Fenomena Sengaja Tidak Bayar Pinjol
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Di Indonesia lagi ada fenomena baru yang unik. Orang ramai - ramai sengaja ndak bayar pinjol.
Salah satu pelakunya adalah Pak BudiDolDol bin Judd Old (bukan nama sebenarnya), warga pinggiran kota yang dulunya tukang servis kipas angin keliling, kini jadi pemain aktif dalam grup Telegram bernama "Tutorial Gagal Bayar Pinjol Tanpa Stress". Semua bermula dari satu video viral di TikTok yang berjudul "Cara Kabur dari Pinjol, Auto Bebas Hidup Tenang". Dalam video itu, dijelaskan dengan santai gimana caranya minjam uang dari beberapa aplikasi sekaligus, lalu kabur cuma modal ganti nomor HP dan uninstall aplikasi. Pak Budi, yang waktu itu butuh duit cepat buat main feeling di situs judi online server Kamboja, langsung ikut langkah demi langkah. Dalam seminggu, dia berhasil cairin dana dari lima aplikasi, total hampir 8 juta. Duitnya masuk pagi, malamnya sudah habis di meja baccarat virtual, sisa screenshot kemenangan palsu buat dipamerin ke grup. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masalahnya, Pak Budi bukan satu-satunya. Fenomena kayak gini sekarang udah jadi wabah digital. Per Januari 2025, OJK mencatat 146,5 juta orang Indonesia pernah pakai pinjol, dan dari jumlah itu yang benar-benar masih aktif hanya sekitar 18 juta orang. Artinya, lebih dari 120 juta orang entah ke mana - dan sebagian di antaranya kayak Pak Budi, yang minjam bukan buat usaha, tapi buat judi, gaya hidup, atau iseng. Lebih parahnya, sebagian besar dari mereka juga ikut komunitas yang ngajarin cara kabur dari tanggung jawab.
Dan yang dibobol bukan cuma fintech, tapi juga sistem perbankan nasional. Per Februari 2025, total pinjaman di sektor fintech lending mencapai Rp80,07 triliun dan yang bikin ngeri adalah Rp49,4 triliun atau 61,7 persen dari angka itu berasal dari dana bank. Artinya, duit yang dipakai Pak Budi buat main judi di server Kamboja itu bisa jadi diduga berasal dari dana yang disalurkan Bank Mandiri $BMRI lewat Kredivo, atau dana Bank Raya ke Batumbu, atau bahkan channeling dari Bank Neo Commerce via Home Credit. Pakai istilah gampang, bank udah jadi ATM dadakan bagi warga yang pinter ngeles bukan pinter usaha. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Model channeling ini awalnya niatnya baik yaitu supaya masyarakat bawah yang gak punya akses ke bank bisa tetap dapat kredit. Tapi dalam kenyataannya, channeling ini jadi jalur cepat buat nyebar pinjaman hantu. Di satu sisi bank kejar pertumbuhan kredit digital, di sisi lain peminjamnya kayak Pak Budi yang bahkan alamatnya fiktif dan ponselnya gonta-ganti. Ini adalah mismatch gede antara misi mulia dan realitas lapangan yang penuh tipu-tipu.
OJK sendiri sudah mulai panik. Mereka instruksikan bank untuk evaluasi berkala, jaga NPL tetap di bawah 5 persen, bahkan boleh hentikan sementara channeling kalau ada indikasi kebocoran sistemik. Tapi masalahnya, kerusakan udah keburu nyebar. Beberapa bank digital mulai menarik diri dari kerja sama. Amar Bank udah stop channeling ke Investree, Bank Jago mulai selektif, tapi yang lain masih kejar volume dan belum sadar bahwa pasar pinjol lagi digerogoti dari dalam.
Dampaknya ke saham bank makin terasa. Saham bank digital dan bank kecil yang selama ini naik karena narasi fintech-friendly sekarang makin dicurigai oleh investor. Kualitas aset jadi pertanyaan, pendapatan bunga diragukan, dan laba bersih bisa amblas karena beban pencadangan meningkat. Saham kayak $BBYB, $ARTO, AGRO yang dulu dielu-elukan karena transformasi digital, sekarang mulai dilirik sinis dan dianggap jangan-jangan ini semua cuma growth dari utang yang gak bakal dibayar.
Dan jangan lupa, trust adalah mata uang utama dalam dunia perbankan. Kalau masyarakat udah bisa ngajarin satu sama lain cara kabur dari utang, artinya krisis yang kita hadapi bukan cuma soal kredit macet tapi soal hancurnya norma keuangan. Ini bukan lagi sekadar risiko operasional. Ini udah masuk ke level risiko reputasi, risiko sistemik, dan risiko moral nasional. Kalau kondisi ini dibiarkan, kita bisa melihat gelombang krisis baru di sektor keuangan. Bank jadi takut salurkan kredit ke fintech, fintech kehilangan sumber dana, akses keuangan makin terbatas, dan ekonomi bawah makin terpukul.
Cerita Pak Budi bukan sekadar anekdot. Itu simbol dari bom waktu bernama gagal bayar berjamaah. Dan jika dalam waktu dekat tidak ada pemulihan moral, penyaringan sistem, dan penegakan hukum yang tegas, maka bukan cuma platform pinjol yang kolaps. Saham bank Indonesia bisa terkena koreksi besar-besaran dan sistem keuangan yang selama ini dibanggakan karena inklusi bisa runtuh dari pondasi.
Karena dalam dunia keuangan, kalau yang minjam gak niat bayar dan yang kasih pinjaman terlalu percaya, maka ujungnya selalu sama. Yang rugi bukan hanya pemodal tapi seluruh sistem ikut runtuh dan yang terakhir ditagih, seperti biasa, adalah kita semua. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tinggal lihat nanti kalau Koperasi Merah Putih sudah ada. Apakah nanti ada tutorial sengaja gagal bayar juga seperti pinjol?
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10