$HUMI LK Q1 2025: Tommy Rules
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) adalah perusahaan pelayaran spesialis logistik energi yang sekilas terlihat seperti pemain kelas menengah, tapi kalau ditelisik dari ujung ke ujung, dari pemilik hingga kontrak pelanggan, dari transaksi berelasi hingga arus kas operasional, HUMI justru adalah potret unik dari pertemuan antara bisnis, kekuasaan, dan masa depan arah kebijakan logistik energi Indonesia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
HUMI berdiri tahun 2016 sebagai pecahan dari PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS), perusahaan pelayaran milik keluarga Cendana yang sudah berkiprah sejak era Soeharto. Pada 9 Agustus 2023, HUMI melantai di BEI dengan harga IPO Rp100, melepas 2,7 miliar saham. Tapi sejak awal, saham publiknya hanya remah 91,5% dikuasai induk (HITS 76,5% dan PT Humpuss Transportasi Kimia 15%). Sementara sisanya diserahkan ke pasar untuk formalitas go public. Yang pegang kemudi tetap satu keluarga, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto (anak Presiden ke-2 RI dan mantan ipar dari Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto).
Dari segi bisnis, HUMI bukan perusahaan tambal-sulam. Mereka punya rantai logistik penuh dari hulu ke hilir. Kapalnya macam-macam, LNG tanker, crude tanker, chemical tanker, offshore support vessel (OSV), FSRU (Floating Storage Regasification Unit), bahkan jasa manajemen kapal dan training center. Di hulu, kapal-kapal dibeli atau disewa dari galangan besar seperti Hyundai Heavy Industries (Korea) dan Dalian Shipyard (China). Lalu operasionalnya dijalankan lewat anak usaha spesialis seperti GTS Internasional $GTSI (LNG dan crude), HTC (chemical), HTK1-HTK3 (OSV), dan McMOL (crew dan training). Suku cadang, bahan bakar kapal, dan jasa docking didapat dari vendor besar seperti Pertamina, Pelindo, dan Total Lubricants.
Sedangkan pelanggan utama mereka bukan nama sembarangan, Pertamina International Shipping, Pelindo Marine Service, PLN Gas dan Geothermal, dan Asahimas Chemical. Empat nama ini menyumbang lebih dari 60% dari pendapatan HUMI. Mayoritas kontraknya adalah time-charter jangka panjang 5-10 tahun. Jadi bisa dibilang HUMI adalah operator logistik energi dari hulu ke hilir, melayani BUMN-BUMN strategis di sektor gas dan energi, dan dikendalikan oleh keluarga yang punya jalur politik paling tebal di republik ini. Kalau dikaitkan dengan konteks 2025, di mana Presiden Prabowo mulai mendorong proyek ketahanan energi nasional dan Danantara (sovereign wealth fund versi RI) sedang mencari proyek strategis untuk disuntik, HUMI bisa menjadi salah satu penerima limpahan berkah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi mari kita tinggalkan politik dulu dan masuk ke angka-angka. Pendapatan HUMI di kuartal I-2025 tercatat sebesar US$ 32,98 juta, naik 21% dari kuartal I-2024 (US$ 27,3 juta). Laba bersih melonjak 88% ke US$ 3,40 juta dari sebelumnya US$ 1,81 juta. Margin operasi juga naik jadi 14,9% dari 9,9%, dan margin bersih ke 10,3%. Kenaikan ini bukan hasil sulap akuntansi, bukan revaluasi aset atau keuntungan selisih kurs, melainkan murni dari kenaikan tarif charter LNG tanker dan bertambahnya dua kapal baru. Jadi core operation-nya solid. Bukan one-off.
Arus kas operasional (CFO) sangat tebal, US$ 20,07 juta, alias 5,9 kali lipat dari laba bersihnya. Bahkan kas masuk dari pelanggan (receipts from customers) hampir identik dengan pendapatan, US$ 31,88 juta. Yang belum diakui sebagai revenue dicatat sebagai liabilitas kontrak sesuai IFRS 15, jadi bukan piutang membengkak, bukan revenue fiktif. Capex sebesar US$ 12,03 juta dan penempatan deposito US$ 9,7 juta ditarik dari CFO, artinya HUMI masih menghasilkan FCF positif sekitar US$ 8 juta, bahkan setelah membayar bunga dan angsuran pinjaman.
Tapi seperti bisnis bakso Pak Toto di pinggir jalan tol yang kelihatannya laris manis, kalau kita buka dapur dan akuntingnya, ada beberapa hal yang patut dicurigai.
1. Piutang berelasi jangka panjang sebesar US$ 15,9 juta ke entitas grup, dan loan sebesar US$ 9,72 juta ke PT Jawa Satu Regas (afiliasi FSRU) dengan bunga 8,27% ini tinggi, bahkan di atas cost of fund bank swasta. Risiko parkir kas dalam grup alias transfer dana ke ekosistem sendiri sangat besar. Kalau sewaktu-waktu piutang itu nggak ditagih, HUMI bisa kena macet dari grupnya sendiri.
2. Beban bunga membengkak jadi US$ 1,96 juta per kuartal (naik 104% YoY) karena utang proyek FSRU mulai tarik bunga. Total utang berbunga (bank dan lease) mencapai US$ 59,5 juta. Debt to equity ratio 0,77x masih moderat, tapi kalau bunga tetap tinggi dan utilisasi kapal turun, maka margin bisa tergerus cepat. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
3. Meskipun HUMI tampak punya kas dan deposito sebesar US$ 44,7 juta, mayoritasnya tidak likuid, ditaruh di time deposit dan advance untuk capex. Artinya, kas operasional sebenarnya jauh lebih ketat dari yang terlihat di laporan.
4. Pelanggan sangat terkonsentrasi. Grup Pertamina menyumbang lebih dari 40% pendapatan. Kalau kontrak diputus, atau tarif dikorting sepihak, arus kas bisa langsung jeblok. HUMI belum diversifikasi pelanggan.
5. Governance. Tidak ada rincian gaji direksi dan komisaris, audit dilakukan oleh kantor lokal non-Big Four, dan semua pemegang saham pengendali berasal dari lingkaran keluarga yang sama.
Meski demikian, valuasinya sulit dibantah. PER hanya 4,8x, PBV 0,42x. Bandingkan dengan emiten pelayaran sekelas di Asia Tenggara yang diperdagangkan di PBV 0,8-1,2x dan PER 8-12x. Bahkan kalau kita pakai asumsi konservatif (laba tahunan US$ 13,6 juta dan nilai buku US$ 154 juta) harga wajar HUMI bisa di kisaran Rp 110-140 per saham. Tapi semua itu hanya akan terjadi kalau tiga skenario positif terjadi bersamaan, kontrak LNG diperpanjang dan tarif tidak diturunkan, loan dan piutang berelasi bisa ditagih, proyek FSRU selesai tepat waktu tanpa cost overrun. Kalau itu semua terpenuhi, rerating bisa terjadi cepat. Bahkan bisa masuk ke radar Danantara sebagai proyek nasional logistik energi berbasis kapal LNG domestik.
Tapi kalau satu saja skenario itu gagal, misalnya kontrak LNG batal, atau piutang ke grup macet, atau bunga naik lagi, harga Rp 59 bukan harga diskon, tapi harga perangkap. Seperti warung bakso Pak Toto yang buka di lahan pinjaman, daging dari peternakan anaknya, mangkuk sewa dari iparnya, dan pelanggan tetapnya anak camat, semuanya terlihat bagus sampai satu saja relasi itu retak. Maka bakso itu tinggal kuah dan utang. HUMI adalah saham yang sangat menarik bagi investor yang paham hubungan antara narasi bisnis, relasi kekuasaan, dan timing stimulus negara. Tapi juga saham yang sangat berisiko jika yang dikandalkan cuma kedekatan.
Jadi pilihan ada di tangan kamu, mau ikut naik kapal HUMI dan berharap angin kekuasaan mendorongnya ke Samudra Pasifik, atau lebih baik tunggu kapal ini bersandar dulu di pelabuhan fundamental sebelum naik. Karena dalam kasus HUMI, investor bukan sekadar membeli bisnis pelayaran, tapi ikut bertaruh pada arah angin politik, kekuatan keluarga, dan akuntabilitas dari dapur keuangan yang dikunci rapat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10