$BEKS LK Q1 2025: Hidup dari Gaji Pegawai Banten
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut tapi bukan di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk atau yang lebih dikenal dengan ticker BEKS ini adalah contoh klasik dari entitas yang terus mencari jati diri, dari tangan swasta ke pemerintah, dari ambisi ekspansi ke fase konsolidasi, dari branding nasional ke identitas lokal. Berdiri tahun 1992 sebagai Bank Eksekutif, bank ini dulunya merupakan bank swasta yang bermain di segmen korporat dan consumer banking. Namun setelah krisis performa dan lonjakan NPL di atas 50 persen, pada tahun 2010 BEKS diselamatkan oleh dua nama besar yaitu Sandiaga Uno dan Rosan Perkasa Roeslani melalui Recapital Advisors. Saat itu mereka mengambil alih hampir 90 persen saham, menyuntikkan modal baru, dan mengganti nama bank menjadi Bank Pundi dengan positioning sebagai bank UMKM dan mikro terbesar di Indonesia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Visinya saat itu sangat progresif, yaitu membangun ekosistem layanan perbankan untuk sektor mikro yang underserved dengan memperluas jaringan ke ratusan cabang dan fokus ke segmen informal. Namun strategi ini gagal total. Kredit mikro yang tumbuh cepat tidak disertai kualitas underwriting yang memadai. Biaya pegawai membengkak, infrastruktur belum siap, dan sistem manajemen risiko keteteran. BEKS justru makin terpuruk, mencatatkan kerugian ratusan miliar dan rasio efisiensi BOPO yang tak terkendali. Setelah enam tahun, proyek ini dianggap gagal. Pada tahun 2016, Sandiaga, Rosan, dan Recapital hengkang, melepaskan kendali bank lewat rights issue kepada Pemerintah Provinsi Banten. Masuklah era baru, BEKS berganti nama menjadi Bank Banten, resmi menjadi BUMD, dan secara operasional masuk ke dalam ekosistem keuangan daerah.
Masuk ke tahun 2025, kondisi BEKS masih belum bisa disebut pulih. Per 31 Maret 2025, aset BEKS tercatat 7,62 Triliun, dengan liabilitas 5,91 Triliun dan ekuitas 1,71 Triliun. Namun yang mengganjal adalah akumulasi kerugian sebesar 2,83 Triliun yang merupakan bekas luka dari masa lalu yang belum bisa dihapus. Modal inti mencapai 1,24 Triliun, cukup tebal untuk bank sekelas BEKS, tapi belum cukup untuk ekspansi agresif. Pendapatan bunga bersih kuartal ini hanya 47,10 Miliar, ditambah pendapatan non-bunga 15,33 Miliar. Tapi setelah dipotong beban pegawai 28,14 Miliar dan beban umum 26,19 Miliar, laba bersih yang tersisa hanya 3,46 Miliar. Artinya margin tipis banget. Dan yang lebih gawat, arus kas operasional minus 225,01 Miliar karena dana tersedot ke pembelian surat berharga dan penyaluran kredit. Jadi labanya akrual, bukan uang nyata. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Model bisnis BEKS sekarang berputar di sekitar tiga hal yaitu dana dari ASN dan Pemprov, penyaluran kredit konsumsi dan modal kerja UMKM, serta pengelolaan dana jangka pendek melalui penempatan di efek pemerintah. Bahan baku utamanya adalah dana murah berupa giro dan tabungan yang totalnya 4,67 Triliun. Produk dikemas dan disalurkan lewat 20 kantor cabang, 17 cabang pembantu, 149 ATM, dan mobile banking. Semua proses operasional dari kredit hingga treasury dikerjakan in-house. Vendor utama adalah penyedia sistem TI, terutama core banking dan platform digital, yang dicatat sebagai sewa hak guna. Jadi BEKS sudah punya infrastruktur, hanya belum dimaksimalkan.
Nasabah utama bank ini adalah ASN Pemprov Banten, kontraktor lokal proyek infrastruktur, dan pelaku UMKM. Portofolio kredit terkonsentrasi di sektor perdagangan dan konstruksi. Risiko valas nyaris nol karena 100 persen aktivitas dalam Rupiah. Tapi risiko tenor muncul karena sebagian besar kredit jatuh tempo lebih dari 12 bulan sementara deposito justru jangka pendek. Ini mismatch klasik. BEKS menjaga likuiditas lewat dana pihak berelasi, terutama kas milik Pemprov, yang mengisi 36,67 persen dari total giro. Jadi di satu sisi loyal, tapi di sisi lain sangat ketergantungan.
Kualitas aset masih perlu kerja keras. NPL bruto 7,22 persen, sedangkan net-nya 1,90 persen karena ditopang pencadangan sebesar 34,45 Miliar. Kredit restrukturisasi masih 52,48 Miliar, menunjukkan sebagian portofolio lama belum bersih. Dari sisi risiko, BEKS relatif aman dari volatilitas suku bunga karena mayoritas kredit bunga tetap. Risiko likuiditas masih tinggi karena cashflow dari operasional negatif. Rasio BOPO masih tinggi dan efisiensi belum kelihatan. Transaksi pihak berelasi secara umum aman, kecuali adanya skema penjaminan kredit UMKM dengan PT Jamkrida Banten sebesar 800 Miliar yang bisa jadi peluang ekspansi atau bumerang kalau kualitas debitur di bawah standar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kelebihan BEKS ada di modal inti yang cukup besar, dukungan dari Pemprov Banten yang konsisten, potensi recurring income dari payroll ASN, dan kesiapan infrastruktur digital. Spread bunga masih stabil karena dana murah bisa didapat dari Pemda. Tapi kekurangannya menumpuk. Defisit laba ditahan menahun, beban pegawai dan TI tinggi, cashflow sering negatif, kualitas aset belum pulih, margin usaha tipis, dan ketergantungan yang sangat tinggi pada satu entitas. BEKS ibarat rumah tangga yang hidup dari gaji orang tua. Selama Pemprov setia, hidup. Tapi kalau suatu hari dana ditarik, bisa sekarat.
Bagi investor, harapannya jelas yaitu turnaround. Minimal BEKS bisa mencetak laba bersih 80 Miliar per tahun, NPL di bawah 3 persen, dan arus kas operasional minimal 1,2 kali laba bersih. Kalau ini tercapai, rerating ke PBV 1 kali masuk akal. Harga bisa ke 33 sampai 35 Rupiah. Tapi kalau gagal, dengan PER sekarang 39 kali dan PBV 0,91 kali, saham ini sangat rentan value trap. Bisa turun ke PBV 0,5 dan harga terjun ke 16 sampai 18 Rupiah. Hidden gems-nya ada pada potensi sinergi digital kalau masuk KUB, recurring fee dari payroll ASN, dan peluang akuisisi atau merger. Tapi semua masih potensi.
Lalu ada satu ironi yang menarik. Rosan Roeslani yang dulu pernah gagal di BEKS saat memegang kendali sebagai bagian dari Recapital sekarang duduk sebagai CEO Danantara, sovereign wealth fund baru Indonesia yang berdiri sejak 24 Februari 2025. Bukan cuma itu, Rosan juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi yang berarti secara teknis ia berada di pucuk otoritas yang bisa mengatur alokasi modal strategis. Bersama COO Dony Oskaria dan CIO Pandu Patria Sjahrir, Danantara sedang membangun portofolio seperti Temasek dan BEKS adalah BUMD yang sedang megap-megap. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi pertanyaannya yang menggantung di akhir cerita ini adalah Apakah Rosan akan kembali? Apakah Danantara akan menyelamatkan BEKS, bank yang dulu pernah mereka tinggalkan? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BJTM $BJBR
1/10