imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@antonlim502 1. "Transparansi domisili investor"? Realitanya dangkal
Buka kode domisili (ID, AF, AS, SG, dll) cuma kasih tahu duit itu asalnya dari mana, bukan siapa pelakunya.
Contoh:
⦁ Duit dari Singapura (SG) belum tentu investor asing tulen. Bisa aja itu investor lokal lewat entitas nominee di luar negeri (tax haven biasa gitu).
⦁ Dana dari dalam negeri (ID) pun bisa jadi proxy dari pemain gede lokal, alias "lokal rasa asing" yang udah ngerti cara mainin persepsi.
Artinya: informasi ini masih makro banget, nggak cukup buat bantu ambil keputusan presisi. Untuk retail yang berharap bisa "ikut aliran dana besar", efeknya minim.

2. Bandar canggih, nggak main satu akun satu broker
Bandar zaman sekarang udah kayak hacker:
⦁ Satu transaksi dipecah ke multi akun, multi broker.
⦁ Kadang beli via broker besar, jual via broker ritel.
⦁ Bahkan sering banget pakai nominee atau akun pinjam nama orang lain.
Jadi meski BEI buka kode domisili, bandar tetap bisa main petak umpet. Yang kelihatan di layar cuma fragment transaksinya — yang sebenarnya udah diatur biar nggak kelihatan akumulasi.

3. Tujuan utamanya bukan buat bantu ritel, tapi buat jaga sentimen
Mari realistis:
Langkah ini bukan strategi perlindungan ritel, tapi strategi psikologis buat jaga minat dan optimisme pasar.
Semakin banyak info yang dikasih (meskipun setengah matang), semakin retail merasa “pinter”.
Padahal?
⦁ Yang pegang kendali tetap pemain besar.
⦁ Ritel tetap yang terakhir dapat info lengkap.
⦁ Risiko herd mentality makin besar: ikut beli karena “asing masuk”, tanpa tahu alokasi aslinya gimana.

Makin rawan manipulasi sentimen
Dengan info domisili diumumkan harian:
⦁ Bandar bisa "palsukan" flow asing buat bikin retail ikut beli.
⦁ Lalu tinggal jual ke retail waktu harganya udah markup.
Akhirnya?
⦁ Retail jadi korban pom-pom terselubung.
⦁ Data yang mestinya bantu analisis malah jadi alat manipulasi $IHSG

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy