imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kasus Penipuan Kredit $SDRA

Hari ini ada beberapa user Stockbit yang minta request analisis dan insights saham, bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Ada yang minta bahas saham $MARK, ada yang minta bahas saham IMPC, ada juga yang minat bahas saham AISA. Tapi saya tertarik bahas tentang kasus penipuan kredit di saham SDRA.

Untuk bahas laporan keuangan itu, kita butuh baca laporannya dan riset. Saya baru baca - baca sedikit tentang saham SDRA ternyata ini sama-sama dari Korea Selatan seperti $BBKP.

Saya merasa ini deja vu karena BBKP dan SDRA sama-sama punya PSP dari Korea Selatan. Sama-sama punya masalah kredit macet di Indonesia. Entah siapa nasabah mereka di Indonesia sampai bisa dapat masalah kredit macet yang sama.

Di BBKP dulu ada kasus manipulasi kartu kredit. Dan sampai sekarang nampaknya Kookmin fokus bersih - bersih kredit macet masa lalu sampai harus RI PP berjilid-jilid.

Kalau kita bedah laporan keuangan SDRA (Bank Woori Saudara) dari akhir 2024 sampai kuartal I 2025, situasinya terlihat seperti rumah yang di luar tampak bersih dan rapi, tapi di dalam banyak lantai yang mulai keropos. Kasus dugaan fraud Rp1,28 triliun ini seperti rayap yang sudah menggerogoti struktur tapi belum semua penghuni rumah sadar. Dan ironisnya, justru pihak internal bank tampaknya sudah mencium bau busuk itu lebih dulu, meskipun belum sepenuhnya dibuka ke publik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Mari kita tarik benang merahnya satu per satu. Pertama, dari sisi eksposur pembiayaan, SDRA memiliki posisi yang janggal. Per Desember 2024, masih ada tagihan kontinjensi dari LC (Letter of Credit) dan bank garansi yang nilainya Rp1,56T, padahal transaksi trade finance di laporan laba rugi nyaris nihil. Bahkan di Q1 2025, penghasilan dari trade finance tinggal Rp104 juta, drop dari Rp8 miliar di Q1 2024. Ini menciptakan mismatch yang mencolok: klaim kontinjensi masih tinggi, tapi aktivitas dasarnya sudah mati. Kalau benar ada fraud di sini, besar kemungkinan pencatatan LC sebelumnya fiktif atau rekayasa, dan manajemen sedang mencoba mematikan kran pelan-pelan.

Lalu kita lihat bagian CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai). Kalau benar nilai fraud sebesar Rp1,28T, kita harusnya melihat lonjakan drastis CKPN di akhir 2024 atau minimal Q1 2025. Tapi anehnya, CKPN justru turun dari Rp652M (Des 2023) menjadi Rp600M (Des 2024). Padahal kredit macet yang terjadi (NPL gross) justru naik dari 1,12% jadi 1,71%. Ini bukan hanya anomali, tapi seperti sinyal alarm yang dimatikan manual. Apalagi pendapatan bunga SDRA masih stabil tinggi, seolah portofolio pinjamannya masih sehat. Jelas ada ketidaksinkronan antara kondisi riil kualitas aset dan pengakuan kerugian. Ini pola klasik delay recognition of losses. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bagaimana dengan pendapatan dan beban bunga? Perusahaan masih mencatat pendapatan bunga bersih Rp456M di Q1 2025, naik dari Rp431M tahun sebelumnya. Tapi beban bunga juga ikut naik, bahkan bunga dari pinjaman yang diterima melonjak 107% yoy, dari Rp17M ke Rp35M. Artinya, ada tekanan likuiditas yang makin besar, meski dari luar masih tampil baik. Ini bisa jadi indikasi bahwa bank harus nutup lubang lewat funding mahal untuk menambal dampak dari kredit bermasalah. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Lalu kita masuk ke transaksi dengan pihak berelasi. SDRA punya simpanan dari pihak berelasi sebesar Rp17,8 miliar di Q1 2025. Jumlah ini kecil, tapi yang bikin menarik adalah pos pinjaman pihak berelasi dan pendapatan bunga antar entitas yang relatif konstan. Tidak terlihat lonjakan maupun perubahan pola. Ini memberi kesan bahwa fraud yang terjadi bukan dari skema relasi internal, tapi lebih mengarah ke nasabah lokal, kemungkinan dari koperasi, multifinance, atau importir domestik yang dimanjakan lewat skema LC palsu atau over-invoicing. Dari sini kita bisa duga aktor utama masalahnya kemungkinan ada di nasabah domestik yang disayang berlebihan, bukan dari sesama entitas grup Woori.

Cuma masalahnya adalah apakah perusahaan sadar lebih dulu ada masalah? Jawabannya, maybe yes, maybe no, tapi belum transparan. Pertama, trade finance distop mendadak sejak akhir 2023. Kedua, saldo LC tidak bertambah lagi. Ketiga, tagihan asuransi dicatat sebagai aset lain-lain sebesar Rp13,4M, kemungkinan berasal dari debitur meninggal atau mangkir. Keempat, bank mencatat pendapatan provisi jauh lebih rendah dari biasanya. Semua ini adalah tanda bahwa manajemen sedang "sterilisasi" sumber fraud. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Tapi justru yang mencurigakan adalah sikap terlalu tenang. Tidak ada restatement. Tidak ada revisi cadangan kerugian besar. Tidak ada penurunan drastis laba. Ini membuat laporan Q1 2025 tampak normal, padahal badai sedang mendekat. Bandingkan dengan kasus BBKP yang langsung restate, turunkan laba, koreksi CAR, dan buka komunikasi dengan investor. SDRA seakan memilih strategi tunda pengakuan sampai puncaknya terpaksa dibuka (kemungkinan di semester dua 2025).

Jika di semester dua nanti mereka harus akui kerugian Rp1,28T, maka CKPN bisa melonjak drastis dan laba amblas. Dengan demikian, CAR berpotensi turun, dan bila di bawah threshold, bisa memicu rights issue atau setoran modal mendadak dari PSP. Bila seandainya pasar tahu Q1 dan FY2024 ternyata misleading, kepercayaan investor akan runtuh dan valuasi saham bisa jeblok.

Idealnya, manajemen segera revaluasi eksposur LC dan trade finance yang tersisa. Lalu naikkan CKPN sesuai risiko aktual. Kemudian tunda pembagian dividen dan prioritaskan penguatan modal. Kemudian manajemen perlu berkomunikasi terbuka dengan OJK, auditor, dan pasar modal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kasus ini menunjukkan pola lama di perbankan Indonesia yang kembali terulang. Perusahaan dengan PSP asing, nasabah lokal yang sulit dilacak, fraud yang rapi dibungkus, dan manajemen yang pilih delay recognition. Kalau Woori ingin SDRA tidak jadi “Bukopin jilid 2”, mereka harus belajar dari kasus BBKP, jangan tunggu krisis meledak baru bertindak. Audit forensik dan pencadangan agresif harus dilakukan sekarang. Karena kalau tidak, nanti bangkainya keburu membusuk, dan semua lapisan laporan keuangan ikut terkontaminasi.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy