Apakah Danantara Harus Menyelamatkan BUMN Karya?
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau hari ini kita bahas soal BUMN karya, kayak Waskita (WSKT), Wijaya Karya (WIKA), PP (PTPP), Adhi Karya (ADHI), sampai anak cucunya kayak PPRE, WTON, dan WSBP, maka yang kita lihat bukan lagi sekadar perusahaan kontraktor biasa. Mereka adalah tulang punggung pembangunan infrastruktur negara. Tapi masalahnya sekarang, tulang punggung ini banyak yang rapuh, bahkan ada yang tinggal tempurungnya saja. Dan kalau pemerintah ngotot tetap minta mereka bangun proyek raksasa seperti Waste to Energy (WTE) atau Giant Sea Wall, pertanyaannya cuma satu, mau jalanin proyek pakai apa, pakai mimpi? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Mari kita lihat datanya. Dari 10 BUMN karya yang sudah dibedah habis-habisan, cuma beberapa saja BUMN Karya yang benar-benar sehat dari segala sisi, seperti $WEGE $WTON $PTPP. Dengan asumsi, laporan keuangan tidak laba - laba. Trust issue? Entahlah.
Saya ambil contohnya saja, PTPP. Perusahaan ini masih sanggup cetak laba Rp59 miliar, punya arus kas operasional positif Rp1,02 triliun, dan cadangan kas Rp3,03 triliun. Utangnya Rp19,5 triliun memang besar, tapi rasio arus kas terhadap utang masih 5,2%. Artinya, secara teoritis, mereka masih bisa bayar utang dalam jangka panjang. Bahkan valuasinya pun murah, PBV cuma 0,24, jauh di bawah harga wajarnya. Bandingkan itu dengan Waskita yang punya PBV 3,73, padahal labanya minus Rp1,2 triliun dan arus kasnya anjlok Rp4 triliun. Alias, harga mahal untuk perusahaan sekarat.
WSKT memang jadi contoh sempurna perusahaan zombie. Total utangnya Rp49,5 triliun, kasnya cuma Rp2,9 triliun. Arus kasnya negatif dalam-dalam, dan yang paling bikin jengkel adalah, mereka terjerat kasus korupsi proyek LRT Palembang, Tol Lampung, dan pembobolan supply chain financing proyek fiktif, dengan total kerugian negara Rp2,5 triliun. Bahkan mantan direktur utamanya, Destiawan Soewardjono, sudah jadi tersangka. Apakah perusahaan seperti ini layak dikasih dana segar? Jelas enggak. Karena itu bukan investasi, tapi nyemplungin duit negara ke lubang septic tank. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Lalu bagaimana dengan WIKA? Sama buruknya. Merugi Rp780 miliar, arus kas operasional minus Rp164 miliar, dan utangnya nyaris Rp32,4 triliun. Kasnya tinggal Rp1,6 triliun. PBV-nya 1,01 padahal rugi dan sakit. Salah harga juga. Bahkan ADCP, anak usaha Adhi Karya, lebih absurd lagi, cuma cetak laba Rp16 juta, tapi punya PER 17000. Ini bukan valuasi saham, ini komedi pasar modal.
Dari sisi valuasi yang masuk akal, selain PTPP, kita juga bisa lihat PPRE WEGE dan WTON. PPRE memang rugi Rp27 miliar, tapi arus kas operasionalnya TTM justru positif besar, Rp819 miliar. Artinya secara twelve trailing monthly, dia rugi di atas kertas, tapi bisnisnya tetap mutar duit. PBV-nya juga cuma 0,25. WTON juga serupa. Laba tipis Rp1,6 miliar, tapi arus kas positif Rp152 miliar dan kas Rp206 miliar, dengan utang cuma Rp270 miliar. Artinya, perusahaan ini masih bisa hidup tanpa disuapin dana darurat. Valuasinya pun realistis, PBV 0,21. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang jadi masalah besar, perusahaan-perusahaan yang sakit justru selama ini jadi ujung tombak proyek pemerintah. Kalau WSKT, WIKA, dan WSBP ini kolaps, otomatis proyek LRT, tol, dan rusun juga ikut terseret. Swasta pun belum tentu mau ambil alih, karena siapa juga yang mau bangun proyek besar tapi dibayar lama, diminta margin kecil, lalu ujung-ujungnya jadi tersangka korupsi? Mereka melihat sendiri nasib BUMN karya yang jadi tumbal proyek negara. Jadi, kalau berharap swasta akan heroik gantiin peran BUMN sakit, ya mustahil. Swasta akan tetap wait and see sampai proyeknya benar-benar bankable.
Lalu muncul Danantara, sang super holding, SWF-nya Indonesia. Pertanyaannya, apakah mereka mau suntik perusahaan kayak WSKT atau WIKA? Jawabannya, maybe yes, maybe no, kecuali sudah ada restrukturisasi total. Lihat saja Garuda yang juga disuntik Danantara. Mereka sudah masuk PKPU, utangnya di-haircut, manajemen diganti, dan Citilink bakal dipindah ke Pelita Air Pertamina. Jadi yang disuntik itu perusahaan yang sudah bersih, bukan yang masih bau korupsi dan utang menumpuk.
Kalau Danantara waras, mereka akan pilih PTPP, WEGE, PPRE, atau WTON sebagai pelaksana proyek-proyek besar. BUMN lain yang sakit, kalau mau ikut, harus jadi subkon, bukan lead. Kalau enggak begitu, Danantara bakal berubah dari SWF jadi SPBU, alias Sumber PemBakaran Uang.
Masalah lain yang sering dilupakan adalah nasib vendor. Industri semen, beton pracetak, logistik, hingga alat berat itu semua hidup dari proyek BUMN karya. Kalau proyeknya mandek, vendor juga ikut mati. Saat ini saja, utilisasi pabrik semen nasional cuma sekitar 56% sampai 60%. Emiten seperti SMBR dan WSBP terus merugi. Vendor kecil bahkan mulai tutup, karena gak semua bisa banting setir ke sektor tambang atau ekspor. Jadi, ketika BUMN karya mati, yang mati bukan cuma mereka, tapi satu ekosistem konstruksi nasional. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Intinya, suntik BUMN karya tanpa bersih-bersih adalah resep bencana fiskal. Kalau mau bangun proyek strategis, ya pakai fondasi yang benar. Pilih perusahaan yang sehat, transparan, dan siap kerja. Sisanya, reformasi atau relakan mati dengan tenang. Karena bangsa ini tidak kekurangan kontraktor, tapi kekurangan keberanian untuk bilang, cukup sudah.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10