekosistem. Mulai dari bahan baku obat sampai ke pasien BPJS di tempat tidur. Dan itu tidak bisa dilakukan pasar sendirian. Harus ada investor yang sabar, berani rugi di awal, dan tahu bahwa efek sosial kadang lebih penting dari margin kuartalan. Danantara ingin jadi itu. Bukan investor biasa, tapi arsitek masa depan.

Apakah mereka bisa? Itu tergantung satu hal, yaitu eksekusi rencana tanpa korupsi.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy