$BWPT LK Q1 2025: Turnaround on Progress?
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
BWPT sudah mirip dengan waralaba besar perkebunan sawit yang dijalankan keluarga konglomerat. Oleh karena itu BWPT ini ibarat gabungan antara bisnis bakso Nyangkut Pak Toto yang rajin nyicil utang demi beli daging premium, dan koperasi merah ijo Kamboja milik Pak BudiDolDol bin Judd Old yang kelihatannya sehat dari luar, tapi kalau dicek saldo kasnya tinggal recehan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
BWPT ini didirikan tahun 2004 di bawah payung Rajawali Corpora, kongsi konglomerat nasional yang suka main sunyi tapi modalnya dalam. Rajawali grup adalah spesialis flipping aset seperti rokok Bentoel RMBA yang dijual ke BAT, $EXCL yang dijual ke Axiata, dan soon $ARCI yang kemungkinan berpotensi akan dijual ke Hapsoro menantu mantan presiden. BWPT dikuasai Rajawali Group melalui PT Rajawali Capital International (pemegang saham 37,7%) dan partner asal Malaysia, FIC Properties (37%), BWPT dipoles jadi produsen kelapa sawit dengan total kebun tertanam 74.339 ha per Maret 2025. Dari jumlah itu, cuma 271 ha yang masih belum produktif, sisanya sudah masuk usia panen, alias fase emas.
Sawitnya sendiri tersebar di Kalimantan (63 ribuan ha), Papua (9 ribuan), dan Sumatra (1.300-an). Umur rata-rata kebun sekitar 6–12 tahun. Dalam dunia bakso Pak Toto, ini lahan BWPT bukan sawit remahan kebun baru. Ini seperti gerobak bakso keliling yang sudah punya 20 cabang, semua sudah balik modal, tinggal tinggal nunggu panen dari langganan loyal. Tapi bedanya, warung bakso itu bisa narik cash tiap hari. Sementara BWPT? Panennya musiman. Pendapatannya besar, tapi belanja pupuknya dibayar cash di awal musim. Jadi jangan heran kalau laba bersih tipis tapi cicilan vendor dan bunga jalan terus. Inilah problem klasik yang bikin perusahaan sawit kelihatan kaya di laporan, tapi kas-nya seret kayak Pak BudiDolDol kalau pas kalah sabung ayam online.
Model bisnis BWPT terbagi dua jenis yaitu hulu dan hilir. Hulu-nya adalah kebun sawit, baik milik sendiri (inti) maupun kebun petani plasma yang wajib ditampung. Hilirnya adalah pabrik, di mana BWPT punya 14 PKS di Kalimantan dan Papua yang menggiling TBS jadi CPO dan kernel. Dalam laporan keuangan 1Q25, penjualan eksternal dari segmen kebun cuma Rp13 miliar, alias 1% dari total omzet. Sisanya, Rp1,27 triliun (99%), datang dari segmen manufacturing. Tapi yang bikin dahi berkerut adalah segmen kebun justru rugi kotor Rp223 miliar, sementara segmen pabrik untung kotor Rp599 miliar. Kalau ini warung bakso, kebunnya itu ibarat cabang yang tiap hari nyala kompor tapi tak ada pembeli, sementara pabriknya kayak dapur pusat yang disewa brand lain. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Vendor utamanya BWPT adalah Agrimas dan Indopalma buat pupuk dan bibit, Pertamina buat solar. Mereka bukan tukang sabet harga, tapi juga tak bisa ditawar seenaknya. BWPT bayar vendor Rp575 miliar via trade payable, rata-rata tempo 30–60 hari.
Pelanggan utama CPO tidak diungkap secara rinci, tapi ada petunjuk kuat bahwa PT SMAR (anak usaha Sinarmas) kasih uang muka Rp81 miliar. Jadi walau perusahaan bilang tidak tergantung pembeli besar, kenyataannya tetap ada yang dominan. Dan itu biasa. Sama seperti Pak BudiDolDol yang ngakunya banyak pelanggan koperasi, padahal 60% omzet datang dari emak-emak arisan Tiktok yang doyan beli Emas Antam receh lewat cicilan goyang Stecu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Aset total per Maret 2025 sebesar Rp9,79 triliun. Komposisinya cukup solid karena terdiri dari property, plant & equipment Rp3,27 T, kebun produktif Rp2,53 T, dan aset pajak tangguhan Rp1,16 T (tanda masih ada kerugian fiskal masa lalu yang bisa jadi "pupuk" buat penghematan pajak ke depan). Liabilitasnya Rp7,27 T, mayoritas utang berbunga Rp4,26 T. Sisanya deferred tax dan utang usaha. Ekuitasnya Rp2,52 T, tapi perlu dicatat bahwa Rp220 miliar di antaranya adalah "deposit future stock subscription" alias uang muka saham dari pemegang saham tapi belum dikonversi jadi modal. Ini mirip kas koperasi Pak BudiDolDol yang “dicatat” tapi belum cair, nunggu sidang musyawarah.
Arus kas operasi triwulan ini cukup sehat karena ada kas Rp347 miliar masuk, sementara capex dan replanting Rp170 miliar. Jadi free cash flow masih positif Rp177 miliar. Tapi, saldo kas akhir? Cuma Rp74 miliar. Kecil banget untuk skala perusahaan sekelas ini. Apalagi utang jatuh tempo setahun ke depan mencapai Rp290 miliar (belum termasuk Rp204 miliar dari lembaga keuangan non-bank).
Jadi kasnya BWPT hanya cukup buat hidup 1 bulan ke depan. Sisanya? Harus cari talangan. Untungnya BWPT punya "ayah asuh" Rajawali Corpora. Perusahaan induk ini kasih utang jangka pendek tanpa bunga sebesar Rp638 miliar, pinjaman subordinasi Rp59,7 miliar, dan juga uang muka saham Rp220 miliar. Semua ini membuat rasio utang BWPT terlihat jinak, padahal kalau talangan itu ditarik, struktur keuangan bisa jebol. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Rasio keuangan DER 1,69x, interest coverage 2,9x (masih aman), current ratio 0,56x (rendah), cash-conversion 5x (bagus, karena menunjukkan laba bukan cuma angka akuntansi). Tapi tetap, perusahaan ini masih hidup dari pinjaman. Ini ibarat warung bakso Pak Toto yang bisa jual 100 mangkok per hari, tapi tetap ngutang ke supplier daging tiap minggu. Dan kalau harga gas naik, laba bisa langsung meledak ke bawah.
Risiko utama BWPT antara lain biaya pupuk dan tenaga kerja yang dibayar cash di awal tahun, jadi kalau TBS tidak panen maksimal, margin jeblok.
Lalu ada 88% utang berbunga pakai floating rate. Artinya, kalau BI rate naik 100 bps, laba bisa anjlok Rp35 miliar. Kemudian terdapat ketergantungan pada Rajawali untuk cash buffer. Pendapatan sangat tergantung harga CPO. Meskipun manajemen bilang tidak signifikan, ya iyalah, 99% revenue dari CPO. Kena angin sedikit saja, margin bisa ambyar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Untungnya BWPT ini punya lahan luas dan matang, tidak butuh ekspansi baru yang makan modal. Pabrik efisien, margin 47%. Ada support dari pemegang saham. Pajak cash rendah karena deferred tax masih tinggi. Dan valuasi pasar murah, hanya PBV 0,74x, PER sekitar 6x, kalau kondisi stabil, rerating itu mungkin.
Sayangnya likuiditas BWPT tipis, laba bersih masih kecil, risiko bunga tinggi, dan margin kebun negatif. Seolah-olah seperti koperasi merah ijo Kamboja Pak BudiDolDol yang kelihatan sejahtera dari saldo simpanan, padahal semuanya dari talangan yang belum tentu permanen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau semua harapan investor terwujud, harga CPO naik, pupuk turun, utang direstrukturisasi bunga tetap, dan Rajawali konversi deposit jadi saham, maka BWPT bisa rerating ke PBV 1x, alias target harga ke kisaran 80-85 rupiah. Tapi kalau harapan gagal misal CPO turun, bunga naik, Rajawali narik dana atau malah minta dividen, saham ini bisa drop ke bawah PBV 0,5x, atau 40-45 rupiah.
Jadi BWPT bukan perusahaan bodong, tapi juga bukan peri tinkerbell yang cantik. Ini perusahaan solid dengan banyak PR. Investornya harus siap mental seperti Pak Toto yang sabar menunggu pelanggan di musim hujan, atau seperti Pak BudiDolDol yang bisa tahan tekanan emak-emak arisan kalau dana koperasi tersendat. Kalau semua jalan mulus, panen CPO bisa bawa berkah. Tapi kalau tergelincir, tinggal tunggu waktu warungnya digerebek karena saldo kas nol koma koma.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10