$SAME LK Q1 2025: Rumah Sakit $EMTK
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk, atau SAME, adalah salah satu pemain lama di sektor rumah sakit swasta di Indonesia. Perusahaan ini berdiri sejak 1984, dan mulanya dikenal lewat brand RS Omni. Namun babak baru dimulai saat Emtek (EMTK), konglomerat media dan digital, resmi menjadi pemegang saham pengendali pada awal 2021. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sejak akuisisi itu, SAME direstrukturisasi besar-besaran. Brand Omni diganti total menjadi EMC, dan jaringan rumah sakitnya difokuskan di wilayah Jabodetabek. Saat ini SAME mengelola delapan rumah sakit umum aktif yaitu EMC Alam Sutera, EMC Pulomas, EMC Kedoya, EMC Pekayon, EMC Cikarang, EMC Sentul, EMC Tangerang, dan EMC BSD. Selain itu, SAME juga memiliki anak usaha terbuka bernama RSGK (PT Kedoya Adyaraya Tbk), yang masuk ke dalam konsolidasi keuangan grup.
Struktur pemegang sahamnya didominasi EMTK dengan 79%, sedangkan sisanya dikuasai publik. Di dewan komisaris, ada nama besar seperti Alexander Tedja dari $PWON, memperlihatkan sinyal bahwa SAME juga jadi bagian dari lintas koneksi konglomerasi properti dan media.
Model bisnis SAME cukup jelas dan langsung. Mereka tidak menjalankan skema franchise, seluruh rumah sakit dikelola in-house. Layanannya mencakup rawat jalan, rawat inap, radiologi, laboratorium, hingga apotek. Pendapatan didominasi pasien ritel, baik itu pasien umum, asuransi, maupun BPJS, dengan porsi sekitar 90%, dan sisanya dari pelanggan B2B seperti kerjasama perusahaan atau institusi. Sumber pendapatannya bersifat recurring karena berbasis volume pasien, bukan proyek satuan. Pasokan bahan baku berasal dari distributor farmasi dan alat kesehatan lokal, dengan eksposur risiko kurs karena banyak alat medis dan perlengkapan habis pakai berbasis impor. Secara akuntansi, SAME sudah menggunakan PSAK dan IFRS terbaru, termasuk IFRS 15 untuk pengakuan pendapatan jasa yang dicatat sepanjang jasa diberikan, dan PSAK 71 untuk pembentukan cadangan piutang.
Sekarang bayangkan kalau Pak Toto, pedagang bakso terkenal dari Bekasi Timur, tiba-tiba terpikir untuk masuk ke bisnis rumah sakit karena ajakan anaknya, Toni, yang sedang frustasi berat akibat Manchester United musim 2024/2025 tampil kacau balau. MU bukan cuma nirgelar, tapi nyaris masuk papan degradasi meski gaji pemainnya miliaran per minggu. Toni merasa bisnis bola udah toxic. Toni merasa lebih baik Pak Toto bikin rumah sakit, orang sakit tiap hari ada. Pasti untung. Tapi apakah semudah itu? Niatnya Toni anak Pak Toto bikin rumah sakit bukan untuk amal ibadah membantu sesama manusia, tapi cuan cuan cuan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau Pak Toto ikut saran Toni MU langsung terjun tanpa bekal cukup, bukan nggak mungkin bisnis barunya bisa ikut nyungsep, seperti jumlah kebobolan Onana di musim 2024/2025 dan mirip MU yang isinya pemain bintang tapi hasilnya malah bikin suporter naik darah.
Jadi biar tidak kecele, mereka studi banding ke SAME karena bisa jadi contoh nyata yang bisa dipelajari Toni dan Pak Toto sebelum mereka benar-benar nyemplung ke bisnis RS.
Secara laporan keuangan, SAME pada kuartal I 2025 mencatatkan pendapatan Rp441 miliar, naik tipis 2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi beban pokok penjualan justru naik 6%, membuat margin kotor turun dari 33% menjadi 31%. Meski begitu, beban umum dan administrasi berhasil ditekan sebesar 12%, sehingga laba usaha tetap naik 16% menjadi Rp30,6 miliar. Laba bersihnya melonjak signifikan 142% yoy menjadi Rp11,3 miliar, berkat adanya kontribusi dari bagian laba entitas asosiasi dan beban bunga yang menurun. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau dilihat sepintas, kinerja laba ini seperti pemain depan yang bikin hattrick. Tapi begitu kita buka laporan arus kas, semuanya berubah. Arus kas dari aktivitas operasi (CFO) justru negatif Rp1,39 miliar. Kenapa? Karena SAME mengeluarkan kas lebih besar untuk pembayaran pemasok dan gaji dibandingkan kas yang diterima dari pasien. Uang yang terbakar ini sebagian besar mengendap di kenaikan persediaan dan penurunan utang usaha. Parahnya lagi, belanja modal (capex) mereka tetap tinggi, mencapai Rp43 miliar pada kuartal ini, sehingga free cash flow (FCF)-nya jeblok sampai minus Rp45 miliar.
Posisi keuangan SAME juga cukup berat. Total aset per Maret 2025 mencapai Rp5,53 triliun, tapi lebih dari 72%-nya adalah aset tetap seperti gedung dan peralatan medis, dan Rp449 miliar-nya berupa goodwill, nilai aset imajinasi yang bisa menguap kalau kinerja anak usaha terus-menerus rugi.
Sementara itu, kas setara kas SAME tinggal Rp69 miliar saja. Di sisi lain, total utang berbunga SAME mencapai Rp933 miliar, terdiri dari kredit jangka pendek Rp140 miliar, bagian lancar utang panjang Rp249 miliar, dan utang panjang Rp544 miliar. Dengan EBITDA tahunan sekitar Rp144 miliar, maka rasio net-debt/EBITDA lebih dari 6×, dan interest coverage ratio cuma sekitar 1,5×. Ini ibarat Pak Toto jualan bakso, dapet omzet Rp1 juta sehari, tapi punya utang ke tukang daging, tukang gas, dan tukang sewa gerobak total Rp100 juta, dan uang di kas cuma Rp1 juta. Belum bayar aja, udah ngos-ngosan duluan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita zoom ke segmentasi geografis, performa SAME sangat bergantung pada satu rumah sakit di Banten, yaitu EMC Alam Sutera. Di sana, SAME membukukan pendapatan Rp174 miliar dan laba segmen Rp26 miliar, dengan margin 15%. Di Jakarta, pendapatannya Rp146 miliar tapi laba cuma Rp9 miliar alias margin 6%. Paling lemah adalah Jawa Barat (EMC Pekayon dan Cikarang), dengan pendapatan Rp122 miliar tapi laba cuma Rp1 miliar, margin 1%. Artinya, SAME punya satu RS bintang dan beberapa RS pemain cadangan. Ini persis seperti MU yang punya satu Bruno Fernandes yang nyala di musim 2024/2025, tapi selebihnya pemain lain underperform. Kalau RS-RS di Jabar nggak segera membaik, SAME akan terus tergantung pada satu titik yang menopang grup, dan ini riskan dalam jangka panjang.
Transaksi pihak berelasi sejauh ini masih wajar. Piutang dari EMTK cuma Rp35 juta dan utang ke EMTK Rp181 juta, sangat kecil. SAME juga punya plafon pinjaman intragrup dari EMTK senilai Rp300 miliar yang bisa ditarik kalau kepepet. RSGK, sebagai anak usaha, bahkan mengembalikan modal Rp105 miliar ke induknya, menandakan ada upaya rasionalisasi. Tidak ada pembagian dividen ke pemegang saham yang berlebihan, dan tidak ada indikasi siphoning dana oleh pihak terafiliasi.
Lalu bagaimana dengan valuasinya? Harga saham SAME per Maret 2025 adalah Rp258. Dengan jumlah saham beredar 17,16 miliar, maka kapitalisasi pasarnya sekitar Rp4,43 triliun. Ekuitas pemilik entitas induk sebesar Rp3,78 triliun, sehingga PBV 1,17×, kelihatan murah. Tapi kalau dihitung pakai laba, PER-nya sekitar 100×. Bahkan EV/EBITDA-nya mencapai 25×. Ini bukan valuasi hidden gem, tapi lebih mendekati value trap, saham yang terlihat menarik secara buku tapi kinerja kas dan laba tunainya belum solid. Sama seperti MU yang jersey-nya laku keras, media exposure-nya gila-gilaan, tapi performa timnya tak sepadan dengan hype, lawan Tim ASEAN karbitan saja bisa kalah.
Idealnya, valuasi sektor rumah sakit itu ada di PER 30–40× dan PBV 1×. Supaya SAME bisa layak ke situ, ada beberapa prasyarat penting:
1. Margin RS-RS di Jabar harus naik ke atas 10%
2. CFO tahunan harus positif di atas Rp200 miliar
3. Capex mulai diturunkan atau minimal tidak melebihi kas masuk
4. Utang berbunga ditekan hingga rasio net-debt/EBITDA di bawah 4×
5. Goodwill tidak mengalami impairment
Kalau semua itu tercapai, saham SAME bisa mengalami rerating ke Rp330–350. Tapi kalau tidak, dan kondisi terus seperti sekarang, laba tinggi tapi kas negatif, beban bunga menekan, RS baru belum produktif, maka harga saham bisa turun balik ke Rp150-an. Harga ini sudah pernah terjadi waktu EMTK tender offer, dan sangat mungkin terulang kalau sentimen dan kas tidak membaik. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Bagi investor yang sudah terlanjur nyangkut di harga 705 rupiah, harapan realistisnya adalah perbaikan okupansi, peningkatan margin di RS baru, serta kontribusi ekosistem digital EMTK yang bisa mendatangkan pasien dan mendorong efisiensi. Kalau itu terwujud, SAME bisa jadi turn-around story. Tapi kalau kuartal berikutnya masih mencetak CFO negatif dan margin Jabar stagnan, maka itu tanda untuk realistis, mempertimbangkan exit, sebelum posisi makin dalam dan potensi dilusi meningkat.
Jadi, buat Pak Toto dan Toni yang mau banting setir dari jualan bakso ke bisnis rumah sakit, pelajaran dari SAME sangat jelas. Rumah sakit bukan bisnis yang bisa hidup dari branding atau hype. Harus ada kas yang masuk, efisiensi operasional, dan perencanaan finansial yang matang. Kalau enggak, bisnisnya bisa kelihatan elit dari luar tapi sebenarnya megap-megap di dalam. Persis seperti MU, penuh bintang, tapi akhirnya kalah dari Tim yang levelnya di bawah Persija.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10