$HEAL LK Q1 2025: Di Pertengahan Antara $MIKA dan $SILO
Masih request salah user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kebetulan saya ada beberapa kenalan yang kerja HEAL. Waktu saya tanya mereka sih, katanya mereka enjoy kerja di HEAL.
Hermina atau PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) adalah jaringan rumah sakit swasta nasional yang lahir dari transformasi klinik bersalin menjadi raksasa layanan kesehatan. Nama pendirinya adalah Ibu Hermina Sulaiman.
Tahun 1967, Indonesia sedang berada di titik nadir. Negara baru saja diguncang tragedi politik nasional pasca-G30S, ekonomi kolaps dengan inflasi mencapai 650%, dan masyarakat hidup dalam suasana ketakutan dan ketidakpastian. Rupiah tak ada harganya, harga kebutuhan pokok melonjak liar, dan rakyat harus bertahan hidup dengan sumber daya yang makin menipis. Di tengah kekacauan itu, ketika banyak orang sibuk menyelamatkan diri dan mengamankan kekuasaan, seorang perempuan bernama Hermina Sulaiman justru mengambil langkah yang bagi banyak orang terdengar nekat, membuka klinik bersalin. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bukan rumah sakit mewah. Bukan klinik elit. Hanya fasilitas kecil di Jatinegara dengan tujuh kamar, tanpa AC, tanpa teknologi canggih, dan tanpa sokongan modal besar. Tapi bagi Hermina, itu bukan soal kemewahan, ini soal nyawa ibu dan anak. Di saat angka kematian ibu dan bayi di Indonesia sangat tinggi, dan sebagian besar persalinan masih dilakukan oleh dukun bayi tanpa standar medis, Hermina tahu bahwa menunggu sistem membaik bukan solusi. Maka, ia bertindak sendiri.
Tiga tahun kemudian, pada 1970, Hermina menggandeng dr. Budiono Wibowo, seorang spesialis kebidanan dan kandungan. Mereka sepakat mengembangkan kapasitas menjadi 13 tempat tidur dan mengubah nama menjadi Rumah Bersalin Hermina. Tapi perjuangan tak langsung jadi lebih mudah. Ini masih era di mana layanan medis swasta dipandang mahal dan eksklusif, sementara Hermina justru ingin membuat layanan untuk rakyat biasa, khususnya para ibu dari keluarga sederhana yang kerap diabaikan.
Pada 1983, Hermina membentuk Yayasan Hermina untuk memperkuat pijakan hukum dan sosial dari perjuangannya. Baru pada 25 April 1985, Rumah Bersalin Hermina mendapatkan izin resmi dan berdiri sebagai institusi medis yang diakui negara. Perluasan lahan dimulai sejak 1991, dan rumah bersalin itu tumbuh perlahan menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Djatinegara.
Perjalanan itu tak pernah instan. Butuh lebih dari tiga dekade hingga akhirnya pada 1999, Yayasan Hermina berubah status menjadi PT Medikaloka Hermina. Perusahaan ini tidak lahir dari kongsi modal atau jaringan elite, tapi dari idealisme yang dibangun di tengah masa paling kelam Indonesia. Saat banyak orang memilih menjauh dari risiko, Hermina justru mendekat ke masalah paling mendasar, keselamatan ibu dan anak.
Kini, Hermina telah berkembang menjadi jaringan rumah sakit besar dengan lebih dari 50 cabang di seluruh Indonesia. Tapi di balik pencapaian itu, ada kisah seorang perempuan yang memilih membangun ketika Indonesia sedang hancur-hancurnya. Di tahun ketika inflasi 650%, saat rakyat antre beras dan hidup di bawah bayang-bayang represi politik, Hermina Sulaiman memutuskan satu hal sederhana: bahwa di negeri kacau sekalipun, seorang ibu masih berhak melahirkan dengan aman. Dan dari keputusan kecil itulah, lahir salah satu jaringan layanan kesehatan terbesar di Indonesia.
Hingga 31 Maret 2025, Hermina mengelola 51 rumah sakit aktif di seluruh Indonesia, menjadikannya salah satu operator layanan kesehatan dengan jaringan terluas dan basis pasien terbesar dari kalangan BPJS. Dalam struktur kepemilikan, pemegang saham individu seperti Yulisar Khiat (12,76%) dan Binsar Simorangkir (5,34%) memegang porsi signifikan, disusul PT Astra International Tbk (7,23%) dan publik menyumbang 56,37%. Tidak ada dominasi tunggal, membuat manajemen dijalankan secara kolektif dengan cukup disiplin. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Model bisnis Hermina bersifat padat aset dan padat operasi. Gedung, alat kesehatan, laundry, farmasi, dan SDM dikendalikan langsung. Tidak seperti Siloam yang banyak menyewa gedung ke First REIT atau Mitra Keluarga yang lebih selektif dalam ekspansi, Hermina membangun dan memiliki semua aset fisiknya. Bahan baku utama seperti obat dan alat medis berasal dari distributor besar dan impor, sehingga struktur biaya sensitif terhadap pergerakan kurs. Basis pelanggan Hermina mayoritas pasien BPJS dan asuransi swasta, dengan DSO sekitar 65 hari, menjadikan cashflow sangat tergantung kepada pencairan klaim institusi.
Performa keuangan kuartal I 2025 mencerminkan wajah rumah sakit yang sedang ekspansi tapi masih berjuang menjaga napas kas. Pendapatan Rp1.692 miliar, turun tipis 0,8% yoy. Tapi beban pokok naik 7%, membuat gross margin susut jadi 34% (lebih rendah dari Siloam 36,7% dan jauh dari MIKA yang di atas 50%). Laba bersih juga turun 34% ke Rp160 miliar, utamanya karena beban bunga yang naik 46% ke Rp56 miliar. Arus kas dari operasi masih positif Rp224 miliar, tapi tidak cukup untuk menutup capex Rp357 miliar yang menyebabkan FCF negatif Rp132 miliar. Dan ini bukan kejadian satu kali, tapi pola yang berulang setiap kuartal. Solusinya adalah tarik utang baru Rp238 miliar. Total utang berbunga Hermina kini Rp3.100 miliar, dengan dua pertiga berbunga variabel, sangat rentan terhadap naiknya BI rate. Sementara kas hanya Rp580 miliar. Rasio lancar 1,1 dan quick ratio cuma 0,99. Kondisi likuiditasnya bisa dibilang cukup asal tidak ada kejutan.
Sementara dari sisi neraca, total aset Rp10.800 miliar didominasi aset tetap (68%). Tidak ada goodwill besar, jadi risiko impairment kecil. Transaksi dengan pihak berelasi juga relatif kecil. Piutang relasi hanya Rp1,8 miliar dan utang relasi Rp27 miliar, tidak ada konflik kepentingan mencolok. Saham treasuri hasil buyback 2020 sampai 2022 sebanyak 475 juta lembar memberi bantalan valuasi, dan program MESOP 2024 menambah 331 juta lembar, menaikkan total saham jadi 15.360 juta lembar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibandingkan dengan rivalnya, HEAL terlihat sebagai anak tengah. Siloam (SILO) lebih besar secara revenue (Rp3.037 miliar) dengan margin bersih 8%, namun punya beban tetap tinggi dari liabilitas sewa dan FCF yang tipis (Rp36 miliar). Mitra Keluarga (MIKA) justru kecil di revenue (Rp1.272 miliar), tapi margin bersih 26% dan FCF Rp231 miliar, tanpa utang berbunga dan kas Rp2.620 miliar. MIKA adalah textbook konservatif yang disiplin investasi, sementara SILO dan HEAL terus ekspansi dengan risiko pembakaran kas.
Kelebihan HEAL jelas. Jaringan luas, brand kuat di kelas menengah, volume pasien stabil, segmen non-rumah sakit seperti manajemen RS satelit dan sewa alat medis yang mulai menyumbang margin tinggi. Kekurangannya juga mencolok. FCF negatif, beban bunga naik cepat, utang tinggi dan sensitif bunga, serta margin yang makin tertekan oleh beban operasional yang belum sebanding dengan output cabang baru.
Apakah kelemahan ini bisa ditutup? Bisa, kalau RS baru yang dibangun mulai menghasilkan dan utilisasinya naik signifikan. Jika segmen non-rumah sakit tumbuh 2 sampai 3 kali lipat dan capex mulai diredam di bawah Rp200 miliar per kuartal, maka CFO bisa mulai menutupi kebutuhan belanja modal tanpa utang baru. Tapi kalau tidak dan BI rate bertahan tinggi, HEAL berpotensi masuk ke spiral utang dan tekanan cashflow. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Valuasi saat ini mencerminkan harapan, bukan realitas. Di harga Rp1.360, PER HEAL sekitar 42x dan PBV 4,5x. Angka ini hanya masuk akal kalau FCF mulai konsisten positif dan margin pulih. Sebagai perbandingan, SILO diperdagangkan di PER 28x dan PBV 3,1x. MIKA di PER 27,5x dan PBV 4,5x, tapi dengan kualitas neraca jauh lebih kuat. Valuasi ideal HEAL ada di PER 20 sampai 25x dan PBV 2 sampai 2,5x. Dengan EPS tahunan sekitar Rp32, harga wajarnya jatuh di rentang Rp900 sampai Rp1.200. Tapi untuk mencapainya, Hermina harus membuktikan EBITDA tumbuh, capex rasional, dan FCF mulai mengalir minimal Rp250 miliar per tahun.
Bagi investor yang nyangkut, harapannya ada di pemulihan margin dan suku bunga turun. Kalau tercapai, rerating bisa mengangkat harga ke Rp1.800 sampai Rp2.000. Tapi kalau suku bunga tetap tinggi dan capex terus disiram, risiko rights issue dan penurunan valuasi ke bawah Rp1.000 menjadi kenyataan.
Intinya, Hermina adalah saham calon turnaround. Bukan saham yang cocok untuk pemburu dividen atau scalper, tapi untuk investor yang sabar, siap melihat cabang-cabang baru bertumbuh, dan percaya bahwa ekspansi besar yang sekarang membebani neraca suatu hari bisa menjadi mesin kas. HEAL punya potensi jadi hidden gem kalau manajemen mampu menjaga disiplin belanja dan fokus pada utilisasi. Tapi juga bisa jadi value trap kalau bisnis terus dibangun tanpa arus kas masuk. Pilihannya sekarang ada di tangan manajemen, dan investor harus siap menilai realita tiap kuartal, bukan hanya potensi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10