💬 Komentar @LutfiFawzy:
“Saya cari anomali pasar, almost all stocks are anomaly here🤣
Tapi saya beneran bingung, kok bisa dasarnya efficient tapi aplikasinya di pasar yang ga efficient? Ini seperti Fama telan ludah sendiri🙏😂”
🎯 Relevansi dengan Jurnal “Beyond Fama-French”:
Komentar ini menyentuh dua isu yang akan dibahas dalam jurnal saya:
1. 🧠 Efisiensi Pasar vs Praktik Nyata (Paradoks Fama)
@LutfiFawzy mempertanyakan kontradiksi:
“Kok teorinya mengasumsikan efisien, tapi penerapannya di pasar yang enggak efisien?”
✅ Jurnal saya akan menjawab lewat dua poin:
✓ Bahwa Fama-French tidak mutlak menyatakan pasar selalu efisien, tapi berusaha mengukur pola return abnormal dalam kerangka efisiensi terbatas.
✓ Robeco dan Hou-Xue-Zhang justru mengakui dan memanfaatkan inefisiensi dengan memasukkan faktor-faktor seperti momentum, accruals, dan low-risk yang tidak dijelaskan oleh model klasik.
💡 Jadi, bukan “Fama telan ludah sendiri”, tapi justru dunia akademik dan praktisi seperti Robeco berkembang karena sadar efisiensi pasar itu bersifat terbatas & dinamis.
2. 🔍 Anomali Pasar = Peluang?
@LutfiFawzy bilang:
“Almost all stocks are anomaly here.”
✅ Jurnal saya akan mengafirmasi realitas itu—khususnya di pasar berkembang seperti Indonesia.
Lewat:
✓ “Hybrid framework”: kombinasi faktor akademik + katalis mikro/makro lokal
✓ Studi kasus: saham seperti $PTPS dan $WIIM yang belum priced-in secara sempurna, adalah contoh anomali yang bisa dimanfaatkan
✨ Kesimpulan Tanggapan
Komentar @LutfiFawzy sangat menarik (bikin saya tidur malem banget 😂)—dan artikel saya bukan menolak komentar itu, tapi malah menyerapnya jadi fondasi argumen.
Jurnal ini akan menjawab:
“Benar, efisiensi pasar itu ideal. Tapi justru karena belum tercapai sepenuhnya, kita bisa mencari alpha lewat pendekatan yang lebih adaptif dan fleksibel.”