Apakah $DATA Adalah Backdoor Listing $TOWR?
Pertanyaan salah satu user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita perlu tahu bagaimana struktur perusahaan TOWR. Mustahil memahami apa itu Backdoor Listing di TOWR kalau kita tidak tahu isi dalam struktur perusahaannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Struktur anak usaha TOWR alias PT Sarana Menara Nusantara Tbk per akhir Maret 2025 ibarat jaringan menara dan kabel yang nggak cuma berdiri tegak, tapi sudah menjalar ke segala arah lewat akuisisi dan ekspansi. Anak-anak usaha mereka bisa dibagi jadi dua kategori besar yaitu:
1. Anak usaha langsung yang dikendalikan oleh TOWR secara langsung
2. Anak usaha tidak langsung yang dikendalikan melalui Protelindo (PT Profesional Telekomunikasi Indonesia) dan Iforte (PT Iforte Solusi Infotek).
Masing-masing anak usaha ini punya peran dan risiko yang saling melengkapi, dengan kontribusi dan pertumbuhan yang tidak selalu linear. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau urut dari hulu, entitas anak langsung utama adalah Protelindo, yang memegang peran sebagai mesin utama TOWR untuk pendapatan menara.
Protelindo ini punya banyak cucu usaha, tapi salah satu yang paling penting adalah Iforte.
Iforte alias anak Protelindo alias cucu TOWR inilah yang dalam dua tahun terakhir makin agresif melebarkan sayap ke segmen jasa lain di luar sewa menara. Jadi kalau Protelindo itu tukang bangun dan sewa menara, Iforte ini semacam ahli kabel dan digitalisasi jaringan.
Sampai akhir Maret 2025, anak-anak usaha utama yang terkonsolidasi penuh dalam struktur Iforte ada tiga yaitu:
1. IBST (PT Inti Bangun Sejahtera Tbk),
2. IKS (PT Integra Kreasitama Solusindo),
3. dan yang baru masuk pasca-Maret, yakni Remala (PT Remala Abadi).
Pertama, IBST. Ini perusahaan publik yang sahamnya diakuisisi mayoritas oleh Iforte secara bertahap sepanjang 2024, mulai dari 90,11% pada Juli hingga mencapai 99,98% setelah mandatory tender offer (MTO) pada Oktober 2024. IBST jelas jadi gacoan baru TOWR. Total asetnya saat akuisisi mencapai Rp6,99 Triliun, dengan liabilitas Rp3,33 Triliun. Artinya, aset bersihnya (equity) di kisaran Rp3,66 Triliun, dan TOWR mencatat goodwill sebesar Rp305 Miliar. Besarnya aset dan cakupan menara yang dimiliki IBST bikin dia langsung jadi kontributor utama aset dan sewa menara. Secara segmen, IBST masuk kategori penyewaan menara (tower rental), dan ini yang mendorong pertumbuhan konsolidasi pendapatan Rp2,14 Triliun dari total revenue TOWR Rp2,86 Triliun di Q1 2025. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kedua, IKS. Meski tak segede IBST, anak usaha ini penting secara strategis. IKS adalah perusahaan berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi, dengan spesialisasi lebih ke arah solusi digital. Iforte mengakuisisi 60% saham IKS pada Maret 2024, dengan total aset Rp74 Miliar dan aset bersih Rp40,9 Miliar. Dari transaksi ini, tercatat goodwill sebesar Rp34,8 Miliar, serta hubungan pelanggan senilai Rp14,8 Miliar. Artinya, IKS bukan hanya dibeli karena asetnya, tapi karena potensi bisnis jangka panjangnya di layanan digital dan manajemen jaringan. Secara segmen, IKS masuk ke bisnis jasa lainnya dan berkontribusi pada pendapatan non-menara TOWR yang tumbuh cukup cepat dari tahun ke tahun. https://cutt.ly/ge3LaGFx
Ketiga, Remala atau DATA. Ini adalah entitas yang muncul dalam peristiwa setelah tanggal pelaporan di LK Q1 2025, artinya belum masuk laporan Maret 2025, tapi sangat relevan dengan kondisi fundamental TOWR.
Iforte membeli 40% saham Remala, yang memiliki total aset Rp474 Miliar dan book value (ekuitas) Rp265 Miliar. Dengan gearing ratio yang sehat, artinya Remala tidak terlalu terbebani utang. Meski baru dimiliki minoritas, langkah ini mengindikasikan bahwa Remala disiapkan jadi bagian dari strategi jangka panjang Iforte dalam memperluas footprint layanan digital atau fiber optik. Bahkan dengan 40% kepemilikan pun, aset Remala sudah setara dengan 6,8% dari total aset segmen jasa lainnya per Maret 2025. Kalau Iforte jadi akuisisi mayoritas Remala ke depannya, kontribusinya bisa melonjak signifikan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibikin peringkat kontribusi berdasarkan aset:
1. Protelindo: Rp49,42 Triliun (langsung, 99,99%)
2. Iforte: Rp20,14 Triliun (tidak langsung via Protelindo)
3. STP (Solusi Tunas Pratama): Rp10,19 Triliun (tidak langsung)
4. IBST (Inti Bangun Sejahtera): Rp4,37 Triliun (tidak langsung)
5. BIT Teknologi Nusantara: Rp2,42 Triliun (tidak langsung)
6. KIN (Komet Infra Nusantara): Rp1,15 Triliun (tidak langsung)
7. Platinum Teknologi: Rp801 Miliar (tidak langsung)
8. Gema Dwimitra Persada: Rp794 Miliar (tidak langsung)
9. Remala Abadi (DATA): Rp474 Miliar (tidak langsung via Iforte)
10. Quattro (QTR): Rp262 Miliar (tidak langsung)
11. GTP (Global Telekomunikasi Prima): Rp244 Miliar (tidak langsung)
12. IGI (Iforte Global Internet): Rp162 Miliar (tidak langsung)
13. IGPU (Iforte Gilang Pertiwi Utama): Rp160 Miliar (tidak langsung)
14. IEN (Iforte Energi Nusantara): Rp157 Miliar (tidak langsung)
15. IPI (Iforte Payment Infrastructure): Rp112 Miliar (tidak langsung)
16. Kohinoor (Istana Kohinoor): Rp47 Miliar (tidak langsung)
17. VTS (Varnion Technology Semesta): Rp38 Miliar (tidak langsung)
18. PMP (Protelindo Menara Permata): Rp6,6 Miliar (tidak langsung)
19. ISS Subang Smartpolitan: Rp5 Miliar (tidak langsung)
Dari sisi pertumbuhan segmen, jasa lainnya mencatat pertumbuhan paling ngebut: jasa dan lainnya naik dari Rp279 Miliar (Q1 2024) jadi Rp346 Miliar (Q1 2025), naik 24%. Sebaliknya, segmen penyewaan menara (tower rental) hanya tumbuh tipis dari Rp2,07 Triliun jadi Rp2,14 Triliun, atau cuma 2,4%. Ini memperlihatkan bahwa mesin pertumbuhan TOWR saat ini bukan lagi semata di menara, tapi mulai geser ke arah digitalisasi, managed service, dan platform infrastruktur jaringan yang lebih kompleks. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Risikonya lumayan banyak. Pertama, ekspansi cepat ini memicu peningkatan goodwill secara signifikan. Goodwill IBST dan IKS sendiri sudah tembus Rp340 Miliar. Kalau target sinergi atau revenue dari anak usaha baru ini tidak tercapai, nilai goodwill bisa diturunkan, yang akan langsung menghantam laporan laba rugi dan ekuitas. Kedua, risiko hukum seperti yang terjadi pada STP (anak usaha lama) yang kalah sengketa pajak Rp19,78 Miliar. Masalah pajak ini bisa berulang kalau dokumentasi dan compliance terhadap akuisisi-akuisisi ini tidak rapi. Ketiga, risiko operasional dalam integrasi bisnis. Banyak akuisisi dalam waktu singkat bisa bikin tim manajemen kewalahan, dan kalau proses integrasinya gagal, justru akan menjadi beban ketimbang nilai tambah.
Kalau dilihat dari sisi struktur pemilikan, pola yang dipakai TOWR adalah konsolidasi lewat Iforte. IBST dimiliki lewat Iforte. IKS juga begitu. Remala pun akuisisinya dilakukan oleh Iforte. Ini menunjukkan Iforte menjadi semacam holding operasional untuk ekspansi vertikal dan horizontal TOWR di segmen non-menara. Dengan demikian, risiko dan potensi pertumbuhan dari semua anak usaha ini akan banyak tercermin dari kinerja Iforte.
Jadi, apa posisi Remala DATA dalam semua ini? Meski baru punya 40%, dengan aset hampir Rp500 Miliar, dia bisa langsung masuk 10 besar anak usaha TOWR. Kalau ekspansinya sejalan dengan strategi fiber, cloud, atau data center, dia bisa jadi kuda hitam pertumbuhan segmen jasa lainnya. Belum ada data pendapatan dari Remala karena belum dikonsolidasikan, tapi potensi kontribusinya cukup besar jika dibandingkan dengan IKS. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, strategi TOWR jelas yaitu tetap pertahankan dominasi di penyewaan menara lewat Protelindo dan IBST, tapi bangun mesin pertumbuhan baru lewat Iforte dan anak-anak digitalnya. Tapi strategi ini perlu dicermati dengan hati-hati. Karena kalau terlalu banyak entitas baru tanpa kontrol dan sinergi yang solid, bisa-bisa yang tumbuh bukan laba, tapi hanya beban dan goodwill semu.
Cerita tentang TOWR, Protelindo, Iforte, dan Remala alias emiten DATA ini sebenarnya adalah salah satu contoh manuver korporasi yang rapi, licin, dan patut diamati lebih dalam. Struktur kepemilikannya berlapis tapi jelas yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) adalah induk utama yang memiliki Protelindo sebagai anak langsung. Protelindo lalu menggenggam Iforte. Lalu Iforte, pada kuartal kedua 2025, masuk ke PT Remala Abadi Tbk (DATA) lewat akuisisi 40% saham. Remala sendiri bukan sembarang perusahaan karena sudah berstatus sebagai emiten publik. Nah, di sinilah pertanyaan mulai muncul adalah apakah akuisisi ini bisa dikategorikan sebagai backdoor listing?
Backdoor listing atau "penyisipan ke bursa lewat pintu belakang" biasanya terjadi ketika perusahaan non-publik mengakuisisi atau digabungkan ke dalam emiten yang sudah listing di bursa, lalu mengendalikannya dan memindahkan operasinya ke sana, sehingga bisa menjadi publik tanpa proses IPO konvensional. Dalam kasus Remala (DATA), justru terjadi sebaliknya yakni perusahaan yang sudah publik diakuisisi sebagian oleh anak usaha dari grup besar yang sebenarnya sudah lama melantai di BEI. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi jelas kalau aksi korporasi itu bukan backdoor listing. Ini lebih tepat disebut sebagai akuisisi strategis minoritas terhadap emiten publik. Buktinya? Iforte hanya membeli 40% saham Remala, belum mayoritas lebih dari 50%, dan belum ada perubahan kontrol yang menyebabkan bergesernya kepemilikan pengendali. Bahkan dalam laporan keuangan konsolidasian Maret 2025, Remala belum dikonsolidasi secara penuh oleh TOWR maupun Iforte. Belum ada transfer bisnis besar-besaran dari grup TOWR ke dalam tubuh DATA. Kalau pun nantinya kepemilikan ditingkatkan, itu masih dalam jalur akuisisi bertahap, bukan backdoor listing. Mungkin nanti di Q2 2025 baru lah DATA masuk ke LK TOWR.
Dari sisi risiko dan kontribusi, Remala ini memang kecil tapi menarik. Asetnya per Maret 2025 tercatat Rp474 Miliar, dengan book value Rp265 Miliar. Masih jauh jika dibandingkan dengan IBST (aset Rp6,9 Triliun) atau bahkan Iforte sendiri. Tapi secara strategis, DATA bisa menjadi pintu depan TOWR untuk masuk ke sektor layanan digital berbasis enterprise dan solusi TI. Dan ini cocok dengan strategi Iforte yang selama 2024–2025 giat ekspansi lewat akuisisi, termasuk juga mengendalikan penuh IBST dengan kepemilikan 99,98%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara struktur grup, posisi Remala adalah anak usaha tidak langsung TOWR, dimiliki lewat jalur Iforte. Segmennya akan masuk kategori jasa lainnya, yang menyumbang Rp720 Miliar pendapatan TOWR di kuartal I 2025 (25% dari total revenue) dan menunjukkan pertumbuhan pesat dibanding tahun sebelumnya. Risiko dari Remala cenderung menengah ke rendah karena statusnya sebagai perusahaan publik, dan sampai saat ini belum ada utang besar atau litigasi yang disorot. Tapi risiko sinergi tetap ada, mengingat DATA bukan pemain menara, melainkan lebih ke solusi digital dan managed service.
Jadi, akuisisi DATA oleh Iforte bukan backdoor listing, tapi bagian dari strategi ekspansi horizontal lewat akuisisi minoritas strategis atas perusahaan terbuka yang bergerak di segmen digital. Bukan jalan belakang, tapi lebih seperti bikin cabang baru lewat pintu samping, sambil tetap menggenggam menara di pusat rumah. Dan untuk investor yang jeli, langkah ini bisa menjadi pertanda awal transformasi bisnis Grup TOWR dari sekadar penyewaan menara menjadi raksasa digital terintegrasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, Iforte adalah anak usaha paling penting kedua dalam grup setelah Protelindo. Iforte sepenuhnya dimiliki oleh Protelindo, dan Protelindo sendiri dimiliki langsung oleh TOWR (99,99%). Jadi struktur kepemilikannya adalah = TOWR → Protelindo → Iforte → Remala (40%).
Iforte bukan sekadar entitas kabel. Ia adalah mesin ekspansi digital TOWR. Melalui Iforte, TOWR mengakuisisi sejumlah perusahaan teknologi. Jadi ngapain lagi iForte mau melakukan Backdoor melalui DATA kalau sebenarnya mereka bisa lakukan itu via IBST.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10