$ESSA LK Q1 2025: Amonia Bau Duit
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
ESSA Industries Indonesia Tbk ini, kalau diibaratkan bisnis, posisinya kayak warung bakso legendaris milik Pak Toto yang berdiri di pinggir Jalan Trans-Sulawesi. Modalnya jujur, bahan bakunya gas asli dari dalam negeri, diolah sendiri jadi LPG dan amonia dengan kualitas ekspor. Gak neko-neko, gak jualan bakso oplosan atau pakai bahan kimia berbahaya. Tapi, ya namanya dagang, walau kuahnya bening dan dagingnya asli, tetap aja tergantung sama pelanggan dan itulah yang bikin posisi ESSA kadang rawan kalau gak waspada. Di sisi lain, tetangganya, si koperasi merah ijo Kamboja sabung ghoib Pak BudiDolDol bin Judd Old, mungkin bisnisnya kelihatan cuan terus karena mark-up utangnya tinggi, tapi fondasinya rapuh, produknya tipuan, dan ujung-ujungnya banyak nasabah tekor, cicilan macet, sampai dikejar debt collector yang mukanya kayak juru tagih setan malam Jumat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perusahaan ini berdiri tahun 2005, masuk bursa tahun 2012, dan sekarang dikendalikan oleh Grup Akraya lewat PT Trinugraha Akraya Sejahtera. Anak usaha utamanya ada dua yaitu PAU yang pegang kendali bisnis amonia di Donggi-Senoro, dan ESM yang lagi eksplorasi bisnis kimia baru. Genesis Corporation, pembeli utama amonia, juga masih satu grup, jadi bisa dibilang ESSA itu bisnis keluarga besar yang saling terkait dari hulu sampai hilir. Bahan bakunya? Gas alam dari JOB Pertamina–Medco $MEDC. Produksinya? Amonia dan LPG. Distribusinya? Amonia dijual ke Genesis, LPG ke Pertamina Patra Niaga. Semua serba kontraktual, dan hampir semua revenue-nya recurring dari dua entitas besar itu. Kalau ini warung bakso, maka Pak Toto punya kontrak tetap dengan dua pelanggan borongan yaitu satu restoran besar dan satu koperasi warteg. Masalahnya, dua-duanya itu saudara sendiri. Jadi, kalau mereka nunggak bayar, ya Pak Toto juga yang kelimpungan.
Laporan keuangan kuartal I 2025 bisa dibilang lumayan bagus dan cukup transparan. Revenue tercatat 69,6 juta USD (Rp1,14 triliun), turun 5,7% dari periode sama tahun lalu. Penyebab utamanya? Harga amonia global melemah. Gross margin turun dari 36,7% ke 31,9%, laba bersih tinggal 10,7 juta USD atau Rp174 miliar, jatuh bebas dari Rp224 miliar tahun lalu. Jadi, ini bukan karena pembukuan aneh-aneh, tapi memang harga jual produknya yang lagi lesu. Biaya gas dari Pertamina sifatnya take or pay, jadi walaupun produksi dikurangi, bayarnya tetap. Ini kayak Pak Toto tetap harus bayar langganan gas dan daging dari supplier walaupun pelanggannya lagi puasa Ramadan. Sementara pelanggan setianya (Genesis) beli baksonya ngutang dulu, piutangnya malah naik ke 23 juta USD. Lah, udah harga turun, cash-nya belum cair, tapi bahan baku tetap harus dibayar full.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi lain, perusahaan bisa dibilang cukup disiplin soal arus kas. CFO masih positif 18,3 juta USD. Capex minim, cuma 1,5 juta USD, dan FCF (free cash flow) tetap tebal, 16,8 juta USD. Mereka gak neko-neko bikin pabrik baru atau ekspansi yang absurd. Dana itu langsung dipakai buat nyicil utang 44,5 juta USD. Per akhir Maret 2025, utang berbunga tinggal 48 juta USD. Kas dan setara kas 129 juta USD, net cash bersih 81 juta USD. DER tinggal 0,09×, current ratio 3,26×. Jadi, secara struktur keuangan, ini ibarat Pak Toto punya tabungan emas, bebas utang, dan warungnya gak pakai leasing. Bandingkan dengan koperasi merah ijo milik Pak BudiDolDol bin Judd Old yang kelihatan besar tapi hidupnya dari gali lubang tutup lubang, utang ke Bank A buat bayar cicilan ke Bank B.
Namun tetap ada sisi gelap yang harus dipantau. Pertama, 85% pendapatan amonia dari Genesis. Jadi, satu pelanggan besar ini bukan cuma tulang punggung, tapi juga bisa jadi leher yang bisa dicekik kapan aja. Kontraknya sampai 2027 memang ada, tapi harganya pakai formula indeks Asia. Kalau harga global turun terus, Genesis bisa renegosiasi dan ESSA tetap harus jual. Kedua, vendor bahan baku juga tunggal yakni Pertamina–Medco. Jadi, kalau pasokan gas terganggu atau harga naik, margin ESSA bisa makin nyusut. Ketiga, goodwill dari PAU masih tergantung di neraca, nilainya 23 juta USD. Kalau PAU suatu saat dianggap overvalued karena labanya menyusut, bisa-bisa harus ada impairment.
Segmen usahanya juga belum terlalu beragam. Amonia memang menyumbang 85% revenue, tapi risikonya tinggi. LPG walau lebih stabil, porsinya kecil. ESM, anak usaha bahan kimia, masih dalam tahap awal dan rugi mini. Jadi, belum bisa jadi penopang kalau bisnis utama ngedrop. Kalau harga amonia terus di bawah 500 USD/ton dan pelanggan telat bayar, maka warung bakso Pak Toto ini bisa rugi walau tetap buka. Pendapatan kelihatan jalan, tapi cash flow mulai seret. Dan itulah potensi value trap-nya yakni sahamnya terlihat murah, tapi katalis pertumbuhan gak jelas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Valuasi saat ini Rp635 per saham. PER trailing sekitar 15×, PBV 1,58×. Kalau laba balik ke level 2023, PER bisa turun ke 7–8×, PBV ke 1,1–1,2×. Itulah valuasi ideal versi value investor. Tapi syaratnya jelas yakni harga amonia rebound, Genesis tetap beli dengan disiplin bayar, dan margin operasi kembali ke atas 35%. Kalau semua itu jalan, investor bisa cuan dari rerating. Tapi kalau harga tetap lemah, piutang numpuk, dan FCF makin kecil karena harus bayar kontrak gas dan gaji, maka valuasi sekarang bisa jadi jebakan.
Hidden gems-nya? Struktur neraca kuat, net cash, utang turun, manajemen modal kerja disiplin, dan cadangan ekspansi lewat kapasitas gas tambahan yang belum dieksploitasi. Bahkan, bisa jadi mereka geser ke produk kimia baru atau metanol tanpa perlu belanja modal besar. Kalau sukses, itu bisa jadi mesin laba baru. Tapi, ya seperti biasa, ekspektasi tinggi harus dibayar dengan eksekusi yang konkret.
Jadi, posisi ESSA sekarang bukanlah di persimpangan jalan, tapi lebih ke jalan tanjakan yang landai. Mereka punya rem tangan kuat (kas), mesin bagus (efisiensi), tapi tangki bensinnya (margin) lagi tipis. Kalau bensinnya, alias harga amonia, bisa naik, mereka bisa ngebut lagi. Tapi kalau enggak, mereka harus atur napas supaya gak mogok di tengah jalan. Jadi, kamu sebagai investor harus siap-siap. Ini bukan naik roller coaster, tapi naik sepeda di tanjakan. Stabil, tapi kalau kehilangan momentum, bisa nyusruk balik. Pilihannya, kamu mau jadi rider jangka panjang kayak Pak Toto, atau cuma penumpang yang turun pas tanjakannya curam.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/6