Saya mau sekedar refresh pemula yang baru masuk dan sering dikecwakan bukan oleh market atau orang lain, tapi psikologimu sendiri.
Fenomena: Saham Di-Hold Malah Turun, Dilepas Malah Naik
1. Bias Kognitif dan Psikologis yang Terlibat
#Loss Aversion (Bias Kehilangan)
Otak manusia cenderung lebih takut rugi daripada senang saat untung. Akibatnya, saat saham turun, kita cenderung "hold" berharap harga balik modal, ini memperparah kerugian.
#Regret Aversion
Setelah menjual saham dan ternyata naik ARA, muncul penyesalan dan rasa frustasi. Ini membuat keputusan selanjutnya jadi emosional, bukan rasional.
#FOMO (Fear of Missing Out)
Ketika saham naik 2 hari berturut-turut, dan banyak yang cerita untung, kamu jadi terdorong ikut beli. Tapi karena beli di harga tinggi (late entry), risikonya besar dan seringkali malah kena ARB.
#Confirmation Bias
Kamu hanya mencari informasi yang mendukung keputusanmu (misalnya, cari analis yang bilang "masih bisa naik"), padahal sinyal teknikal atau volume sudah tidak mendukung.
2. Fenomena Crowd Behavior
Pasar digerakkan oleh manusia yang punya emosi. Ketika saham naik cepat, banyak orang FOMO dan beli — membentuk euforia. Lalu bandar atau pelaku besar bisa distribusi saat kamu baru mulai masuk. Akhirnya kamu beli di puncak, dan mereka keluar di saat kamu masuk.
# Ilmiah: Dinamika Market & Perilaku Harga
Volatilitas Tinggi
Saham yang naik cepat cenderung volatile. Pergerakan naik bisa sangat tajam tapi koreksinya juga bisa ekstrem (ARB).
#Supply & Demand Imbalance
Saat saham naik terus, banyak pembeli baru masuk. Tapi ketika minat beli menurun dan tidak ada buyer di harga atas, terjadilah ARB.
#Rotasi Sektor / Window Dressing / Bandarmologi
Kadang sektor tertentu (misal energi, bank, konstruksi) digerakkan secara bergiliran. Ketika kamu FOMO masuk setelah naik, justru saat itu momentum sedang habis.
Cara Menyikapi & Tips untuk Pemula
1. Kenali Emosi Sebelum Eksekusi
Jangan beli karena takut ketinggalan. Beli karena strategi kamu mengharuskan beli.
Pakai jurnal trading: tulis alasan beli/jual.
Sebelum beli, tanya diri sendiri: “Apa saya akan tetap beli ini kalau tidak ada yang cerita di Stream atau grup?”
2. Punya Strategi dan Aturan Masuk/Keluar
Gunakan indikator teknikal yang objektif: MA, RSI, MACD, dll.
Tetapkan batas cut loss dan target profit sejak awal — jangan ubah-ubah karena emosi.
Hindari beli saham yang sudah ARA 2–3 hari berturut-turut tanpa koreksi sehat.
3. Kurangi Paparan Stram Saat Market Volatile
Terlalu banyak “noise” bisa mempengaruhi keputusan kamu.
Fokus pada watchlist dan strategi kamu sendiri.
4. Pahami Risiko: High Gain = High Risk
Saham yang bisa naik ARA 3x juga bisa ARB 3x.
Pilih saham sesuai profil risiko: jangan semua modal dikejar ke saham gorengan.
5. Gunakan Metode Position Sizing
Bagi modal jadi beberapa bagian, jangan all-in.
Masuk secara bertahap, gunakan averaging up (bukan averaging down) jika tren kuat.
Hindari full masuk hanya karena "takut ketinggalan kereta."
Pahami bahwa Pasar Tidak Peduli pada Emosimu!
Pasar bergerak karena banyak faktor: fundamental, sentimen global, bandar, dll. Jangan harap pasar akan naik hanya karena kamu sudah beli. Sebaliknya, kamu yang harus menyesuaikan dengan perilaku pasar.
"Pasar adalah tempat di mana uang berpindah dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar." — Warren Buffett
$NCKL $BRIS $WIFI