$TOTL – Membangun Imperium dengan Uang Orang Lain
Ada dua cara membangun kapal impian. Cara pertama: kumpulkan kayu terbaik, beli layar termahal, sewa awak berpengalaman, dan siapkan perbekalan dari kantong sendiri, atau dari pinjaman bank yang mahal. Ini cara konvensional, yang diajarkan buku teks keuangan. Berat di awal, penuh risiko, tapi dianggap sah demi mengejar pertumbuhan.
Namun ada cara lain. Cara yang lebih licin. Lebih elegan.
Yakinkan orang lain untuk membiayai perjalananmu,
ahkan sebelum kapal itu selesai dibangun.
TOTL memilih cara kedua ini.
Bukan karena tak punya modal,
tapi karena mereka tahu: Uang terbaik adalah uang orang lain.
Sejak 2020 hingga 2024, TOTL menjalankan strategi yang nyaris tak kasatmata, tapi berdampak nyata. Modal kerja operasional mereka selalu negatif. Bagi banyak perusahaan, ini adalah sinyal bahaya. Tapi bagi TOTL, ini adalah sistem. Dan sistem itu bekerja.
Rata-rata piutang mereka hanya sekitar Rp 800 miliar, dengan persediaan yang ramping, di bawah Rp 60 miliar. Tapi liabilitas jangka pendek-yang sebagian besar berasal dari uang muka proyek dan utang dagang;rutin melebihi Rp 2 triliun. Dengan kata lain, proyek belum dimulai, tapi dananya sudah dikirim. Material belum dibayar, tapi sudah dipasang. TOTL menggerakkan seluruh mesinnya dengan arus kas dari lingkungan sekitar: dari klien dan dari pemasok.
Tanpa utang berbunga. Tanpa menjual ekuitas. Tanpa menambah modal.
Strategi jenius ini mengingatkan pada konsep “float” ala Warren Buffett. Sebagaimana ia pernah katakan: "Float kami akan bebas biaya, seolah-olah ada yang mendepositkan uang kepada kami yang bisa kami investasikan untuk keuntungan kami sendiri tanpa perlu membayar bunga."
TOTL, ibarat organisme filter feeder di samudra keuangan, mampu menyerap aliran dana ini dari klien dan pemasok, untuk membiayai seluruh operasinya dan bahkan sebagian investasinya, tanpa perlu berburu modal dengan biaya tinggi (utang bank dan right issue).
Ini juga mirip dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLTA tidak 'membeli' air; air yang didorong gravitasi memiliki energi potensial 'gratis'. Yang perlu dilakukan hanyalah membangun infrastruktur untuk 'menyalurkan' dan mengubah energi itu menjadi listrik. Sama halnya, TOTL membangun 'sistem' yang cerdik untuk menyalurkan 'energi potensial finansial' berupa uang muka proyek dan utang dagang yang mengalir bebas, mengubahnya menjadi laba, arus kas bebas, dan dividen, tanpa membakar modal sendiri.
Dan yang paling mengesankan:
Mereka tidak hanya bertahan. Mereka tumbuh.
• 2020: Laba bersih Rp 145 miliar
• 2021: Rp 154 miliar
• 2022: Rp 172 miliar
• 2023: Rp 213 miliar
• 2024: Rp 265 miliar
Naik. Setiap tahun. Konsisten.
Dalam industri konstruksi yang terkenal padat modal dan berat kas, ini adalah prestasi langka.
Ini adalah seni.
Seni membuat orang lain membiayai aktivitas operasional dan sekaligus aktivitas investasi kita.
Mereka hanya “membayar di muka” atau “memberi tempo”—tapi TOTL menyulapnya menjadi mesin pertumbuhan.
Keunggulan finansial inilah yang membuat mereka bisa fokus melayani para pemiliknya.
Bukan hanya lewat pertumbuhan laba, tetapi juga dengan menurunkan risiko pemegang saham, karena secara tidak langsung telah mengembalikan modal para pemiliknya, melalui pembayaran dividen yang rutin dan royal.
TOTL tak menambah utang berbunga untuk ekspansi, sehingga tak menciptakan risiko tambahan—baik atas aset perusahaan, maupun aset pribadi pemegang saham yang biasanya dijadikan jaminan.
Tapi… mereka tetap tumbuh. Kuat. Konsisten.
Dan kalau efisiensi finansial adalah seni, maka inilah mahakaryanya.
TOTL membuktikan bahwa modal kerja negatif bukan aib.
Bukan sinyal bahaya seperti yang diajarkan di buku teks.
Tapi justru bendera kemenangan.
Karena siapa pun bisa membangun bisnis dengan uang sendiri.
Tapi hanya yang benar-benar cerdas,
yang bisa membangun bisnis besar—
dengan uang orang lain.
Disclaimer: Saya tidak sedang mempromosikan TOTL, saya hanya tertarik dengan gaya bisnis emiten ini, menggunakan uang orang lain (bukan utang bank), dan sebaliknya malah fokus memanjakan kebutuhan para pemegang sahamnya (dividend royal dan rutin).