$MARK Kenapa Cost of Equity nya 20%?
Ketika bicara soal valuasi saham, banyak investor cenderung mengacu pada angka-angka moderat untuk menghitung cost of equity—sekitar 10 sampai 12 persen. Tapi kadang, ada situasi di mana angka itu terasa terlalu soft, terutama kalau risiko bisnisnya jauh dari kata stabil. Dalam kasus MARK, pemakaian cost of equity 20% — selain krn unsur penyederhanaan perhitungan, kalau kita cari-cari alasan lain ada sih beberapa alasan yg logis sehingga bisa menjustifikasi kenapa investor layak menuntut imbal hasil setinggi itu.
Pertama, MARK adalah perusahaan dgn ukuran relatif kecil. Di dunia investasi, perusahaan seperti ini sering dianggap lebih rentan thd guncangan. Entah itu krn permintaan turun tiba-tiba, atau krn akses pendanaan yg tdk sefleksibel perusahaan besar, semua ini menambah bobot risiko. Kita tahu bahwa makin kecil perusahaannya, makin besar kemungkinan fluktuasi laba, dan itu membuat ekspektasi return ikut naik.
MARK jg sangat bergantung pd pasar ekspor. Produknya spesifik: cetakan sarung tangan. Hampir semua permintaan datang dari industri sarung tangan global, yg notabene sensitif terhadap kondisi dunia. Kalo ada gangguan pasokan, perubahan regulasi internasional, atau gejolak nilai tukar, langsung berpengaruh ke kinerja mereka. Ketergantungan semacam ini membuat investor menilai bisnis MARK bukan sekadar industri ringan biasa, tp bisnis dgn risiko sektoral dan geografis yg kompleks.
Ditambah lagi, pasca-COVID, industri ini jg mulai mengalami normalisasi. Selama pandemi, permintaan sarung tangan medis meroket, dan MARK ikut kecipratan berkah. Tapi sekarang? Permintaannya mulai melandai. Di satu sisi, mereka harus mempertahankan kapasitas produksi yang sudah besar. Di sisi lain, volume permintaan tdk lg setinggi masa krisis. Ini membuat pendapatan dan laba jadi fluktuatif. Buat investor yg tdk suka kejutan, volatilitas ini jd alasan kuat utk meminta margin return lebih besar.
Belum lagi bicara soal likuiditas saham MARK sendiri. Kalau kita coba beli atau jual dlm jumlah besar, kita akan sadar betapa sulitnya keluar-masuk tanpa membuat harga bergerak. Saham-saham dengan likuiditas rendah seringkali diperdagangkan di harga diskon krn investor sadar: semakin susah dicairkan, semakin besar risiko megang saham itu. Dan lagi-lagi, makin besar risiko, makin besar return yg diharapkan.
Terakhir, urusan transparansi dan tata kelola. MARK memang bukan perusahaan yang tertutup, tapi dibanding perusahaan publik besar lain, keterbukaan informasi dan komunikasi investor mereka sy rasa masih bisa ditingkatkan. Mungkin bagi investor institusi, ini jd catatan tambahan. Semakin sedikit informasi yg bisa dipercaya, semakin tinggi jg tingkat ketidakpastian yg harus dikompensasi lewat imbal hasil.
Itulah kalau dicari-cari alasannya 😹
Jadi bisa diwajarkan kalau sy pasang angka cost of equity 20% buat valuasi MARK. Ini bukan pesimistis. Ini justru pendekatan konservatif yg memberikan margin lebih besar terhadap ketidakpastian. Toh, kalau ternyata semua berjalan lebih baik dari ekspektasi, hasil akhirnya justru jadi bonus.